Naruto kembali menegak habis minuman digelas yang entah sudah keberapa kalinya diisi oleh bartender. Jasnya sudah tak terpakai sejak memasuki club, kemeja putihnya kusut dengan beberapa kancing terbuka, dasi merahnya entah sudah kemana. Ia sama sekali tak mempedulikan keadaannya dan tak menginginkan siapapun peduli padanya untuk saat ini. Ia hanya ingin melepas penat sejenak, setelah mengalami hari yang berat.
Ia mengalihkan pandangan kesekelilingnya. Semua orang ditempat itu tampak sibuk menggerakkan tubuh mencoba mengikuti irama musik yang teramat keras. Naruto hampir tak bisa melihat apa-apa, dikarenakan gelapnya tempat itu. Hanya kelap kelip lampu berbentuk bola yang menjadi sumber cahaya samar-samar.
Sekilas ia melihat warna pink diantara segerombolan manusia dilantai dansa. Warna pink itu terasa familiar. Mengingatkannya pada sosok perempuan yang pernah mengisi kehidupannya. Ah, ia pasti sedang berhalusinasi saat ini. Mana mungkin perempuan itu berada disini, di Suna.
Ya, saat ini Naruto berada di Suna. Sejak dua tahun yang lalu ia resmi menyandang status duda. Semua itu dikarenakan Hinata yang menuntut cerai darinya, tentu saja itu terjadi sejak malam petaka itu. Hinata melaporkan segala yang ia dengar ke keluarga besarnya dan tanpa basa basi besoknya Naruto langsung menerima surat permintaan cerai dari Hinata, lengkap dengan pukulan dari Neji, saudara laki-laki Hinata, serta umpatan dari keluarga besar Hinata lainnya. Tak hanya itu, keluarganya sendiri juga sangat marah padanya, dan tentu saja malu.
Ia sudah mengalami masa-masa sulit, perceraiannya dengan Hinata berpengaruh besar kepada perusahaannya. Karena hampir semua kolega diperusahaan itu memihak Hyuuga, sang pemilik saham terbesar setelah ayahnya sendiri. Dan keinginan Hiashi agar ia mau mempertahankan sahamnya diperusahaan adalah dengan mendepak Naruto dari Konoha. Jadilah kini ia dipindahkan dari Konoha, ke Suna. Bertukar posisi dengan pimpinan perusahaan cabang Suna demi kelangsungan perusahaan. Saat ini pimpinan perusahaan cabang Konoha adalah satu orang kepercayaan ayahnya, Kakashi Hatake.
Tapi tunggu dulu, Naruto mengingat sesuatu. Sakura.. dia memang berasal dari Suna. Setelah tamat sekolah, ia memilih melanjutkan kuliah di Konoha hingga keduanya bisa saling bertemu dan kenal. Jadi, tentu saja ada kemungkinan jika Sakura sekarang berada di tempat ini. Ini adalah kota kelahirannya.
Naruto kembali memandang lautan manusia dilantai dansa, dalam remang bisa ia lihat warna pink yang tak lain pastilah surai gadis itu. Ia berani bertaruh, selama ia hidup belum pernah ia melihat orang lain dengan warna rambut seperti itu. Tidak salah lagi.
Ia segera meninggalkan kursinya dan berjalan cepat menuju lantai dansa, menembus kerumunan orang-orang hingga sampai ke tengah.
Sementara itu..
Sakura menggerakkan tubuhnya, dengan kepala yang terasa semakin berat. Tak lupa tangannya sibuk mengalung erat dileher seorang lelaki berambut merah dengan sebuah tato disisi kepalanya, menjadikan tubuh lelaki itu sebagai tumpuannya. Tangan lelaki itu berada dipinggangnya, matanya tak lepas dari sosok didepannya yang meliukkan diri sambil memejamkan mata. Tak tahan, dikecupnya sudut bibir sang wanita. Membuat sang wanita membuka matanya, tampak terganggu.
"Jangan mengangguku, Gaara"
"Sorry" Gaara terkekeh.
Tiba-tiba aktifitas mereka terhenti saat sebuah tangan kokoh menarik lengan Sakura hingga membuatnya terlepas dari tubuh Gaara. Sakura hampir saja meradang, siap untuk memaki siapapun yang sedang menghentikan kesenangannya. Namun matanya melebar saat menyadari siapa sosok yang sudah menarik tangannya.
Lelaki itu, lelaki tampan dengan surai pirang dan warna mata biru laut jernih. Siapa lagi kalau bukan, Naruto.
"Sakura?" Naruto berucap duluan.
Sakura membuang keterkejutannya dan seketika mengganti ekpresinya menjadi dingin.
"Siapa kau?"
Naruto terkejut mendengar pertanyaan itu. "Tentu saja ini aku, Naruto" Naruto memegang kedua sisi bahu Sakura.
"Aku tak mengenalmu" Sakura menepis tangan Naruto di bahunya.
"Tak mungkin, kita selalu bersama saat kuliah dulu"
"Kukira kau salah orang" Alis Sakura bertaut tanda tak suka.
"Tidak mungkin. Sakura, kenapa kau bertingkah tak mengenalku?" Naruto berteriak frustasi.
"Hey! Apa kau tak dengar saat dia bilang dia tak mengenalmu" Kedua tangan Gaara mulai menarik kerah baju Naruto.
"Lepaskan, bajingan!" Naruto melepaskan tangan Gaara dengan kasar lalu beralih melihat Sakura yang menatapnya dengan sinis.
"Oke, Sakura. Jika ini yang kau mau" Naruto menatap tajam perempuan itu kemudian berbalik meninggalkannya.
Membuat raut angkuh sang perempuan tadi memudar. Ia melihat punggung Naruto yang menghilang dibalik kerumunan orang.
"Sakura, apa benar kau tak mengenalnya?" Gaara bertanya kembali.
"Antar aku pulang, Gaara" Sakura tak menatap Gaara, melainkan masih memandang lurus ketempat dimana Naruto baru saja menghilang.
"Tapi, kita baru saja mu-"
"Aku mau pulang. Kau antar, atau aku pulang sendiri" Sakura memandang tajam lelaki disebelahnya lalu kemudian melengos pergi meninggalkan Gaara.
"Hei, Sakura. Biar kuantar" Gaara dengan cepat berusaha menyusul Sakura.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart Our Story (NaruSaku)
Fanfiction(Adult Themes, Implicit) Tanpa sengaja malam itu kehidupan mereka berdua hancur. Kini keduanya sibuk mencoba menata kembali hidup dan hati masing-masing. Bisakah kejadian masa lalu itu membawa sebuah hal manis untuk keduanya? Atau memang tak ada sam...