53.

967 98 113
                                    

-Vote dulu, baru baca-

-Benci sih engga, cuma cukup tau aja sama sifat aslinya kek gimana. Jadi, cukup menghindar saja-

-600 Komen!-

*Nggak mau tau, pokonya harus tembus, aku maksa😡

*Part ini lumayan panjang, jadi komen banyak-banyak!!😾

.

Bulan telah berlalu, tahun pun sudah berganti. Tak terasa usia gue saat ini sudah menginjak angka delapan belas. Waktu yang cukup lama untuk memulihkan semua ingatan gue pada masa lalu.

Selama beberapa tahun ini gue selalu pindah-pindah. Kadang tinggal di rumah Ayah Abby, kadang juga tinggal di rumah Papa Damar.

Kasih sayang Ayah Abby dan Bunda Mega nggak pernah luntur buat gue. Walaupun gue bukan putri kandung mereka, tapi mereka sangat-sangat menyayangi gue.

Ketty, dia sahabat gue dari SMP hingga SMA. Masih ingat dengan Arif? Iya, dia laki-laki yang dulu gue temuin di mall, bareng Aska.

Tenyata Kak Arif itu kakak kandungnya Ketty. Kak Arif masih punya satu Kakak laki-laki. Rifan. Itu nama kakaknya. Seumuran sama Kak Dika.

Sedangkan Aska? Dia pindah ke luar negeri, ikut kedua orang tuanya sewaktu lulus SMP dulu.

Dan saat ini, gue, Ketty, Kak Arif, Kak Rifan, ketiga kakak-kakak gue, dan temen-temennya sedang berada di belakang rumah.

Ini malam minggu. Untuk kali ini kita semua berencana untuk mengadakan bakar-bakaran. Bakar Ayam.

Mumpung bonyok lagi di luar negeri, jadi kita memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin.

“Atha, kamu olesin ayam nya dengan mentega, ya, aku mau racik bumbu dulu,” itu suara Ketty.

Ketty memang memanggil gue dengan sebutan ‘Atha’ nggak tau alasannya apa. Lupa katanya. Gue juga lupa. Soalnya itu udah lama banget, kalo nggak salah pas awalan masuk SMP.

Gue mengangguk, “iya, lo kalo nggak tau tempat-tempat bumbunya tanya aja sama gue.”

Ketty mengangguk, ia kemudian masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang. Karena pintu ini lebih dekat dengan belakang rumah.

Ya iyalah, namanya juga belakang, pe’a!

“Aul, ada yang bisa kakak bantu?”

Gue nengok ke belakang, mengangguk dan menyerahkan kuas yang buat ngolesin mentega ke Kak Arif.

Iya, yang nawarin buat bantuin gue itu Kak Arif, gue dulu naksir sama dia, tapi sekarang udah enggak. Gue udah nganggep Kak Arif kaya Kakak gue sendiri.

“Kakak olesin mentega nya ke ayamnya ya, Aul mau masuk dulu, bantuin Ketty,” jawab gue.

Kak Arif menautkan kedua alisnya, “kamu di sini aja, ini mau kakak bantuin malah di tinggal pergi.”

Lagi-lagi gue cuma bisa mengangguk, kemudian mengambil kuas satunya dan mengoleskan mentega. Yang lain lagi nyari kayu bakar buat bikin api unggun, jadi yang di rumah cuma gue, Ketty, Kak Arif, sama Kak Teguh--temen Kak Dika--.

“Aduh!”

Terdengar Kak Teguh mengaduh, sontak dengan reflek gue dan Kak Arif nengok ke tempat Kak Teguh berada.

Maulinda Athalia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang