Keadaan rumah milik seorang Friedrich Jeno Lee sangat sibuk pagi hari ini, pelayan membawa keranjang berisi buah-buahan serta beberapa bahan masakan lainnya. Kepala maid tampak sibuk mengatur ke sana kemari setiap, setiap orang yang bertanya harus dia jawab sembari menunjuk-nunjuk arah yang harus pelayannya tuju. Sedangkan sang tuan rumah hanya terkekeh melihat kesibukan semua pelayannya sambil menyesap secangkir teh di pagi hari.Tangannya mencoret-coret sebuah kertas, mengoreksi pemasukan dan pengeluaran kebun kopi miliknya, serta beberapa bisnis lainnya. Tidak sibuk bukan berarti Jeno tidak memiliki pekerjaan, dia selalu mampu membagi waktunya untuk bersama orang yang dia sayangi dan pekerjaannya. Meskipun akhir-akhir ini memang dia terlalu fokus pada Jaemin.
Dilihatnya dari pintu masuk rumahnya yang besar itu, orang yang sudah dia tunggu akhirnya datang juga. Jaemin dengan kemeja coklatnya dan celana hitam, serta rambutnya yang mulai memanjang ditutup dengan topi baret. Jeno tersenyum senang, lalu berdiri dan menghampiri Jaemin.
“Aku senang akhirnya kau datang." ucap Jeno.
Jaemin menoleh ke kanan dan ke kiri, semua orang tampak sibuk, lalu dia tersenyum ke arah Jeno. “Apa yang bisa aku bantu, Tuan?” tanya Jaemin.
Jeno langsung meraih tangan Jaemin dan membawa pria itu masuk lebih dalam ke dalam rumahnya. Jaemin tidak henti-hentinya terkagum dengan rumah Jeno yang sangat besar ini. Ternyata Jeno membawa Jaemin masuk ke dalam dapurnya, tersedia beberapa kudapan yang mungkin akan jadi pilihan untuk pesta nanti.
“Menurutmu mana yang lebih baik? Aku kurang mengerti soal rasa.” kata Jeno, dia lalu menyodorkan sebuah kue yang tampaknya baru selesai dipanggang.
Jaemin mencicipinya sedikit, lalu mengangguk. “Ini cukup manis untuk dihidangkan di musim dingin, aku rasa hadirin akan menyukainya.” kata Jaemin.
Jeno memberi kode pada pelayannya dan mengangguk mungkin maksudnya Jeno menyetujui hidangan ini akan dihadirkan.
Lalu Jeno menyodorkan beberapa sample wine pada Jaemin, menanyakan mana yang paling cocok dihidangkan. Jaemin tampak ragu mengambil wine itu, sedikit khawatir karena dia memiliki toleransi yang rendah pada alkohol. Namun akhirnya Jaemin meminumnya, sedikit demi sedikit.
“Bagaimana?” tanya Jeno pada Jaemin.
Jaemin menunjuk wine nomor 3, “Aku rasa yang ini yang terbaik, tidak terlalu manis dan cukup menghangatkan.” jelas Jaemin.
Ugh, Jaemin merasa sedikit pusing sekarang.
🎻
Jaemin benar-benar menemani Jeno menyusun semua hal tentang pestanya dari pagi hingga senja. Jaemin sekarang sudah benar-benar pusing, entah karena pengaruh wine atau dirinya yang jarang melakukan kegiatan berat terpaksa melakukan hal semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonata | Nomin
Fanfictiontw : bxb , nomin Denting piano itu selalu membuat rasa penasaran Jeno muncul dan membawa Jeno melangkahkan kakinya menuju sumber suara melodi yang indah tersebut. Hingga akhirnya Jeno bertemu dengan seorang pianis manis bernama Na Jaemin. "Na Jaem...