49.

912 118 305
                                    

-Vote dulu baru baca-

-Aku takut kamu diem-diem ngincer janda-

-600 komen!-

.

Setelah perdebatan lumayan panjang dengan pria tua yang katanya bokap kandung gue, akhirnya gue di bolehkan tinggal bersama ayah Abby selama seminggu lagi.

Ya... Seminggu lumayan panjang, sih, walau aslinya di gue seminggu itu singkat banget. Gue juga 'kan baru kenal sama keluarga ayah Abby.

"Maul, ayo makan malam dulu," ajak Bunda.

Ah, satu lagi.

Nama gue itu Maulinda Athalia, dan sekarang nama baru gue yang bikin lidah kesleo itu di lupain.

Kasian banget, baru bikin padahal.

Siapa si nama baru gue kemarin? Gue lupa anjir, panjang banget. Mana lidah gue ke sandung-sandung pas ngucapinnya. Ribet!

"Iya bunda, Caca otw bawah sekarang."

Pas turun ke meja makan ternyata di situ udah ada ayah. Ayah udah pulang? Katanya dia ada praktek di luar kota. Ga jadi emang?

"Ayah ga jadi praktek?" tanya gue sambil menarik mundur kursi makan sebelum gue duduki.

"Enggak, seminggu ini ayah mau luangin waktu ayah buat putri kecil ayah," jawab ayah tersenyum sambil mandang gue.

Gue? Gue putri kecilnya?

Wah, beruntung banget.

"Emang Caca mau kemana, Yah? Sampe ayah ngeluangin waktu praktek ayah buat Caca?"

"Aul, nama kamu itu Aul, lupakan Caca, sekarang nama Caca udah di ganti jadi Maulinda Athalia, mana asli kamu," jawab ayah.

Aelah, udah biasa manggil diri gue sendiri dengan sebutan Caca. Kalo di ganti Aul rasanya aneh, nggak terbiasa.

"Ya itu maksudnya, Caca 'kan belum terbiasa sama Maul, udah biasa Caca ya Caca terus, susah kalo di ganti jadi Aul." jawab gue.

Bunda memberikan piring yang udah bersi nasi beserta lauk di depan gue, "mulai sekarang harus di biasain manggil diri kamu Aul atau Maul, ya, biar kamu terbiasa."

"Ga janji, Bund."

"Kenapa?" tanya ayah.

Ayah gue ganteng banget tau. Kalo di bandingkan sama pria tua tadi, eh gue manggilnya papa.

Papa Damar.

Gue lebih milih ayah ketimbang papa. Why? Karena ayah ganteeng banget, asli, ga boong.

Papa mah, apa? Udah tua dia.

"Ga papa, aneh aja, mungkin karena Cac-Aul nggak terbiasa."

Tuh, 'kan. Susah buat ngubah Caca jadi Aul.

Ayah tersenyum, "ngobrolnya di lanjut entar, ya? Sekarang kita makan dulu," ucapnya.

Gue mengangguk, setelah itu menyuapkan sesuap nasi. Tapi belum sepenuhnya nasi masuk ke mulut gue, gue udah dapet teguran dari bunda,

"Berdo'a dulu sebelum makan, Ul, biar setannya nggak ikut makan," tuturnya.

Gue meringis malu, untung di ingetin, tapi gue gak mau berdo'a pas mau makan.

Berdo'anya entar pas mau minum aja. Nggak papa setannya ikut makan, asal ga ikut minum. Kalo nggak minum 'kan setannya keseretan, terus mati deh.

Gue dapet pahala, aamiin.

--o0o--

"Akhirnya jangkrik mati kelaparan karena tidak mendapatkan makanan. Tamat..."

Belum ngantuk, sih. Tapi cerita yang di bacakan ayah udah selesai.

Ayah menutup buku yang baru aja di bacanya. Kemudian di letakkannya buku itu di atas nakas.

"Ceritanya udah selesai, sekarang Aul bobo, ya," ucap ayah sambil mengelus kepala gue.

Gue menggeleng, "belum ngantuk, Yah."

"Belum ngantuk? Mau ayah bacain cerita lain?" tawarnya.

"Nggak usah, Aul mau mejemin mata aja, ntar juga lama kelamaan jadi bobo."

Ayah bangun dari ranjang gue, ia mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur.

"Ya sudah kalo begitu, bobo yang nyenyak, ya? Jangan lupa berdo'a, selamat malam," ayah mengecup kening gue singkat sebelum ia bener-bener keluar kamar.

Huft, entah apa yang terjadi besok, gue ga tau.

Gue harap semoga hari esok lebih baik dari hari ini.

Good night.

.

Udah part nya nggak panjang, slow update pula, uuh, nyebelinnya aku😤

Next? Jangan lupa vote dan komen (◠‿◕)

Cuma mau ngingetin, hati-hati ya habis ini biasanya ada iklan shopee cod😅

Kebumen, Minggu 05 September 2021

Maulinda Athalia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang