“Tuan Jeon mengalami penyumbatan saluran empedu. Ini yang menyebabkan rasa sakit pada dada seperti serangan jantung. Kami akan melakukan pengecekan apakah penyumbatan ini bisa disembuhkan dengan obat atau melalui operasi. Sekalipun melalui operasi, Anda tidak perlu khawatir, operasi ini merupakan operasi dengan risiko rendah,” jelas Kim Myungsoo, dokter penanggung jawab utama bangsal VIP.
“Benarkah? Aku benar-benar khawatir, suamiku begitu kesakitan setiap saat. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya,” ucap Irene sambil menangis.
Seorang pria muda yang berdiri di sebelah Irene mencoba menenangkan. Ia merangkul pundak Irene dan mengusapnya penuh sayang.
“Lakukan apa pun yang terbaik demi ayah saya, Dokter, saya mohon,” kata sang pemuda dengan sopan. Meskipun begitu, tatapannya tidak sepenuhnya tertuju pada Myungsoo. Sesekali ia menatap gugup pada sosok wanita yang ikut berbaris dengan empat dokter lainnya di belakang Myungsoo. Sosok wanita yang sejak tadi mencuri perhatiannya.
“Anda tak perlu khawatir. Kami akan melakukan yang terbaik. Tim kami memiliki dokter terbaik di Korea, Anda bisa sepenuhnya percaya pada kami,” Myungsoo berucap yakin.
“Tentu, terima kasih banyak, Dokter,” kata si pemuda lagi.
“Baik, Tuan, kami permisi,” kata Myungsoo kemudian berjalan ke luar kamar inap Tuan Jeon, atau lengkapnya Jeon Wonwoo. Keempat dokter itu pun mengekor di belakang Myungsoo.
Entah kenapa sang pemuda tiba-tiba merasa kecewa saat wanita itu ikut keluar dari kamar. Ia masih belum puas menatap paras cantiknya sehingga ia terus menatap punggungnya sampai sang gadis menghilang di balik pintu.
“Apa yang kau lihat Jungkook?” tanya Irene pada putranya.
“Dokter wanita itu, siapa dia?” si pemuda yang ternyata bernama Jungkook balik bertanya. Bukan pada Irene, tapi pada Junghwa, sekretaris Irene yang hampir tahu segalanya.
“Dia Jeong Yein, salah satu dokter termuda di sini. Dia juga lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Universitas Seoul dan sedang mengambil spesialisasi bedah saraf. Kemampuannya luar biasa dan sangat diakui oleh para dokter senior. Itulah kenapa dia menjadi salah satu anggota tim dokter untuk bangsal VIP,” jelas Junghwa panjang lebar.
“Benarkah? Ah.. dia wanita yang cerdas,” kagum Jungkook.
“Kau tertarik padanya?” tanya Irene menyelidik.
“Dia cantik,” jujur Jungkook.
“Fokuslah pada perusahaan selama ayahmu dirawat! Setelah ayahmu pulih, baru kau bisa mengejarnya,” ingat Irene tajam.
Jungkook langsung mengangguk. Ia tidak akan bisa membantah ibunya, terutama dalam situasi seperti ini. Dia pun sepenuhnya sadar, bahwa sebagai pewaris tunggal perusahaan, ia harus lebih mengutamakan kepentingan perusahaan dibandingkan kepentingan pribadinya. Orang tuanya juga selalu disiplin padanya jika menyangkut perusahaan. Kata mereka, Jungkook harus mengutamakan profesionalitas.
Meskipun begitu, orang tuanya tidak pernah mencampuri urusan percintaannya. Siapa pun dan bagaimana pun sosok wanita yang Jungkook kencani, mereka tidak pernah ikut campur. Selama kekasih Jungkook adalah wanita baik-baik, mereka akan menerimanya dengan tangan terbuka.
“Saya akan mencari tahu lebih banyak tentang Jeong Yein,” bisik Junghwa pada Jungkook saat perhatian Irene beralih pada Wonwoo. Tentu saja, Jungkook tersenyum sumringah mendengarnya.
***
Siang berganti malam, Jungkook melangkah pulang dari rumah sakit. Sedangkan Irene akan menginap untuk menemani Wonwoo. Saat sampai di lobi, Jungkook kembali melihat sosok cantik itu, Jeong Yein.
Gadis itu telah menanggalkan jas putihnya. Kini ia tampak cantik dengan celana pipa hitam dipadu dengan blouse berwarna biru langit yang sangat cocok dengan kulitnya. Rambutnya yang tadi pagi dikuncir kuda kini dibiarkan tergerai. Tas berwarna coklat susu tersampir rapi di bahunya.
“Dokter Jeong!” panggil Jungkook spontan. Dia bahkan tidak percaya bahwa mulutnya memanggil Yein begitu.
“Ah, Tuan Jeon,” ucap Yein sambil membalikkan badannya ke arah Jungkook.
“Kau tahu siapa aku?” bingung Jungkook.
“Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Tuan Jeon Jungkook? Saya rasa seluruh orang di Korea mengenal Anda,” jawab Yein sopan.
“Benarkah?” ujar Jungkook kikuk.
“Tentu saja. Ehm, Tuan, bagaimana Anda tahu namaku?” heran Yein.
“Ah.. itu.. aku tahu semua dokter yang merawat ayahku,” bohong Jungkook.
“Ah.. Anda sudah mau pulang?”
Jungkook mengangguk. “Ibuku yang akan menjaga ayah malam ini. Kau juga mau pulang?”
Kali ini Yein yang mengangguk. “Jam kerja saya sudah selesai dan saya tidak ada jadwal jaga malam hari ini.”
“Kau ke arah mana? Biar aku antar kau pulang,” Jungkook bertanya dengan hati-hati, khawatir kalau Yein merasa dirinya terlalu lancang.
“Terima kasih Tuan Jeon, tapi saya ada janji dengan seseorang,” tolak Yein sopan, tapi tampak jelas di wajah Yein kalau ia terkejut dengan tawaran Jungkook. Mereka tidak sedekat itu untuk Yein menumpang di mobil Jungkook. Mereka bahkan baru bertemu pertama kali hari ini.
“Baiklah, hati-hati di jalan,” ucap Jungkook.
Yein membungkuk sebelum berjalan meninggalkan Jungkook. Sedangkan Jungkook terus menatap punggung Yein sampai ia menghilang di balik pintu kaca. Perlahan Jungkook meraba dadanya yang terasa berdebar. Jantungnya terasa seakan-akan melompat dari tempatnya.
Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, Jungkook kembali merasakan perasaan aneh di hatinya. Sebuah rasa yang pasti dialami oleh manusia. Jatuh cinta, ya Jungkook jatuh cinta sekarang, atau mungkin lebih pantas disebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
- To Be Continued -
Astagaaa.. lama bgt aku ga update cerita di wattpad, mudah2an masih ada yg mau baca, komen dan vote
Berhubung part 1 pendek, aku bakalan update beberapa part malam ini, sekalian menuntaskan rindu ngetik dan bacain komen reader
Tambahan.. aku pakai alur campur di cerita ini, jd bakalan bolak-balik antara masa lalu dan masa sekarang, mudah-mudahan yg baca ga bingung
see you..

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanfictionSometimes, there is no different between love and obsession