04

496 159 4
                                    

Mashiho sibuk mondar - mandir mempersiapkan semua hal yang akan digunakan untuk ritual nanti.

Mashiho menggelar karpet panjang berwarna merah tua, dengan lilin di sepanjang karpet tersebut. Terdapat lonceng yang ia ikat di atap.

"Kalian harus pakai lonceng nya, jangan sampai lonceng yang kalian pegang bunyi saat hantu itu ada di sekitar kalian" Mashiho memberikan satu persatu lonceng kecil kepada mereka.

"Anjir, kita jadi jalanin ritualnya?" umpat Jaehyuk, dia kira hanya bermain Qouija saja, dan ritual nya bisa dilakukan kapan - kapan.

"Hm" jawab Mashiho acuh.

"Jangan sampai hilang, genggam terus sampai semua nya berakhir" Lanjut Mashiho menyeka keringat nya, menatap hasil kerja nya.

"Duduk, jangan ada yang buka suara sampai ritual nya selesai. Jangan ada yang buka mata sebelum gue perintahin" semua hanya mengangguk, mulai duduk melingkar dengan Mashiho yang berdiri di samping mereka memegangi lonceng.

Mashiho memejamkan mata nya, mengangkat lonceng nya tinggi - tinggi dan menggerakan nya pelan.

Kring

Tepat setelah itu angin berhembus dengan kencang, jendela serentak tertutup dengan bersamaan menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Teman - teman nya yang mendengar hanya bisa terdiam, memejamkan mata nya dengan erat berharap ini semua akan selesai dengan cepat.

Mashiho menghela nafas panjang, menjeda kegiatannya melirik ke segala penjuru ruangan mencari keberadaan sesosok yang ia cari. Mashiho kembali memejamkan mata nya, kembali mengangkat lonceng nya tinggi - tinggi dengan lilin di tangan kanan nya.

"Ring, Ring Your bell~" kalimat yang di ucapkan Mashiho tidak begitu menyeramkan jika di dengar, tetapi akan terasa mengerikan di saat seperti ini.

Nada suara rendah dan dingin membuat keempat belas teman nya semakin merinding. Setiap kata demi kata yang terlontar dari Mashiho, membuat aura hitam mulai terasa. Hawa panas kian terasa, seiring dengan suara tawa yang mendekat.

Kring.

"pertama aku menginginkanmu"

Kring

"kedua, aku menanti mu"

Kring.

"ketiga, aku mengundang mu"

Bunyi lonceng terdengar untuk ketiga kali nya. Suasana semakin mencekam, dan aura hitam mulai terasa. Tidak akan ada yang tahu apa mereka akan selamat, atau mati.

Bunyi sepatu yang baradu dengan lantai kayu, terdengar mencekam serta aura hitam mulai mendominasi.

Lilin yang tersusun rapi mulai padam, hembusan nafas terasa memberat seiring dengan suara langkah kaki yang kian melambat. Lonceng yang tergantung di langit - langit ruangan bergerak tidak beraturan, membuat suara acak dengan suara seseorang yang mulai mendekat.

Hingga suara langkah kaki itu berhenti, lonceng berhenti bergerak menimbulkan suasana hening. Lilin yang berada di tengah - tengah kembali menyala.















"Ring Your bell and, I Come to kill you"







"Ingin bermain?" tanya Mashiho santai, tersenyum manis meletakan lonceng yang ia pegang ke lantai. Karpet merah yang ia letakan tadi, kini bercampur dengan noda darah.

Gadis bergaun merah itu tersenyum, menyibak helai rambut nya menampilkan wajah pucat dan kulit putih bak boneka porselen. Gaun merah panjang yang kontras dengan karpet merah yang tergelar rapi menambah kesan elegan.

[1] Spirit bell 00 - 01L || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang