16. Nikahnya Dhafin

670 55 1
                                    

.
.
.

...

Naziya sedang memakai jilbab warna ash rose sambil duduk di pangkuan Fariz. Naziya merasa sedikit kesusahan memasang jilbabnya karena lengannya terhalang tubuh Fariz. Pria itu tiba-tiba saja menjadi manja kepadanya. Fariz sendiri hanya diam memperhatikan istrinya. Istrinya itu tampak lebih berseri dan terlihat manis dengan memakai jilbab warna ash rose.

"Kamu manis sekali," puji Fariz.

"Ziya bukan gula Abang," kata Naziya.

Fariz terkekeh melihat istrinya yang menggembungkan pipinya. Dia menoel pipi Naziya, mengganggu aktivitas istrinya yang sedang memasang bros.

"Abang iih kenapa jadi iseng sih?" tanya Naziya heran.

"Habisnya kamu sangat menggemaskan, sayang." ujar Fariz.

"Abang sekarang udah pinter banget gombal, siapa yang ngajarin sih?" heran Naziya sambil menatap suaminya. Dia sudah selesai dengan aktivitasnya memasang bros.

"Kamu,"

Naziya mengernyit bingung."Kok Ziya? Perasaan Ziya gak bisa ngegombal deh?" tanyanya.

"Kamu memang gak ngajarin Abang gombal, tapi karena kamu Abang suka gombal. Eh enggak, tapi memang kenyataannya kamu manis, lucu, imut dan cantik."

"Hmm emang Ziya cantik?" tanyanya.

"Tentu saja. Kamu bukan pria, jadi gak cocok disebut ganteng. Betul kan?" tanya Fariz seraya tersenyum.

"Terserah Abang aja deh."

"Tapi, kamu memang cantik sayang, lebih tepatnya di hati kamu," kata Fariz sambil tersenyum manis.

Naziya tersenyum malu-malu, suaminya bisa saja menggombalinya. Dia memakaikan peci putih bermotif terompah di kepala Fariz.

"Ganteng," ucapnya sambil memperhatikan suaminya.

Fariz terkekeh kecil mendengarnya."Bisa aja kamu, yaudah yuk ke bawah, pasti yang lainnya udah siap." kata Fariz.

Naziya menganggukkan kepalanya. Mereka pun turun ke bawah. Said, Zahra, Dhafin, Syifa sudah siap di teras bersama dengan Saza dan juga Haris yang baru tiba. Sedangkan Dhaniel sedang memanaskan mobil di halaman rumah sebelah. Hari ini mereka akan pergi dengan dua buah mobil, yaitu mobil Said dan satunya mobil Dhaniel.

"Gak ada yang ketinggalan lagi kan Fin?" tanya Said kepada putranya.

"Udah gak ada lagi Bi." jawab Dhafin.

"Cincin?" tanya Zahra.

"Udah Mi,"

"Yaudah, ayo kita berangkat,"

Semuanya pun memasuki mobil. Fariz dan Naziya ikut dengan Dhaniel dan Syifa, sedangkan Haris dan Saza ikut dengan Said.

Sesampainya di rumah mempelai wanita, mereka sudah disambut oleh orang tua dari Haura. Dhafin merasakan kegugupan luar biasa menatap semua orang yang sedang menatapnya. Dia sekarang menjadi sorotan.

"Ayo langsung aja," titah Bapak penghulu.

Di dalam hati, Dhafin sedang mengahafalkan pengucapan ijab kabul yang sebentar lagi akan dia lakukan bersama dengan calon mertuanya.

"Mari dimulai Pak," titah Bapak penghulu tadi.

Machmoud yang adalah Bapak dari Haura lantas menganggukkan kepalanya. Lalu dia memegang tangan Dhafin yang terasa dingin.

"Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau Muhammad Dhafin Firdausy bin Muhammad Said Firdausy dengan putriku yang bernama Haura Annisa Abrisam binti Machmoud Khasani Abrisam dengan mahar seperangkat alat sholat, Sah." ucap Machmoud.

Cinta Dari Masa Lalu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang