Jeno menoleh sekali lagi kearah kantor tempatnya bekerja selama 5 tahun ini. Jaehyun memang tidak memecatnya sama sekali, dia tahu jika kakak kelasnya itu sangat profesional dalam masalah pekerjaan, tetapi dengan berita yang tersebar (peristiwa di tengah kemacetan itu malah menjadi headline news), Jeno tentu saja merasa tidak nyaman berada di lingkungan kerja yang sama dengan Jaehyun. Apalagi Jaehyun tidak mengajaknya bicara hingga hari terakhir dia berada dikantor.
Tentu saja Jeno tidak menyalahkan Jaehyun, tidak menyalahkan Haechan. Dia yang salah, seharusnya malam hari itu ketika dia ditanya apakah dia mencintai Haechan seharusnya dia jawab dengan tegas.
"IYA AKU MENCINTAI JUNG HAECHAN!!!!!!"
Jeno segera terdiam ketika menyadari dirinya berteriak - teriak tidak karuan didepan kantornya sendiri. Tingkah lakunya yang aneh tentu saja menjadi perhatian banyak orang, ia buru - buru melangkah menuju tempat parkir.
Sementara itu dari arah mobil, Jaehyun yang sedari tadi sudah membuka kaca mobil mendengar dengan jelas teriakan dari Jeno, "Dasar bodoh, kenapa tidak langsung saja waktu itu bilang."
Johnny tahu dia sedari tadi sudah diperhatikan oleh petugas keamanan di SMP Seungri. Wajar saja, dia bolak balik didepan gerbang sembari beberapa kali menengok kedalam. Johnny hanya ingin bertemu dengan Jisung, tetapi bahkan setelah beberapa jam bel pulang, sosok mungil yang ia rindukan itu masih saja belum terlihat.
Senyuman Johnny langsung mengembang begitu melihat sosok Jisung yang melangkah bersama dengan Chenle dan Sungchan. Dia segera masuk kedalam lokasi sekolah.
"Jisung..." langkah kaki Johnny berhenti didepan Jisung dengan senyuman lebar.
Jisung menatap kearahnya tanpa senyuman sama sekali dan tanpa bicara sama sekali, Jisung melangkah pergi dari hadapan Johnny.
Tentu saja Johnny takkan melewatkan kesempatan begitu saja, dia mengejar Jisung dan memegangi lengan Jisung agar tidak kabur darinya.
"Lepas!!!" teriak Jisung.
"Bantuin sana Sungchan..." Chenle mendorong - dorong tubuh Sungchan.
"Enggak mau ah, aku takut," kata Sungchan.
"Badan doang gede, nyali ciut," ejek Chenle.
Johnny berusaha mengabaikan dua anak yang sedang bertengkar sendiri di jarak yang cukup jauh darinya. Ia menatap pada Jisung, memegangi tangan Jisung dengan lebih lembut walaupun kemudian di tampik lagi oleh Jisung.
"Beli es krim yuk, hyung belikan apapun yang kau mau," kata Johnny berusaha membujuk Jisung.
Jisung justru memalingkan wajah dari Johnny, "Seharusnya aku memang tidak berharap padamu hyung."
"Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Johnny.
"Di restoran saja kau tidak mau mengakui aku sebagai kekasihmu, seharusnya aku sadar saat itu kau memang tidak menginginkanku," jawab Jisung dengan airmata yang berusaha ia tahan sebisa mungkin.
"Bukan seperti itu Jisung..." Johnny menjatuhkan dirinya, bersimpuh dihadapan Jisung, ia ingin menatap kedalam mata anak laki - laki yang ada dihadapannya ini, tetapi Jisung terus menerus menolak untuk menatapnya.
"Kalau aku semanis dan seseksi Ten hyung, kau pasti akan mengakui ku sebagai kekasihmu, iya kan..." kata Jisung.
Johnny menggelengkan kepala, kedua tangannya memegangi tangan Jisung dan dia beruntung karena kali ini tidak ada penolakan, "Aku terlalu takut untuk mengakuimu karena...."
"Karena...."
Kali ini tatap mata Johnny dan Jisung bertemu. Jisung berharap mendapat jawaban, meskipun dia tahu apa yang akan diucapkan oleh Johnny sementara Johnny enggan untuk mengeluarkan jawaban dari mulutnya karena takut menyakiti hati Jisung.
"Karena apa? Katakan padaku," Jisung melepaskan kembali pegangan tangan Johnny.
"Kau terlalu muda," kata Johnny pada akhirnya, ia duduk terpekur dengan kepala menunduk. Rasa cinta yang jatuh pada diri manusia memang tidak bisa dipilih. Dia terlanjut jatuh hati pada Jisung yang masih begitu muda. Ketakutan muncul jika suatu saat nanti Jisung akan meninggalkannya, mengingat usia yang terpaut begitu jauh. Ketika dia telah menua nanti, Jisung masih dalam usia yang cukup muda untuk bermain dan menjelajah.
"Hanya karena aku terlalu muda kau menyerah," kata Jisung, "Padahal selama ini aku jauh lebih dewasa dari mantan kekasihmu yang tiba - tiba mengguyurku dengan air itu. Padahal selama ini aku bisa memahamimu selayak orang dewasa yang memahami pasangannya. Sebenarnya kau ragu karena usiaku atau karena aku?"
Jisung tidak ingin menunggu jawaban dari Johnny lagi, ia melangkah pergi, meninggalkan Johnny yang benar - benar masih duduk terpekur dengan kepala menunduk. Johnny berfikir dengan cepat didalam kepalanya, keputusan yang akan ia ambil hari ini akan benar - benar mempengaruhi kehidupannya di hari esok. Johnny segera bangkit berdiri, dia sudah mengambil keputusannya. Tubuhnya membalik dan mengejar Jisung, tangganya segera mendekap erat pada tubuh si anak laki - laki yang terhentak karena pelukan mendadak dari Johnny.
"Apakah kau benar - benar akan mampu bertahan denganku ketika aku menua nanti?" ucap Johnny lirih, tepat di telingat Jisung.
Jisung menarik nafas dalam - dalam, merasakan ketegangan yang berbeda dari ketika dia pertama kali melakukan hubungan sex dengan Johnny. Kali ini, pertanyaan Johnny yang mengalir dan masuk kedalam telinganya bukanlah pertanyaan sia - sia.
"Apakah kau benar - benar akan tetap mencintaiku ketika rambutku memutih dan tubuhku melemah?" tanya Johnny kembali.
"Aku sanggup hyung... asal itu kau.." balas Jisung sembari mengelus lembut pada tangan Johnny yang memeluk tubuhnya, "Sebaliknya, apa kau benar - benar akan mampu bertahan denganku jika aku merajuk karena usia mudaku belum bisa memahami keadaan?"
Johnny tersenyum tipis, "Tentu saja aku sanggup."
Johnny melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Jisung. Dua tatap mata saling bertemu, dalam cinta yang muda namun berusaha menerobos janji di masa tua. Dua tatap mata saling menyapa, dalam dentuman cinta yang riuh namun berusaha menenangkan gejolak yang ada didalam hati mereka. Dua tatap saling menyapa, menyakinkan jika hari esok akan baik - baik saja asalkan mereka saling percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeYong's Family
FanficCerita ringan tentang pasangan suami istri Jaehyun dan Taeyong, menghadapi dilema dan problematika kehidupan, ditambah rumitnya memiliki dua anak remaja yang tengah tumbuh kembang di dunia yang semakin gila.