Chapter 14

519 117 31
                                    

KALIAN HARUS VOTE, SOALNYA SAYA NULIS INI PENUH DENGAN EMOSI TINGGI!

NGGAK MAU TAU, POKOKNYA HARUS VOTE! TITIK.

Warning GXG!
_____

Terlihat dua remaja sedang tertawa dan mengobrol seru di ruang inap yang ada di rumah sakit cukup besar. Dua remaja itu adalah Mira dan Chika, sudah dua hari Mira dirawat di rumah sakit saat kejadian gadis itu pingsan.

Brak!

Chika dan Mira terkejut melihat Ara datang terus mendobrak pintu ruangannya dengan wajah merah padam seperti orang emosi.

Posisinya Mira sekarang sedang berdiri dengan Chika disampingnya yang memegangi selang infusnya. Ara yang emosi langsung mencengkeram kerah baju Mira, lalu mendorongnya hingga jarum infus yang ada di tangan Mira terlepas.

“AAAKKK! Sshh..” Ringis Mira memegangi tangannya yang mengeluarkan banyak darah akibat jarum infusnya terlepas dengan kasar.

Chika yang melihatnya pun berteriak histeris langsung mendorong kuat bahu Ara lalu mendekati Mira yang sedang kesakitan.

Srrtt!

Chika merobek ujung bajunya untuk memberhentikan pendarahan pada tangan Mira, wajah penuh dengan kegelisahan dan rasa khawatir yang begitu tinggi bisa Mira lihat langsung sekarang.

Rasa bersalahnya semakin meninggi ketika Chika begitu perhatian kepadanya, apakah keputusannya untuk tidak memberitahu Chika sebenarnya adalah keputusan yang benar?. Mira benar-benar bimbang harus bagaimana.

Disisi lain Chika mulai menatap tajam Ara yang pasti kedua gadis ini saling mengenal satu sama lain. Ara yang mengenal bahwa Chika adalah kakak dari pacarnya, sedangkan Chika mengenal Ara sebagai gadis yang mengajarkan adiknya yang aneh-aneh.

“Belum cukup lo buat adek gue jadi anak pembangkang?! Lo tuh kenapa sih, gue bilang jauhin Fiony ya jauhin! Sekarang lo mau nyakitin Kak Mira, benar-benar ya lo!” ucap Chika penuh emosi. Rasa bencinya semakin menjadi-jadi kepada Ara hari ini.

Ara menatap remeh Chika, gadis ini memang menyebalkan pantas saja kekasihnya suka misuh-misuh soal sifat kakaknya.

“Bukan urusan lo. Dan, apa tadi? Jauhin Fiony? Gila aja lo, gue capek-capek berjuang tiga tahun lo seenak jidatnya nyuruh gue jauhin dia. Mending lo aja sono jauh-jauh dari dia, biar hidup Fiony tentram.” Balas Ara tak kalah sewot.

Baru saja Chika ingin membalasnya Mira menahannya dan memberi isyarat agar dirinya tidak memperpanjang masalah.

“Ada apa? Lo dateng tiba-tiba dorong gue dan buka pintu nggak sopan banget.” Tanya Mira membuat Ara mengalihkan pandangannya pada Chika.

“Gue nggak suka lo nyuruh-nyuruh si Bob—”

“Ayah. Dia bokap lo dan seharusnya seorang anak harus tau sopan santun sama orangtuanya.” Tegas Mira yang tidak suka karena Ara begitu benci dengan ayah kandungnya senirdiri.

“Gue nggak punya ayah kayak dia. Ayah mana yang tega buang anak sama istrinya gitu aja?. Gue mau menerima lo dan nyokap lo itu udah lebih dari cukup, tapi maaf kalau lo nyuruh gue buat nerima dia... Gue-enggak-akan-mau.” Hardik Ara penuh penekanan.

“Lo pembohong. Gue tau lo butuh ayah dan semua kasih sayang dia, lo juga sebenarnya udah maafin ayah cuma lo gengsi.” ucap Mira.

Ara tersenyum miring, “Terus, gimana sama lo? Bukankah lo juga pembohong? Pembohong besar. Lo begitu pandai memainkan sandiwara ini, apalagi sama Chika. Lo sok kuat, nutup-nutupin rasa sakit lo dihadapan dia padahal lo enggak sekuat itu. Lo bohong soal penyakit lo ini ke dia, lo bohong sama nyokap bokap lo tentang lo yang rajin minum obat padahal obatnya sama sekali enggak lo minum. Lo juga rela mohon-mohon ke Flora buat jadi tunangan pura-pura lo, biar Chika enggak terlalu banyak berharap sama lo... Lo benar-benar pembohong besar, Amirah Fatin..” Ujar Ara yang membongkar semua kebohongan Mira dihadapan Chika langsung.

“Dan lo, Yessica Tamara Pradipta. Berhenti menilai gue sebagai gadis berandalan yang selalu mengajarkan adik lo yang aneh-aneh. Gue enggak seburuk itu di mata lo.” Lanjut Ara lalu pergi meninggalkan keduanya yang diam mematung ditempat.

°•°•°•°

Lo sok kuat, nutup-nutupin rasa sakit lo dihadapan dia padahal lo enggak sekuat itu.”

“Lo bohong soal penyakit lo ini ke dia.”

“Lo juga rela mohon-mohon ke Flora buat jadi tunangan pura-pura lo, biar Chika enggak terlalu banyak berharap sama lo.”

Chika meremas rambut panjangnya ketika ucapan-ucapan Ara itu kembali terlintas dalam pikirannya terus-menerus.

“Lo benar-benar pembohong besar, Amirah Fatin. Lo begitu pandai memainkan sandiwara ini, apalagi sama Chika.”

“Chika, aku minta maaf karena udah bohong sama kamu.”

“ARRRGHHH!!!!” Teriak Chika terus meremas rambut panjangnya, bahkan gadis ini terlihat seperti orang yang mengalami sakit jiwa.

“Chika, kamu gapapa? Aku tadi denger kamu teriak-teriak.” Itu suara Fiony yang memang sedang berada di rumah bersamanya, karena kedua orangtuanya dan Christy sedang pergi.

“Berhenti menilai gue sebagai gadis berandalan yang selalu mengajarkan adik lo yang aneh-aneh. Gue enggak seburuk itu di mata lo.”

Ucapan Ara kembali terlintas dalam pikirannya membuat Chika kembali berteriak dan meremas rambutnya sendiri.

“Kak, are you okay? Please, jangan sakiti diri sendiri. Kalau ada masalah cerita sama aku, jangan sungkan.” ucap Fiony yang begitu khawatir.

Chika menggeleng, “Kamu pembohong, kak. Kamu bohong.” Lirihnya yang dapat Fiony dengar.

Fiony memeluk kakaknya itu sambil menangis karena sedih melihat kakaknya menjadi seperti ini.

“Tenang, Kak Chika. Aku disini, nggak akan tinggalin kamu. Maaf, kalau aku suka bentak kamu. Kamu harus tenang.” Bisik Fiony membuat Chika makin lama makin sedikit lebih tenang.

Hampir lima belas menit Fiony memeluk Chika, walaupun pegal dan kakinya sedikit kebas. Fiony mendengar suara dengkuran halus membuatnya meregangkan pelukannya, benar saja, kakaknya ini tertidur pulas.

Selesai membenarkan posisi tidur Chika, Fiony langsung menghubungi Ara untuk bertanya sesuatu. Karena dirinya merasa bahwa ini ada hubungannya dengan Ara dan Mira–orang yang sempat Ara ceritakan kepadanya sepulang dari rumah sakit.

°•°•°•°

Suara mesin EKG terdengar begitu nyaring di dalam ruang ICU di rumah sakit besar di Jakarta. Mira—gadis ini sedang berjuang dan sedang mempertaruhkan antara hidup dan matinya. Pendarahan yang terjadi di tangannya serta jantungnya yang kumat setelah selesai bertengkar oleh Chika.

“Gue mau menerima lo dan nyokap lo itu udah lebih dari cukup, tapi maaf kalau lo nyuruh gue buat nerima dia... Gue-enggak-akan-mau.”

“Terus, gimana sama lo? Bukankah lo juga pembohong?”

“Lo benar-benar pembohong besar, Amirah Fatin..”

Semua orang yang ada di dalam sedang berjuang keras untuk mempertahankan detak jantung Mira agar tetap stabil. Hidup dan mati Mira bukan hanya di tangan mereka, hidup dan mati Mira juga ada pada kehendak Tuhan. Semua orang terus merapalkan doa-doa, dan sebuah harapan yang begitu sangat kecil hanya untuk Mira.

Ara dan Boby sedang bertengkar di rumah dengan Anin yang mencoba melerai kedua anak dan ayah itu. Chika dan Fiony yang sudah mulai saling terbuka satu sama lain serta saling memaafkan. Vivi–gadis ini sedang merenung dan meratapi nasibnya yang sepertinya tidak ada harapan. Semua masalah satu-persatu bermunculan dalam hidup mereka. Ego, emosi, gengsi. Semua menjadi satu sekarang. Entah apa yang akan ternyata selanjutnya.

••••

Pokoknya saya ikutan emosi nulis ini. Jangan lupa vote ya, maaf kalau banyak typo-nya.

Fix! Mira harus mati kayaknya deh wkwkw

Ada apa sih, Twitter rame banget. Zara ada acara diskon lagi kah guys?

Makasih, see you

By Nopnop

REMBULAN - CHIMI [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang