Bab X : Stranger Search

105 16 33
                                        

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*
*
*
*

↳ ❝ [BAB SEPULUH : PENCAHARIAN ORANG ASING] ¡! ❞

Pagi hari yang cerah— ah tidak. Ini masih gelap untuk seseorang seperti Shabira dan teman-temannya yang lain. Masih pukul enam pagi. Matahari mulai memunculkan wajahnya di sisi timur. Hari pertama di asrama biasanya banyak yang tidak tidur. Terjaga semalaman karena belum terbiasa. Walaupun kasurnya sudah empuk tingkat atas, tentu saja kasur dirumah adalah tempat istirahat terbaik.

Lupakan soal kasur, kita beralih ke sebuah kamar persis didepan lorong lift. Shabira terbangun dari tidurnya karena suara bising dan gaduh dari lorong-lorong asrama. Entah seluruh lorong atau hanya lorong mereka yang berisik. Dan gadis itu bisa tidur nyaman tadi malam. Delia disebelahnya juga tidak ada tanda-tanda kehidupan, gadis itu sepertinya masih terlelap karena lampu miliknya mati. Gadis itu pasti menyalakan lampunya jika sudah terbangun.

"Del? Bangun kek, liat diluar pada ngapain." Shabira mengetuk-ngetuk pembatas antara ruangannya dan ruangan Delia. Hening sejenak. Tidak ada jawaban.

Shabira mendengus kesal. Terserahlah. Dari pada anak itu mengamuk kembali di pagi buta seperti ini. Ia melangkahkan kakinya keluar. Sebelum itu, ia menyambar jaketnya yang berada di atas kursi meja belajarnya. Udara diluar dingin sekali. Ia bahkan memakai kaus kaki.

"Bangun juga lo." Alea tiba-tiba berseru. Matanya terlihat segar. Gadis ini sepertinya sudah terbiasa untuk bangun pagi. Shabira menghapus air matanya yang keluar akibat menguap

"Kalian udah ga sabar mau belajar atau gimana? Masih jam enam. Udah grasak-grusuk aja diluar."

"Diem deh. Mending lo buka mata lebar-lebar. Baca." Nadhifa mengambil sebuah kertas dari tangan Medisya. Gadis itu memegangnya sedari tadi dengan wajah pias. Shabira mengangkat alis, mengambil kertas kecil tersebut.

Persis setelah kalimat terakhir selesai Shabira baca, jam tangan pintar mereka semua berganti menjadi layar hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Persis setelah kalimat terakhir selesai Shabira baca, jam tangan pintar mereka semua berganti menjadi layar hitam. Lalu berubah menjadi waktu hitungan mundur. Tujuh puluh delapan jam. Berarti sama saja tiga hari. Astaga, orang ini juga dapat mengotak-ngatik jam tangan pintar mereka? Ah bisa saja, jam ini masih tersambung dengan tim IT.

A+ ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang