.
.
.❄️❄️❄️
Hari ini Naziya kembali akan menjenguk sahabatanya, Saza di rumah sakit. Naziya sudah rapi dan kini dia tengah menunggu Kakaknya di ruang tengah."Umi beneran enggak mau ikut?" tanya Naziya kepada Zahra yang baru saja turun.
"Iya Sayang, Abi sama Umi mau ke rumah Nenek sebentar, ada yang mau Abi sama Kakek urus. Jadi, kamu sama Kakak aja ya," kata Zahra.
"Yaudah deh. Salam buat Nenek sama Kakek ya Mi," ujar Naziya tersenyum.
Zahra mengangguk."Insya Allah, Sayang." kata Zahra.
"Kakak kamu mana?" tanya Zahra tidak menemukan keberadaan putranya.
"Lagi di kamar Mi," jawab Naziya.
Zahra mengangguk."Yaudah tungguin aja dulu, Umi mau ke kamar dulu ya," ucapnya.
"Salim dulu Mi," ucap Naziya menyodorkan tangannya.
Zahra tersenyum. Naziya pun mencium tangan Uminya dan dibalas oleh ciuman singkat di pipinya.
"Hati-hati ya di jalan," pesan Zahra.
"Siap Mi." sahut Dhafin yang baru saja turun.
"Yuk Kak!" ajak Naziya yang sudah berada di ambang pintu.
"Nanti beli buah di mana?" tanya Naziya hendak menaiki motor Dhafin.
"Kayak biasa, biar murah." sahut Dhafin. Naziya mengangguk. Dia pun duduk di jok belakang Kakaknya.
Dhafin mulai melajukan motornya. Disepanjang jalan Naziya berdoa, semoga sahabatnya itu cepat sadar.
"Turun, Dek," titah Dhafin karena adiknya itu hanya diam.
"Eh?" Naziya yang sedari tadi melamun, tersentak ketika Dhafin memanggilnya.
"Mau beli buah apa, Dek?" tanya Dhafin menatap Naziya di sampingnya.
"Mangga, pir sama apel aja." jawab Naziya. Dhafin menganggukkan kepalanya.
"Pak, buah mangga, pir sama apelnya tiga ya Pak," ucap Dhafin kepada bapak penjual buah tersebut.
"Semuanya RP.30.000 nak," ucap bapak itu.
Dhafin mengeluarkan uang tiga lembar, lalu memberikannya kepada bapak itu."Ini Pak, terima kasih," ucapnya.
"Terima kasih kembali." balas Bapak penjual itu.
"Yuk," ajak Dhafin kepada adiknya. Naziya pun kembali duduk di jok belakang. Dhafin kembali menjalankan motornya. Setelah beberapa menit, mereka pun tiba di rumah sakit.
"Assalamu'alaikum, Tante," ucap Naziya menghampiri Putri setelah dia bersaliman dengan Ilyas, Abi Saza. Sedangkan Dhafin berbicara dengan Ilyas.
"Waalaikumussalam wr wb, eh Naziya?"
"Bagaimana Tante, Saza sudah siuman?" tanya Naziya menatap Putri.
"Belum Nak," jawab Putri tersenyum miris. Bagaimana tidak, Saza adalah putri pertamanya, sedangkan putri keduanya yaitu Nana sudah terlebih dulu dipanggil Allah karena kecelakaan juga waktu berumur 8 tahun. Putri tidak mau lagi mengalami hal sama dengan Saza, dia tidak mau kehilangan anaknya kembali.
"Yang sabar ya Tante, Naziya yakin kok Insya Allah Saza akan segera siuman. Kita terus berdoa saja Tante," ucap Naziya berusaha menyemangati sahabat dari Uminya itu.
"Terima kasih sayang," ucap Putri.
"Oh iya, nih Naziya sama Kakak bawain buah buat Tante sama Om." kata Naziya sambil memberikan seplastik buah-buahan yang dibelinya tadi di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Masa Lalu (END)
Ficção Adolescente[Sequel Assalamu'alaikum Imamku!] Proses Revisi! "Aku minta maaf." Ucap Fariz."Sebenarnya waktu itu itu aku tidak bermaksud untuk melakukannya, tapi entah tiba-tiba aku melakukannya. Aku benar-benar menyesal, Naziya. Sungguh, aku minta maaf. Apakah...