(Berantem terus, putus mah kagak)
"Makan, yuk!"
Suara seorang perempuan yang memasuki kepala dua ini mengejutkan kedua temannya, Rose dan Jihyo. Rose sedang asyik membaca buku, sementara Jihyo bermain dengan ponselnya. Suasana kelas sedang sepi karena waktunya istirahat.
Seinget Rose, Eunha tadi izin pergi makan siang bersama pacarnya, Jungkook. Namun, belum sampai sepuluh menit---mungkin---Eunha sudah kembali. Plus dengan wajah tertekuknya. Apalagi kalau bukan....
"Gue putus sama Jungkook."
Baik Rose dan Jihyo tidak akan terkejut dengan berita yang didengarnya. Pasalnya, sudah berapa kali mereka ada dalam fase putus-balik dalam sebulan. Bukan sekali atau dua kali juga, mereka mendengar Eunha kesal pada Jungkook.
"Nanti juga balik lagi," sahut Rose yang tak lepas dari kegiatan membacanya.
"Ini yang terakhir."
"Masa? Dua hari lagi juga balikan."
Eunha mencibir kesal. Ya, memang ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, putus, kemudian kembali lagi. Namun, rasanya kali ini Eunha tidak bisa menoleransi lagi. Bagaimana bisa Jungkook jalan dengan perempuan lain tanpa memberi tahunya? Jangankan untuk mengangkat telepon, pesannya saja tidak dibaca oleh Jungkook.
Kalau dipikir-pikir lagi, semenjak Jungkook mengikuti organisasi di kampus, hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Pertama, ketika Jungkook menjadi staf himpunan. Sebagian waktunya tersita karena tugasnya sebagai staf divisi kreatif. Belum lagi, Jungkook mengikuti komunitas seni di kampus.
Tahun kedua kuliah, Jungkook melanjutkan menjadi Ketua Himpunan. Mulai dari sini, hubungan mereka mulai sering bertengkar, putus, dan nyambung lagi. Apalagi mereka sudah beda jurusan. Intensitas pertemuan mereka pun jadi berkurang daripada masa-masa SMA dulu. Hampir memasuki tahun keempat, tapi Eunha merasa hubungan mereka semakin berbeda.
Eunha pergi terlebih dahulu untuk mengisi perutnya. Ia sudah melewatkan sarapan dan hari ini ada kelas sampai sore. Tidak mungkin, ia tidak mengisi perutnya sama sekali. Baru saja tangannya membuka pintu kelas, ia melihat Jungkook berdiri di depan pintu.
Jungkook mengulurkan sebungkus nasi goreng pada Eunha. Sebelum bertengkar dengan Eunha tadi, Jungkook sudah menitip nasi goreng pada temannya. Jungkook sangat hapal kebiasaan Eunha yang melewatkan sarapan. "Aku tahu kamu belum makan sama sekali."
"Nggak usah sok peduli. Aku bisa beli sendiri."
"Kamu yakin? Bentar lagi masuk loh. Belum lagi ngantrinya lama. Kayaknya nggak keburu sih."
Eunha masih memasang raut kesal. Dengan terpaksa, ia mengambil bungkusan itu. "Bukan berarti aku maafin kamu, ya."
"Iya, Sayang."
Eunha mendelik. "Nggak usah sayang-sayangan. Kita udah putus!"
Eunha langsung menutup pintu dan kembali ke bangkunya. Jungkook hanya tersenyum melihat tingkah Rose. Yang terjadi antara mereka adalah sebuah kesalahpahaman. Jungkook akan berbicara lagi dengan Rose setelah amarah cewek itu mereda.
"Dasar bulol."
Celetukan itu berasal dari Eunwoo, sahabatnya semenjak masuk kampus. Eunwoo juga yang menyaksikan sendiri bagaimana dinamika percintaan Jungkook dan Eunha. Karena tak jarang, mereka berdebat di depan Eunwoo---lebih tepatnya saat bersama Eunwoo. Jadi, pertengkaran sepasang kekasih itu tak luput darinya. Ya, mau gimana lagi, Jungkook dan Eunwoo sudah seperti surat dan perangko.
*****
Ini tidak hanya tentang rasa kesalnya pada Jungkook. Ia harus berulang kali merevisi poster design untuk acara di jurusannya. Otaknya buntu karena tidak menemukan palet warna yang pas untuk dipadukan.