13. Last 🥀

346 49 3
                                    

Author : @hyunmi11






Note : typo bertebaran






Mata sipit nan minimalis itu menatap tajam bak mangsa pemburu pada seorang perempuan berpakaian berantakan yang berjalan pelan kearahnya dengan menundukkan kepalanya seolah melihat sepatu dan tanah lebih menarik dibandingkan melihat sekitarnya. 

Matanya semakin menyipit saat perempuan itu semakin mendekat kearahnya.  Dapat dia lihat dengan jelas pakaian yang kotor dan basah pada diri perempuan itu membuatnya merasa kasihan sekaligus iba.  Diusapnya air mata yang jatuh tiba-tiba,  bibirnya berusaha melengkungkan garis tipis seindah mungkin untuk menyambut kedatangannya. 

"Kak" sapanya pelan membuat si perempuan mendongakkan kepalanya dan refleks tersenyum melihat seseorang berdiri di hadapannya sekarang

"Kau_ melakukannya lagi? " tanya nya pelan menahan getaran suaranya

Perempuan yang dipanggil "Kak" itu menganggukan kepalanya pelan disertai
senyum yang tak pernah pudar dari bibir mungilnya

"Kenapa?" Lagi. Bibir tipis itu tak pernah berhenti ingin bertanya banyak pada kakaknya

Terdiam. Perempuan itu sedikit lama untuk menjawabnya,  dia berpikir keras untuk mendapatkan jawaban yang tepat agar sang adik tidak selalu mengkhawatirkannya setiap saat
"Hanya ingin,  karena aku suka" jawabnya dengan gerakan tangan yang dimengerti lawan bicaranya

Perempuan bermata sipit itu menganggukan kepalanya pelan,  berpura-pura mengerti dan lega atas jawaban bohong yang diberikan kakaknya. 

"Kak" panggilnya lagi membuat perempuan itu lagi-lagi harus menunda langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah

"Hari ini ayah dan ibu mengajak kita mengunjungi kerabat di luar kota untuk merayakan natal bersama" lanjutnya lagi dengan lirih

Usapan pelan diberikan pada surai sang adik yang sekarang menundukkan kepalanya seolah menyesal telah mengatakan kalimat yang di duga adiknya dapat melukai hatinya. 

"Pergilah. Kakak akan istirahat" jawabnya lagi-lagi dengan gerakan tangan, membuat pertahanan perempuan bermata sipit itu runtuh.

"Hati-hati" tambahnya lagi menolehkan kepalanya ke arah adiknya kemudian melanjutkan langkahnya yang tertunda

"Maafkan aku" ucapnya disertai isakan kuatnya tak peduli jika ayah, ibu dan saudara lainnya mendengarnya

Ditutupnya pintu kamar dengan pelan, sedikit gemetar Irene melepaskan baju seragam itu satu persatu memperlihatkan kondisi fisik sebenarnya yang selama ini selalu dia sembunyikan.
"Bertambah lagi" ucapnya dalam hati

Jemari lentik tangannya dengan lihai melepaskan lilitan kain kasa yang membungkus perut rampingnya. Bercak darah lagi-lagi menghiasi kain putih itu. Bukannya berangsur membaik tapi sebaliknya, luka itu bertambah setiap harinya, membuat Irene harus menyediakan kain kasa sebanyak mungkin. 

"Ashhh..." ringisnya tanpa suara saat jari itu menempelkan kapas yang sudah diberi alkohol ke perutnya. Jemari itu berhenti seketika dari kegiatannya saat lagi-lagi dia harus mendengarkan kalimat yang tidak disukainya. Tanpa berpikir lama,  Irene segera memasang earphone ke telinganya dan memutar musik dengan volume paling besar,  berharap di detik ini dia kehilangan kemampuan mendengarnya. 

***

Brakk...

Seorang wanita dan pria dewasa memasuki ruangan serba putih dengan raut wajah emosi menahan amarah yang menyelimuti mereka.

Kananta ConstellationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang