-Vote dan Komen jangan lupa-
-Pamer pacar mulu, kaya bakal di nikahin aja-
-500 Komen-
.
Ternyata gue nggak salah pilih, Om ini baik, loh. Selama perjalanan menuju terminal, eh, apa stasiun? Tempat pemberhentian bis apa, sih namanya? Bandara, apa, ya?
"Nama kamu siapa?" tanya Om brewok.
Gue manggil Om brewok karena dia brewokkan.
"Aul, Om."
Om brewok mengangguk kecil, "kamu itu kenapa bisa nyasar sampe sini, bukannya kamu dari terminal?" nah, 'kan terminal, tempat pemberhentian bus itu terminal, bukan halte.
"Aul lagi cari tempat laundry, Om, tapi gak nemu."
"Tempat laundry? Disini nggak ada orang yang jadi tukang laundry."
Ya emang nggak ada yang jadi tukang laundry lah. Yang nge laundry 'kan mesin cuci. Bukan orangnya.
Eh, itu bukannya terminal, ya? Iya, bener, tuh, tapi kok rombongan bis yang tadi di sewa sekolah kok nggak ada, ya? Di sana juga nggak ada anak-anak yang pake seragam pramuka.
Tapi kenapa Om brewok terus melajukkan mobilnya, ya? Sedangkan terminal sudah terlewat, apa dia nggak lihat?
Sebaiknya gue harus segera memberi tahu Om brewok, tapi gue gak punya tahu, punyanya tempe.
"Om, tadi itu terminalnya, kok nggak berhenti?" Om brewok diam.
"Om?"
Njir lah, ni orang malah diem aja, budeg atau sengaja? Atau pura-pura budeg? Kalo pura-pura gue sumpahin lo jadi budeg beneran, biar kapok.
"Ommm!!"
"Udah diem! Nggak usah berisik!" njir, kok, lu, malah bentak?
"Om, Aul mau di bawa kemana? Terminalnya udah kelewatan," Om brewok tetep diem.
Bangsat!
Mau lo apa, sih, anjing!
Mobil yang di tumpangi gue sama Om brewok mulai memasuki hutan, lebet banget hutannya. Banyak pohon-pohon. Ya, iya, lah, banyak pohon, kalo banyak uang, bank namanya.
"Kok kita ke hutan, Om? Om mau ngapain bawa Aul ke hutan?"
"Bacot! Tinggal diem aja apa susahnya, sih?!"
"Anjir! Lu bawa gue nggak tau arah, lo itu sebenernya mau nolong gue apa mau nyulik gue, anjing!?"
Om brewok natap gue tajem, gue bales tatapannya nggak kalah tajem. Gue berani! Karena tatapan Om brewok nggak setajem tatapan Kak Dika.
"Nggak usah so berani, lu bocil, kepret sitik aja nangesss," kepret sitik, apa, sih?
"Nggak papa bocil yang penting cakep." jawab gue dengan PD nya.
"Cakep apaan, orang tampang ingusan gitu aja di bilang cakep."
Wah, sekate-kate, lu, Om. Ingusan gini gue tetep putri satu-satunya bapak Damar Anggara!
Om brewok menghentikkan mobilnya di depan rumah kecil. Kalo gue liat-liat, sih, ini lebih ke gubuk bukan rumah.
"Turun," ucap Om brewok.
Gue menggeleng, "nggak mau, Aul nggak mau turun di sini, Aul maunya turun di terminal!"
"Turun, bocil!" ucap Om brewok lagi, kali ini ia sedikit meninggikkan nada bicaranya.
"Nggak! Aul bilang enggak, ya enggak! Om jangan ngebantah ucapan anak kecil, deh!"
“Nah, justru itu! Karena kamu anak kecil, saya berani bantah kamu!” Om brewok kemudian turun dari mobil, memutari mobilnya hingga ia membukakkan pintu buat gue.
Gue di paksa keluar, “gue mau lo bawa ke mana, sih?” gue terus membrontak agar bisa lepas dari cengraman tangan Om brewok.
“Mau saya perkosa!” perkosa apaan, njir?
Permen relaksa?
Gue di gendong ala karung beras kemudian di bawa masuk ke dalam gubuk.
“Lepasin, Aul, Aul mau pulang!”
Gue di letakkan di lantai yang sedikit kotor, kemudian Om brewok membuka bajunya. Njir, bukanya kotak-kotak perutnya malah berlipat-lipat, kek lipatan baju!
Om brewok membuang bajunya asal, kemudian dia melepas gespernya, njir, cancut nya Om brewok yang bagian depan masa mlembung gede banget!
“Om, di balik cancut Om itu apa? Kok ngaceng?” tanya gue sambil menunjuk bagian bawah punya Om brewok.
“Ini manuk saya, ntar bakal masuk ke punyamu, saya sudah buka baju, sekarang giliran kamu yang buka baju,” Om brewok perlahan maju mendekati gue.
Gue mundur alon-alon, “nggak boleh buka baju, Om! Saru!” gue udah nggak bisa kemana-mana lagi, tubuh gue udah mentok di tembok.
Om brewok tersenyum smrik, ia kemudian mengurung gue dengan lengan kekarnya, “nggak bakal ada yang tau, kok.”
Kepala Om brewok maju, hingga akhirnya...
.Run bestie run!
Aul mau di apain?
Hai, udah baca part ini, ‘kan? Vote yuk! Janganjadi pembaca gelap, Author gak suka.
Kebumen, Selasa, 24 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Maulinda Athalia [END]
Teen FictionIni cerita tentang kehidupan sehari-hari seorang gadis yang mulai beranjak dewasa. Namanya Maulinda Athalia. Anak perempuan satu-satunya dari keluarga terkaya di kotanya. Ketiga kakaknya laki-laki semua. Maul ini kalo di bilang nakal sih, iya, band...