23 : Why?

178 32 2
                                    

Beberapa menit tak kunjung ada jawaban dari Levi membuat Maiko berinisiatif untuk membawakan makanan untuk Levi ke kantornya.

"Kalau begitu akan aku-"

"Bawa makanan mu juga."

"E-eh?"

"Kubilang, makan bersamaku."

". . ."

"Kau belum makan kan?"

Maiko terdiam sebentar, bingung apakah ia harus jujur atau berbohong untuk menghindari makan bersama kapten yang menurutnya akan sangat tidak nyaman.

"Ah- itu... Belum..." Kata-kata itupun keluar dari bibir Maiko, membuat Levi mengangguk lalu mengisyaratkan Maiko untuk mengambil makanan. Tak bisa lagi menolak Maiko hanya menghela nafas, lalu menghilang dari balik pintu.

Senyuman tipis kembali terbentuk dibibir Levi.

Kreettt

Pintu ruangan pun terbuka, memperlihatkan Maiko yang masuk dengan nampan berisi dua piring makanan kedalam kantor Levi. Levi yang melihat itu lalu melepas semua dokumen ditangannya, menunjuk coffee-table ditengah ruangan kerjanya, sehingga Maiko dengan cepat menaruh nampan tersebut diatas meja.

Levi berdiri dari kursi kerjanya, sedikit meregangkan tubuhnya yang kaku karena terlalu lama bergelut dengan dokumen-dokumen itu. Ya, mungkin karena keadaan di negaranya sedang sangat damai sehingga tidak ada tanda tanda keberangkatan untuk ekspedisi selanjutnya membuat Levi malah dialihkan pekerjaannya untuk mengurus dokumen penting seperti ini.

"Duduklah." Perintah Levi, menyusun dokumen yang berhamburan dimejanya. Tentu saja semua diruangan ini harus terlihat rapi, karena pemilik ruangan ini tak lain adalah seorang penggila kebersihan.

Maiko mengangguk lalu duduk di sofa hijau, memperhatikan setiap gerak-gerik Levi yang sungguh membuatnya ingin berteriak, saking tampannya manusia satu itu.

"Kenapa?"

Tentu saja, kepekaan Levi membuatnya menyadari bahwa sedari tadi ada yang terus mengikuti, memperhatikan gerak geriknya, yang tak lain adalah satu-satunya orang yang ada diruangan ini selain dirinya.

Maiko tersentak, merasa malu karena tidak sadar terus memperhatikan Levi.

"A- Tidak! Kapten tidak makan?"

"Panggil Levi saja."

"Eh? Tapi-"

"Hanya kalau berdua."

"...Ya?"

Merasa sudah puas dengan keadaan mejanya yang kembali bersih dan rapi, Levi lalu mengalihkan pandangannya ke gadis itu, yang menatap Levi dengan tatapan bingung. Pasalnya hubungan mereka adalah antara atasan dan bawahan, membuat Maiko sedikit takut untuk memanggil Levi tanpa kata 'kapten' walaupun hanya mereka berdua saja, dan walaupun dulu Maiko tentu saja hanya memanggil Levi dengan namanya karena dia tak tau akan bertemu langsung dengan orangnya seperti ini.

Levi berjalan kearah sofa hijau didepan Maiko, duduk dengan kaki sebelah yg ia lipat diatas kaki lainnya, posisi duduk yang selalu ia anggap paling nyaman.

Another World [LEVI FANFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang