Al-Fateh // 04

113 86 249
                                    

Chapter 04 : Lapangan Bola Oren

Hay hay hay
Gimana nih kabarnya para Readers aku. Pada sehat kan?

Stay self and stay healthy ya prenn
Always patuhi protokol kesehatan ya!

Masih setia untuk selalu nunggu updatan Al-Fateh?semoga masih dan tetap setia ya!

Udah follow? Tap bintang nya?kalo belum follow and tap bintang nya terlebih dahulu ya prenn!

Cari posisi senyaman mungkin and

  ~~ Happy reading ~~

"Gue mau makan"

"Anter gue balik dulu"

"Temenin gue"

"Nggak. Males"

"Temenin gue dulu"

Keduanya mengalami sedikit perdebatan. Tapi Fateh tetap lah Fateh. Dirinya sama sekali tidak mau dibantah dan tidak menerima penolakan

Fateh memberhentikan motor sport hitam miliknya. Mereka singgah disalah satu cafe langganan Fateh dan teman temannya. Fateh melepaskan helm full facenya. Dan sedikit menyugar rambutnya kebelakang

"Resek banget si. Kan gue bilang nggak mau"

"Ngatur gue?"

"Nggak gitu Fateh. Gue ngantuk. Capek"

"Makanya cepetan"

Fateh melangkah kan kakinya lebih dulu. Meninggalkan Nara yang masih diam ditempat

Nara mencebikan bibirnya. Rasanya hari ini lelah sekali. Nara merindukan kasur nya sekarang

Menyadari Nara yang tidak ada dibelakangnya, Fateh memberhentikan langkahnya. Sedikit menoleh kebelakang. Fateh menggaruk tengkuknya, melihat Nara yang tidak bergerak sedikitpun dari tempat awalnya

Dengan berat, Fateh kembali melangkah kan kakinya kearah Nara. Fateh memijat pelan pangkal hidung nya. Jika bukan perempuan, Fateh akan menyeret Nara begitu saja. Untungnya Fateh masih punya hati saat ini.

"Gue mau pulang, anter gue sekarang" pinta Nara memelas. Tak ada jawaban dari pria itu

Di detik selanjutnya Fateh menggenggam tangan Nara, menggandeng nya masuk ke dalam cafe. Tidak ada penolakan, entah mengapa Nara terpaku saat melihat perlakuan Fateh yang seperti ini. Seperti ada magnet diantara keduanya. Hilang sudah Fateh yang menyebalkan

"Harus kaya gini baru mau gerak?"bisik Fateh

Nara menggeram kesal. Modus sekali cowok ini. Nara menarik pelan tangannya. Banyak pasang mata yang memandang kearah nya. Nara merasa risih.

"Apaan si? Modus banget lo"

Ada rasa dimana dirinya merasa nyaman disamping Fateh, namun sayangnya ego Nara terlalu kuat dan mengalahkan perasaan nyaman yang ia rasakan. Nara menepis tangan Fateh dari tangannya

      Al-Fateh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang