"Jadi, apa kau sudah bercinta lagi semenjak bercerai?" Suara wanita beriris aquamarine terdengar.
Sakura melirik dari balik gelas putih bening yang kini sedang ia teguk ke wanita blonde disebelahnya.
Ia menandaskan minuman mengandung alkohol itu dan meletakkan gelas tinggi tersebut kemeja bar didepannya.
"Menurutmu?" Ia balik bertanya singkat.
"Hm entahlah, yang kutahu kau gadis baik-baik saat sekolah dulu. Tapi aku tak tahu apakah kuliah di Konoha sudah merubahmu" Ino mengedikkan bahunya.
Sakura terkekeh mendengar celotehan sahabatnya. Ia memutar duduknya yang tadi menghadap meja bar, hingga kini menghadap ke sebuah lantai dansa yang tampak lengang. Lampu-lampu berwarna berputar pelan. Ini baru jam 10, musik di club masih belum begitu berat.
"Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku disentuh lelaki, Ino" Ia menoleh ke Ino.
"Aku tak percaya" Ino ikut memutar tubuhnya dan melirik Sakura.
"Kau fikir setelah aku disentuh oleh seorang Uchiha Sasuke, akan ada pria lain yang bisa membuatku berhasrat?"
Mungkin minuman alkohol yang sedari tadi diminumnya mulai memberi reaksi ditubuhnya. Ia merasa lebih rileks dan tak terbebankan saat ia kembali menyebut nama Sasuke. Tapi ia tak berniat mabuk malam ini, hanya sedikit alkohol bersama sang sahabat.
"Haha.. benar juga. Pasti sulit membangkitkan seleramu setelah sosok sesempurna itu yang menyentuhmu" Ino tampak setuju dengannya.
Tak ada percakapan untuk sesaat. Keduanya sibuk menikmati musik.
"Kau sedang merindukan kekasihmu" Sakura berucap setelah memperhatikan arah bicara Ino.
Mendengar itu, Ino tersenyum kecil. "Ya, dia sedang ke Konoha. Mengurus beberapa hal"
"Jadi, kapan kau mau mengungkapkan padaku siapa lelaki gila yang menjadikanmu tunangannya?" Sakura menarik sebelah alisnya.
"Haha.. Kau akan tahu nanti"
"Hei, Sakura"
Sakura menoleh kesumber suara. Seorang lelaki muncul dari sebelahnya.
"Gaara?"
Sosok itu tersenyum padanya dan memesan sebuah minuman ke bartender.
"Bagaimana kabarmu? Sudah mendapat pekerjaan baru?"
"Kabarku baik, dan aku sudah mendapatkan perkerjaan disebuah perusahaan"
"Ah, jadi itulah alasan kau sering tak mengangkat teleponku. Sibuk dengan perkerjaan baru, eh?"
"Jangan mulai, Gaara" Sakura memutar bola matanya, bosan.
Gaara terkekeh melihat reaksi Sakura.
"Aa- iya, perkenalkan, Ino" Sakura melirik Ino "Ino, ini Gaara, teman kerja dikantor lamaku"
Ino dan Gaara bersalaman singkat sembari melempar senyum.
Minuman pesanan Gaara datang.
"Mau bergabung, Sakura?"
"Tidak malam ini, Gaara. Aku bersamanya" Sakura berucap santai.
"Ok, see you next time cherry" Gaara mengedipkan sebelah matanya sekilas dan berlalu meninggalkan keduanya.
"Wow" Ino berkomentar, saat Gaara sudah tak lagi tampak. "He's hot"
"Ya, aku tahu"
"Hanya tahu? Ck, ia jelas sekali tertarik padamu" Ino menatap Sakura gemas.
"Dan jelas sekali pula aku tak tertarik padanya" Sakura meraih gelas Ino dari tangannya dan menegak habis cairan didalam gelas itu.
Ino yang melihat itu membiarkannya. Mereka pasti sudah mulai mabuk hingga rasanya tak lagi mempermasalahkan apa-apa.
"Hm.. Bahkan lelaki sepertinya sudah tak menarik dimatamu" Ino berucap heran.
Begitulah" Sakura hanya merespon singkat. Ia merasa mulai berkunang.
"Jadi, sepertinya pria lajang tak menarik bagimu" Ino mengambil kesimpulan asal. "Lalu bagaimana menurutmu, direktur kita Sakura? Menurutku, ia tampan, menarik, tubuhnya tegap dan tinggi, belum lagi kulit tan seksinya. Kalau saja aku masih single, aku pasti sudah mengejarnya"
Sakura terkikik kecil, kali ini kalimat Ino terdengar benar untuk otaknya saat ini. Bayang-bayang disentuh oleh lelaki itu beberapa tahun yang lalu mendadak muncul difikirannya.
"Ya, dia tak bisa dibilang biasa. Belum lagi, dia hebat diranjang" Sakura menatap Ino sayu.
"Begitu ya? Dia memang hebat.. Ha? Hebat?" Mata Ino terbelalak kaget. Seakan kepalanya baru saja disiram air dingin.
"Apa maksudmu mengatakan itu, Sakura?" Ino memutar kursi Sakura, dan meraih kedua bahu wanita itu.
Menyadari itu, Sakura berusaha mengembalikan kesadarannya. Sial, dia pasti mulai mabuk hingga kalimat-kalimat tak diinginkan melesat keluar dari mulutnya.
"M-maksudmu apa? Kau pasti salah dengar" Sakura mengerjapkan matanya berkali-kali, demi mengumpulkan kesadarannya.
"Tidak, kau baru saja mengatakan ia hebat diranjang. Kau! Karyawan dua minggu diperusahaan Namikaze sudah ditiduri oleh direkturnya?" Mata Ino mendelik tajam kepadanya.
"Bukan begitu Ino!" Sakura menggelengkan kepala dengan kedua tangan mengibas-ngibas didepan tubuhnya.
"Jadi apa?"
"Aku akan cerita. Tapi tidak disini"
"Kalau begitu ayo kita pulang, dan malam ini kau harus menginap di apartemenku" Ino turun dari kursi dan menggenggam erat pergelangan tangan Sakura.
"T-tapi Ino-"
"-Jangan membantah, jalang" Ino berucap pedas, menoleh kepadanya. Kemudian melanjutkan langkahnya menarik Sakura.
Sakura menganga kaget mendengar umpatan dari Ino.
"You're bitch" Sakura membalas ucapan Ino, namun tak digubris sama sekali. Sedetik kemudan ia tertawa, begitupun dengan perempuan didepannya yang ikut tertawa geli.
Well, bestfriend yelling 'bitch' to each other. Isn't it?
Dan kali ini sepertinya ia harus cerita lengkap dari nol tentang hubungannya dengan direktur muda Namikaze Corp, Naruto Uzumaki.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart Our Story (NaruSaku)
Fanfiction(Adult Themes, Implicit) Tanpa sengaja malam itu kehidupan mereka berdua hancur. Kini keduanya sibuk mencoba menata kembali hidup dan hati masing-masing. Bisakah kejadian masa lalu itu membawa sebuah hal manis untuk keduanya? Atau memang tak ada sam...