15 : Unbelieveable

303 49 2
                                    

Author's pov

Sementara itu...

"Kenapa tiba tiba seperti ini? Masa karena kakinya yang retak itu?"

"Entahlah, sesuai yang dokter katakan dia memang masih bernafas tapi seperti tidak memiliki jiwa..."

"Aku baru pertama kali mendengar hal seperti itu."

"Bukan hanya kau yang baru pertama kali mendengarnya, kita semua juga."

Brak

Pintu kayu yang sudah lumayan rapuh itu terbuka secara paksa, memperlihatkan sosok Levi yang memasang wajah tak senang. Orang orang yang berada didalam ruangan itu terkejut dan langsung terdiam, menghentikan segala kegiatan mereka.

"Levi, ini bukan saatnya kau mengkhawatirkan hal seperti ini. Ini hal yang biasa bukan?"

Kata-kata itu bukannya malah menenangkan diri Levi, tetapi malah semakin membuat emosinya meluap dan mmebuatnya tak bisa menahan diri dan tanpa sengaja memecahkan kaca.

Prang

"LEVI!" Hanji yang melihat tingkah tak biasa dari temannya itu segera menghampirinya dan menarik tangannya.

"Niva, ambilkan kotak medis." Perintah Hanji dengan memasang wajah serius. Tak ada yang berani membuat suara sedikitpun saat itu karena suasana yang benar benar mencekam. Gadis yang bernama Niva tadi kembali dengan membawa kotak yang berisi perlengkapan medis dan memberikannya kepada Hanji untuk mengobati tangan Levi yang sudah bercucuran darah karena terluka.

Levi masih berdiri terdiam disitu, pikirannya berada ditempat lain.

Hanji dengan lincah membersihkan luka Levi dengan alkohol lalu membalut tangan Levi dengan perban. Kemudian Hanji memanggil asistennya, Moblit dan membisikkan sesuatu padanya yang langsung membuat Moblit mengangguk dan menyuruh semua orang yang berada di ruangan itu keluar, kecuali Hanji dan Levi.

"Duduklah dan tenangkan dirimu, kau biasanya tak seperti ini."

Pinta Hanji sambil menghela nafas lalu membersihkan pecahan kaca yang berhamburan. Levi yang masih tetap terdiam daritadi, kemudian duduk di salah satu kursi sambil menyenderkan punggungnya dan memijat pelipisnya.

Sejujurnya, Levi sendiri tidak mengerti kenapa dia sampai meluapkan amarahnya sampai seperti ini. Padahal seharusnya dalam hal melihat rekannya mati atau sekarat, itu sudah menjadi hal yang lumayan biasa untuknya walaupun tentu saja rasa bersalah dan penyesalan terus menyelimuti dirinya. Tapi entah kenapa kali ini perasaannya seperti ada yang berbeda.

Levi sekali lagi menghela nafas berat, sementara Hanji sudah berdiri disampingnya sambil bersandar didinding dan menyilangkan tangannya, menatap Levi.

"Apa?" Tanya Levi cetus.

"Kau harusnya tau apa yang akan aku katakan."

"Tidak tau."

"Jangan bercanda dulu ah!"

"Memangnya siapa yang sering bercanda?"

"...Aku serius!"

"Aku juga."

Hanji mengepalkan tangannya kesal melihat temannya satu ini, membuatnya benar benar ingin melemparnya ke luar jendela disampingnya. Namun, ia sadar diri bahwa orang ini adalah manusia terkuat disini dan yang ada bukan Levi yang terlempar, tetapi mungkin malah dirinya yang akan terlempar. Hanji pun kembali menghela nafas lalu mengacak rambutnya frustasi.

Ia duduk jongkok dilantai, tetap menatap sosok Levi yang kembali terdiam dengan alis yang berkerut.

Keheninganpun menyelimuti ruangan itu, sampai...

Another World [LEVI FANFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang