Bab V : First Day At Antrophodia

163 24 2
                                        

Bendera dengan logo khas Antrophodia berjejer panjang di jalanan. Mobil-mobil mewah dan mengkilap mulai memasuki halaman sekolah. Disana juga banyak wartawan yang meliput acara ini. Berita ini tentu saja akan menarik perhatian banyak orang. Antrophodia dengan berbaik hati membiarkan wartawan meliput secara gratis.

Gadis cantik dan pemuda tampan yang baru saja turun dari mobil mewahnya sangat menarik perhatian orang-orang. Wajah keduanya terlihat mirip, hanya ada sedikit perbedaan karena mereka memiliki jenis kelamin yang berbeda. Sepertinya mereka saudara kembar.

Ayah dan ibu mereka ikut turun dari mobilnya. Dengan setelan jas dan dress yang digunakan mereka berdua, membuat semua orang yakin bahwa mereka seorang pengusaha ternama. Mereka berdua selamat kepada anak kembarnya.

"Jaga sikap kalian disini. Perlengkapan kalian di asrama akan dibawa oleh ibu kalian, setelah acara pembukaan." Jelas Ayah sembari merapikan dasinya. Lalu melirik kearah jam ditangannya.

Sejak kapan wanita itu pantas dipanggil seorang ibu?

"Kamu" Ayah menatap putranya. Wajah anak itu tidak bersemangat. "Jaga adik kamu disini. Jangan sampai dia repot ngurus kamu. Nilainya udah bagus. Kamu mau dia malu punya saudara penyakitan?"

"Ayah!" Bentak gadis itu kuat. Pesan yang bermaksud merendahkan kakaknya itu sudah ia dengar akhir-akhir ini.

"Aku ga repot ngurus kakak. Aku juga ga masalah kalo dia bergantung pada aku terus. Urusan malu, bukannya ayah yang ga ngizinin kakak buat ditangani psikiater dan ga jalanin terapi?"

Sang Ayah mendengus. Putrinya selalu berani mengatakan apapun yang terbesit didalam hatinya. Kakinya kembali melangkah masuk ke dalam mobil. Meninggalkan mereka bertiga diluar.

Ibu merapikan rambut panjang putrinya. Ia juga membenarkan name tag gadis itu yang sedikit miring. Membuat gadis itu tersenyum sinis.

"Kaget gue beneran. Ayah udah ga liat kok. Santai aja. Ga usah pura-pura baik lagi." Gadis itu menatap tajam kearah sang ibu.

"Apa maksud--"

"Ga usah drama lagi deh. Bagus juga acting lo selama setahun ini. Selama gue masuk Antrophodia, gue bisa menjauh dari namanya pembunuh." Gadis itu menekankan suaranya pada kata terakhir ucapannya.

Pemuda itu menarik tangan sang adik menjauh. Ia tidak ingin mereka berdua membuat keributan disini.

"Udah. Banyak orang yang liatin lo tadi." Pemuda itu menatap wajah ibunya yang sendu, entah itu betulan sendu atau hanya berpura-pura. Lalu mengambil kotak bekal di tangan sang ibu.

"Makasih bekalnya. Semoga habis makan roti ini, kita berdua ga ikutan mati kaya bunda."

***

"Selamat datang, siswa baru Antrophodia Junior High School. Kalian telah melewati masa-masa sulit. Kami sangat mengapresiasi semangat kalian untuk bergabung bersama kami disini. Beri tepuk tangan untuk semua." Pria itu memandu kembali acara dengan baik. Suara gemuruh tepuk tangan memengaruhi ruangan.

"Sekitar dua ratus orang dari ribuan peserta Entrance Examination yang lolos. Hebat sekali. Berarti kalian memiliki kemampuan yang melebihi anak-anak yang bersekolah disekolah lain."

Semua ucapan pria itu rata-rata telah ia ucapkan sebelum Entrance Examination dimulai. Mereka sudah bosan dan pusing mendengar kalimatnya yang seolah-olah akan memberi mereka tekanan dari luar maupun dalam. Mereka hanya memikirkan nilai dan prestasi.

"Pembagian kelas akan dilaksanakan segera mungkin. Setelah para kakak tingkat menyelesaikan ujian semesternya. Ujian semester seharusnya dilaksanakan sebelum kalian masuk kesini, tetapi ada suatu insiden yang membuat ujian itu diundur."

A+ ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang