17. Balada di Depan Rumah Keluarga Jung

109 10 8
                                    

Jeno sudah memarkirkan mobilnya di dekat rumah keluarga Jung, mengawasi setiap pergerakan yang terjadi dirumah mewah itu, tetapi dia tidak melihat sosok Haechan yang dirindukannya datang. Ditengah kegelisahan dan kegalauannya, tiba - tiba saja Jeno dikejutkan dengan suara ketukan di kaca mobilnya. Dia masih trauma dengan ketukan di kaca mobil.

Dengan sangat hati - hati dan kewaspadaan tingkat tinggi, Jeno membuka kaca mobilnya, saat matanya menangkap sosok Haechan berdiri disamping mobilnya, dia segera keluar dari mobil dan memeluk erat pada tubuh anak laki - laki dihadapannya ini.

Haechan memberontak dan melepaskan dengan cukup keras dari pelukan Jeno.

"Kenapa disini??" tanya Haechan.

"Aku merindukanmu Haechan," jawab Jeno.

"Tapi kau tidak berani berkata mencintaiku dihadapan keluargaku," kata Haechan.

Jeno menarik nafas dalam - dalam, "Aku belum siap saat itu. Situasinya juga sangat mendadak, jadi aku tidak siap."

"Jadi sekarang sudah siap," Haechan mengambil tangan Jeno dan menariknya menuju rumahnya, "Ayo, bilang pada ayah dan ibuku."

Jeno menghentikan langkah kakinya dan itu membuat tubuh Haechan tertarik kebelakang karena tidak kuat menarik tubuh Jeno. Haechan melepaskan pegangannya pada tangan Jeno dan menatap pada laki - laki dihadapannya dengan tatapan penuh kekecewaan.

"Kau harus mengerti Haechan," kata Jeno, "Menyiapkan pernikahan tidak semudah yang kau kira."

"Aku tidak harus kau nikahi sekarang atau setahun lagi," kata Haechan, "aku bisa menunggumu sampai siap. Tapi kau harus tahu, jika kau selalu mengingkar janji."

Jeno terdiam dengan perasaan tersakiti karena perbuatannya sendiri.

"Kau berjanji akan menuruti apapun keinginanku ketika aku setuju untuk memberimu pelayanan waktu itu," kata Haechan, "Tapi kau belum memberikan apapun."

"Memang apa yang kau inginkan?" tanya Jeno.

"Bahagia bersama orang yang aku cintai," jawab Haechan, "Yaitu kau."

Jeno seharusnya merasa bahagia dengan apa yang barusan dia dengar dari mulut Haechan. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, Haechan juga mencintainya, tetapi menghadapi Jaehyun dan Taeyong adalah masalah berbeda. Dia, masih belum memiliki keberanian itu sekarang.

"Benar kan.... Kau tidak bisa memenuhi janjimu sendiri..."

Jeno hanya bisa menatap kearah Haechan yang melangkah pergi meninggalkannya untuk memasuki istana megah keluarga Jung. Haechan tidak paham jika dia terlalu takut menjadi bagian dari keluarga terpandang dan terkaya di negerinya ini. Jeno selalu merasa jika dirinya terlalu beruntung bisa disamping Jaehyun dan memang seharusnya dia memang tidak bermimpi terlalu tinggi.

Bagi Jeno jika memang jalan seperti ini adalah yang terbaik untuk mereka berdua, maka dia akan tetap pada pendiriannya.

Melepaskan Haechan dari kehidupannya.

Berusaha melupakan cintanya pada Haechan.

Berusaha melupakan senyuman manis milik Haechan.

Berusaha melupakan sentuhan hangat yang pernah diberikan Haechan untuknya

Berusaha unt...

Jeno berhenti bermonolog, ia menatap pada Haechan yang ternyata masih menunggunya di depan gerbang dengan wajah sembab karena airmata mengalir. Langkah kaki Jeno mengayun begitu saja, mendekat dan terus mendekat pada sosok mungil Haechan yang menunggunya. Tangannya terbuka dan mendekap erat pada tubuh Haechan yang dengan segera membalas pelukannya. 

"Sejenak aku berfikir untuk meninggalkanmu dan mengira kau akan hidup bahagia dnegan yang lain," kata Jeno. 

"Aku bahagia denganmu ahjussi pabbo..." balas Haechan di sela - sela isak tangisnya, "Aku ingin hidup denganmu ahjussi mesum."

Jeno tersenyum lebar, ia mengusap rambut belakang Haechan. Tangannya melepaskan pelukan, mengusap airmata Haechan yang mengalir membasahi wajah manis anak laki - laki dihadapannya ini. 

"Sudah jangan menangis lagi," kata Jeno, "Aku sudah ada disini dan aku sudah memantapkan hati untuk menemui ayah dan ibumu. Aku akan berkata pada mereka jika aku mencintaimu dan sanggup menjadi suamimu."

Haechan kembali memeluk tubuh Jeno, dia sangat bahagia mendengar ucapan Jeno yang begitu tegas. Semoga saja setelah ini semuanya benar - benar berjalan lancar. 

Lagi, tetapi kali ini Haechan, pelukan dilepaskan. Tatap mata mereka bertemu dalam kasih dan cinta yang semakin dalam dan semakin dalam. Yang diharapkan akan semakin dalam seiring berjalannya waktu. Tatap mata mereka bertemu dalam keyakinan cinta dan kasih yang tidak salah dan akan abadi. 

Jeno mendekatkan wajahnya, dan dengan begitu lembut. 

Tanpa nafsu. 

Sangat lembut.

Tanpa birahi.

Bibir Jeno menyentuh lembut pada bibir milik Haechan, berbagi kehangatan dan kebahagiaan yang ternyata memang Jeno temukan pada sosok Haechan. 

JaeYong's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang