Epilog

811 111 61
                                    

Warning GXG!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KITA SUDAH BENAR-BENAR BERADA DI AKHIR CERITA, DI MOHON VOTE TERLEBIH DAHULU.

TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR MEMBACA CERITA INI DAN MERAMAIKANNYA HINGGA EPILOG.
.
.
.

.

Untuk terlalu mencintai seseorang, tidak akan pernah ada ikhlas sempurna perihal kehilangan.. –Chika.

_______

24 September 2033.

Terlihat seorang wanita paruh baya berumur 33 tahun sedang merapalkan doa-doa di depan sebuah makam. Wajah yang begitu sangat serius memanjatkan banyak doa dan harapan.

Di sebrang tak jauh dari makam ada sosok wanita paruh baya berdiri bersama anak kecil.

“Hei, kurcaci. Cepat ke mami dan suruh mami pulang, disini sangat membosankan.” Ujar Wanita itu pada anak kecil mungil ini.

Anak itu hanya mengangguk nurut berlari menghampiri sang mami yang sedang berdoa di sebuah makam yang tidak ia ketahui.

“Mami.” Panggil seorang gadis mungil berumur 6 tahun.

Wanita itu hanya berdehem dengan mata yang masih terpejam serta tangan saling menyatu satu sama lain yang biasa dia lakukan saat berdoa.

I'm bored. Let's get out of here, I'm really, really bored. mom!” Rengeknya sambil mencabuti rumput yang ada di atas makam tersebut.

Sang mami menghela nafas panjang, “Kamu tinggal ke mobil kan bisa sama mama. ASTAGA FREYANA MIRA FADRIN! KENAPA KAMU DUDUK DI ATAS?!”

“Upss. Aku pikir ini tempat duduk, jadi aku duduk aja deh di atas makam.” Jawabnya sambil cekikikan.

“Nona Yessica. Tolong pengertiannya, saya masih anak-anak dan bila mana seorang ibu tidak boleh memarahi anaknya sendiri.” Ujar Freya. Anak ini memang pandai dalam merayu, sepertinya karena sering diajarkan yang tidak-tidak.

Chika bersedekap dada menatap sinis anaknya ini, “Turun sekarang!” Perintahnya.

“Maaf ya, Tante. Forgive this little kid who knows nothing, thank you.” ucap Freya sambil menepuk batu nisan bertuliskan Amirah Fatin Yasin.

“Daripada kamu bikin ulah, mending bantuin mami taburin bunga sama airnya.” Titah Chika membuat anak itu menurut saja.

“Mami, kenapa harus di siram air? Nanti Tante ini di dalam kedinginan, bagaimana?” Tanya Freya polos.

“Enggak mungkin kedinginan dong, sayang. Nah udah selesai. Eh, mama ada dimana? Kok kamu sendirian kesini.” Freya menunjuk seseorang yang berdiri diujung sebrang.

Viona Fadrin—akhirnya Chika bisa membuka hatinya untuk seorang Viona Fadrin ini. Satu tahun setengah bukan perkara mudah menaklukkan hati Chika yang dalam keadaan berduka, tapi Vivi berhasil melakukan itu dan menjadikan Chika sebagai labuan terakhirnya.

Menikah di New York dan dikaruniai seorang anak mungil berumur 7 tahun bernama Freyana Mira Fadrin. Ketika Chika menamai anak mereka dengan menyelipkan nama Mira disana, itu sempat membuat Vivi terkejut tapi tidak mempermasalahkan hal itu.

“Udah selesai kah? Ayok kita pulang, aku capek banget mau tidur.” Ketika ingin pergi Chika menahannya.

“Nggak mau pamitan dulu ke Kak Mira?”

REMBULAN - CHIMI [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang