Bab VII : Principal of Anthrophodia School

117 25 11
                                        

Setelah membereskan beberapa barang, berkenalan dengan teman sekamar, dan membersihkan diri dari badan bau dan lengket, kepala sekolah Antrophodia tiba-tiba memanggil menuju ruangannya. Tidak semua, hanya 20 orang yang memiliki nilai Entrance Examination tertinggi. Termasuk Shabira. Gadis itu otomatis masuk A Class dengan kertas bertanda tangan ditangannya.

"Dingin." Celetuk seorang lelaki yang duduk paling pojok. Entah ada beberapa pendingin di ruangan ini. Ruangan ini juga cukup luas. Dengan meja panjang, smartboard, dan beberapa alat elektronik yang baru dirilis beberapa bulan lalu juga terdapat disini.

"Panas sumpah" Celetuk pemuda disampingnya.

"Lo sekte mana? AC lima kaya gini dibilang panas." Balas pemuda itu kepadanya. Badannya sedikit menggigil, pemuda itu benar-benar kedinginan.

"Kecilin aja AC-nya. Mau?" Tawar seorang gadis yang duduk paling dekat dengan remote AC. Pemuda itu mengangguk. Ia sudah tidak tahan. Gadis itu menekan beberapa tombol, tak lama suhu ruangan itu menjadi sedikit lebih hangat.

"Maaf menunggu, tadi saya sedang mengantar istri dan anak saya pergi ke sekolah."

Suara berat, tegas dan amat berwibawa itu terdengar saat mendengar desis pintu yang terbuka. Itu adalah Kepala Sekolah Antrophodia Junior High School, Pak Ares Noah.

Padahal Pak Ares memiliki supir pribadi. Istrinya juga bisa mengendarai mobil. Tapi karena insiden beberapa tahun lalu, Pak Ares terpaksa mengantar sendiri istri dan putri kesayangannya agar lebih selamat.

Pak Ares duduk di kursi hitam besar persis didepan para 20 anak pintar ini. Ia meminum air beberapa teguk sebelum perbincangan dimulai. Anak anak disini sudah menahan nafas, takut-takut salah tingkah didepan orang penting ini.

"Kalian sudah berkenalan? Karena Nilai Entrance Examination kalian cukup bagus, otomatis kalian akan dimasukkan kedalam kelas yang sama. Yah meskipun itu bisa berubah kapan saja jika hasil ujian kakak tingkat kalian bisa melebihi nilai kalian. Tapi menurut hipotesis saya, mereka tidak akan berhasil. Kalian angkatan pertama yang berhasil mencapai puncak rata-rata tertinggi. Siapa namanya tadi— ah iya. Azizah Dewi Banowati?" Jari telunjuk Pak Ares mengarah ke salah satu siswi yang terlihat pendiam. Gadis itu tidak banyak berbicara maupun bertingkah. Ia bahkan tidak mengobrol bersama yang lain sembari menunggu Pak Kepsek datang. Gadis itu memilih mengulas materi di tablet silver miliknya.

Tidak banyak protes, gadis itu berdiri tegap. Mengucapkan salamnya.

"Ya saya?"

Pak Ares tersenyum, kembali meneguk air dari botol didepannya. "Dari cara kamu menjawab, saya yakin kamu memiliki jiwa dan semangat yang tinggi. Kamu memiliki kepercayaan diri besar yang membawa kamu sampai ke titik ini. Selamat, kamu memiliki hak untuk mengatur fasilitas dan pelayanan disini. Termasuk teman-temanmu disini. Semua akses bisa kamu pakai untuk keperluan apapun. Kamu juga bisa meminta apapun yang kamu butuhkan. Pendingin ruangan, lemari pendingin, televisi, tablet baru, semuanya. Dan semua biaya akan ditanggung oleh sekolah. Hanya ini yang bisa kami berikan untukmu, Azizah."

Gadis itu tersenyum. Menunduk sebagai rasa hormat dan terimakasihnya kepada Kepala Sekolah Antrophodia ini. Anak-anak yang lain hanya bisa berekspresi didalam hati. Tidak mungkin mereka berteriak keras di ruangan ini.

"Untuk yang lain, kalian juga melakukan hal amat mengagumkan. Sekolah juga akan mengapresiasi semua usaha dan kerja keras kalian semua. Tidak sekarang, aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Menurut yang terbaik untuk kita semua."

"Mencurigakan, kalo yang kaya gini gue ga percaya." Celetuk salah satu gadis disana. Semua mata tertuju pada gadis berkacamata itu.

"Kamu bisa pegang janji saya, Delia. Jika tidak saya sendiri yang akan mengajukan surat mengundurkan diri karena meremehkan janji anak-anak berbakat seperti kalian semua."

A+ ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang