"Bukan cuma lo!" Gadis itu menggeram kesal. Wajahnya sedikit memerah akibat marah. "Dia, dan seluruh kelas ini stress! Bisa gila gue disini lama-lama. Harusnya ga usah gue terima tuh undangan sialan! Gue perlu cari cara buat keluar dari sini."
"Lo h...
Gadis ini menatap penuh resah layar laptop kesayangannya ini. Pengumuman hasil Entrance Examination sudah sejak satu jam yang lalu. Tetapi ia sama sekali tidak berani mengetik nama dan nomor ujiannya disana. Ia cemas, takut tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Ayo di ketik aja, Disya. Lulus atau engga urusan nanti. Kan bisa sekolah tempat lain."
"Bukan gitu astaga. Biar kamu ga cemas aja. Toh Antrophodia bukan satu-satunya sekolah disini. Cepat cari nama kamu Disya." Nenek mendekatkan layar laptop pada Disya. Tubuhnya gemetar karena gemas oleh tingkah cucunya ini. Jika saja ia tau cara menggunakan laptop ini, sudah sejak tadi ia mencari nama cucu kesayangannya ini.
"Oke. Bentar Disya doa dulu." Gadis itu mengangkat kedua tangannya. Memejamkan mata dengan khusu. Sang nenek ikut berdoa. Sekolah ini impian cucunya. Ia sudah mengambis sejak sekolah dasar hanya untuk masuk sekolah ini.
Semoga saja hasilnya tidak mengecewakan.
Setelah selesai, gadis itu mengetik namanya dengan keyboard. Pelan sekali. Padahal jika soal mengetik cepat ia ahlinya. Nenek sampai geregetan sendiri. Ia gemas ingin ikut membantu Disya memencet tombol keyboard tersebut.
Medisya Flourent 05678
Loading beberapa saat, Disya jadi curiga. Serendah apa peringkatnya sampai aplikasi ini lama sekali mencari namanya. Wifi-nya juga bagus, tidak ada masalah dengan jaringanya. Kenapa aplikasi ini hanya berputar-putar tak jelas? Gadis ini kembali overtingking.
Lingkaran yang berputar-putar itu menghilang. Memunculkan layar baru
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia mematung. Wajahnya terkejut luar biasa. Pikirannya ikutan loading melihat hasil Entrance Examination miliknya. Nenek sudah sejak tadi berteriak mengucapkan selamat dan memeluknya erat-erat.
"Hah itu nama Disya? Disya lulus? Disya lulus kan?"
Nenek mengangguk. Menghapus air matanya yang sedikit keluar dari pelupuk matanya. Hasil perjuangan cucunya ini cukup memuaskan. Bahkan memasuki peringkat lima besar.
"Nenek masakin makanan enak deh. Buat rayain kelulusan Disyaa!"
Disya masih sibuk menatap laptopnya. Dari raut wajahnya terlihat ia sedang memikirkan sesuatu. Nenek yang melihat itu berbalik badan dan kembali mendekati cucunya.
"Kenapa? Ada yang ga sesuai sama ekspektasi kamu?" Tanya nenek. Ekspresi Disya yang seperti ini biasanya digunakan saat sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Disya menggeleng. Matanya menatap penuh sendu wajah keriput didepannya.