Naruto membalikkan kursi besarnya. Kini dihadapannya tak lagi meja yang berisi dokumen dan berkas kantor, namun sebuah jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan kota dari ketinggian 20 lantai.
.
.
"Iya. Apa kau sudah makan? Jangan bilang kau lembur bersama ramen-ramen mu itu ya" Nada Sakura terdengar marah sekaligus khawatir.
"Haha aku tak bisa melewatkan hari tanpa ramen, kau tahu itu" Naruto melirik meja kecil disudut ruangan dimana terletak beberapa mangkuk kosong bekas ramen instan yang ia lahap sepanjang hari ini.
"Kau bisa cepat mati kalau begitu. Susah sekali memintamu paling tidak mengurangi kebiasaanmu itu" Sakura mulai mengomel.
"Iya iya. Aku akan mulai mengurangi makan ramen. Berhenti mengomel, oke?" Naruto lebih memilih mengalah jikalau menyangkut berdebat dengan wanita yang terkenal keras kepala itu.
Terdengar suara gumaman sang wanita, tanda mengiyakan.
"Jadi.. apa kau merindukanku?" Naruto mencoba menggoda wanita tersebut.
"Ha? T-Tentu saja tidak" Sejenak yang digoda terdengar gugup.
Naruto terkekeh, mengetahui sang wanita masih saja bertingkah tsundere.
"Untuk apa aku merindukan lelaki baka sepertimu?" Kini sang wanita terdengar kesal.
"Ah sepertinya kau lupa malam panas yang pernah kita lewati, Saku-chan" Naruto kembali menggodanya.
"Maaf ya, tidak pernah ada malam panas diantara kita" Sakura membantah Naruto.
"Oh ya? Baiklah jika kau yang meminta. Aku akan kembali mengingatkan. Saat itu kau sedang patah hati karena lelaki berambut merah itu memutuskanmu lalu kau meminta, ah memohon lebih tepatnya padaku untuk dibawa kesebuah club" Ingatannya kembali ke tiga tahun silam, saat ia dan Sakura baru saja lulus dari kuliah.
Alih-alih malu, Sakura malah tertawa. "Iya, Tapi kau tak bisa menolaknyabkan? Karena kau tak ingin mabuk pertamaku itu bersama orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart Our Story (NaruSaku)
Fanfiction(Adult Themes, Implicit) Tanpa sengaja malam itu kehidupan mereka berdua hancur. Kini keduanya sibuk mencoba menata kembali hidup dan hati masing-masing. Bisakah kejadian masa lalu itu membawa sebuah hal manis untuk keduanya? Atau memang tak ada sam...