Her Marriage Life

182 27 2
                                        

“Sayang.. aku pulang..” Jungkook masuk ke dalam rumahnya dengan riang. Ia pulang dari Jepang lebih cepat dari jadwal awal karena ia ingin memberi kejutan pada sang istri.

Namun hening. Tak ada jawaban. Padahal biasanya Yein akan menghambur ke pelukannya saat melihatnya pulang.

“Sayang.. Yein..” Jungkook terus memanggil, namun tetap tak ada jawaban. Rumahnya juga gelap gulita. Ia pun melangkah menuju kamar, mengira istrinya sudah terlelap.

Kosong. Sayangnya Yein juga tak ada di tempat tidur. Di kamar mandi pun tidak. Jungkook mulai panik, ia mencari ke seluruh rumah hingga akhirnya dia sadar kalau semua pakaian Yein sudah tidak ada di tempatnya.

“Sayang kau di mana?” bingung Jungkook saat panggilannya tak diangkat oleh Yein. Berapa kali mencoba, tapi hanya operator yang menjawab. Semakin panik, Jungkook akhirnya menelepon Junghwa untuk mencari Yein. Ia juga menghubungi mertua, orang tua dan teman-teman Yein, tapi nihil. Hingga ia teringat satu nama, Jiae, Yoo Jiae, ya mungkin istrinya ada di tempat wanita itu. Tanpa sempat mengganti bajunya, Jungkook langsung pergi menuju rumah Jiae.

***

Yein bahagia. Ia sangat bahagia dengan pernikahannya. Jungkook benar-benar suami idaman para wanita. Jungkook selalu bersikap lembut dan manis. Tak sekali pun kalimat kasar terlontar dari mulut Jungkook. Jangankan kata kasar, membentak pun tak pernah. Justru Yein yang terkadang terlalu manja. Bahkan terkadang ia seenaknya sendiri pada suaminya.

“Oppa, aku kesal!” cerocos Yein pada Jungkook yang baru saja muncul di depan pintu. Pria Jeon itu baru saja pulang dari Amerika setelah ada urusan bisnis di sana.

“Kesal kenapa?” tanya Jungkook sabar sambil melepas sepatunya. Wajahnya tampak lelah tapi ia tetap meladeni Yein yang wajahnya cemberut.

“Dokter magang membuat kesalahan tadi, dan aku yang disalahkan karena tidak membimbingnya dengan baik. Padahal dokter magang itu bukan tanggung jawabku, menyebalkan,” adu Yein.

“Beraninya dia berbuat begitu pada istri Jeon Jungkook,” ucap Jungkook lalu mendekat pada Yein. Ia mengusap dan mengecup puncak kepala Yein sebelum akhirnya memeluknya. “Aku merindukanmu.”

“Aku juga merindukan oppa,” jawab Yein sambil balas memeluk. Tapi tak lama Yein langsung mengurai pelukan keduanya. “Oppa bau asam!”

Jungkook tergelak. “Tentu saja, oppa nyaris menghabiskan waktu seharian di pesawat sayang.”

“Mandi dulu sana!”

“Iya, oppa mandi dulu ya,” kata Jungkook lalu bersiap menuju ke kamar mandi.

“Oppa!” panggilan Yein menghentikan langkah Jungkook.

“Kenapa lagi?”

“Kau tak lupa oleh-oleh untukku kan?” tanya Yein dengan wajah polosnya yang dibalas anggukan disertai senyum teduh dari Jungkook. Dan tentu saja, Yein langsung tersenyum sumringah.

***

“Wah.. bajunya cantik sekali oppa,” ribut Yein sambil mematut diri di depan cermin.

“Kau suka?” tanya Jungkook yang baru selesai mandi.

“Tentu. Pilihan oppa memang tak pernah salah,” puji Yein.

“Syukurlah kalau kau suka,” jawab Jungkook yang mulai mengelap rambutnya dengan handuk.

“Biar aku saja,” kata Yein menghentikan aktivitasnya dan melangkah ke arah Jungkook. “Duduk oppa!”

Jungkook menurut. Ia duduk di kursi depan meja rias. Yein lalu mengelap rambut Jungkook. Tak lupa menambahkan vitamin rambut miliknya di kepala Jungkook. Katanya agar rambut Jungkook tidak mudah rontok. Si pria Jeon menurut saja, dia senang kalau Yein mulai bersikap manis seperti ini.

“Kau pasti lelah, maaf kalau aku langsung mengeluh seperti tadi padamu Oppa. Aku memang kurang pengertian,” ucap Yein sambil mulai memijat kepala Jungkook agar vitamin meresap sempurna.

“Tak apa sayang, aku senang kau bercerita banyak hal ataupun mengeluh padaku, itu artinya kau percaya padaku,” jawab Jungkook bijak.

“Tapi bukankah sikapku seperti anak kecil?” tanya Yein yang kini mulai memijat bahu Jungkook.

“Kau istri yang sempurna sayang.. Aku benar-benar bahagia memilikimu.”

Seketika pipi Yein merona. Ucapan manis dari si pria Jeon itu membuatnya tersipu. Sebenarnya hampir setiap hari Jungkook bersikap manis padanya, tapi di setiap itu pulalah Yein merona dengan ucapan sang suami.

“Aku juga bahagia memilikimu Oppa,” kata Yein sambil melingkarkan lengannya pada bahu Jungkook. Tangan Jungkook bergerak untuk melepas pelukan istrinya, menariknya lembut dan mendudukkan Yein di pangkuannya.

“Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu,” bisik Jungkook sebelum mengecup bibir istrinya, menyalurkan kerinduan yang teramat dalam pada sang wanita.

“Aku juga mencintaimu oppa,” balas Yein di tengah kecupan keduanya.

“Mungkin sekarang saatnya kita punya Jungkook junior,” ucap Jungkook dengan kerlingan nakalnya. Yein tergelak lalu mengangguk, ia tahu maksud suaminya.

Malam itu dilewati keduanya dengan penuh kebahagiaan seperti malam-malam sebelumnya. Rumah tangga mereka selalu penuh cinta, tak ada pertengkaran, tak ada perdebatan dan tak ada badai yang berani lewat. Yein bahagia, Jungkook pun bahagia. Kehidupan pernikahan keduanya, benar-benar sempurna.

***

“Yein, dengarkan aku, semua keputusan ada di tanganmu. Tapi kuharap kau bisa mempertimbangkan perkataanku,” Suga berkata serius. “Buatlah Jungkook mendapatkan apa yang semestinya dia dapatkan, bantu dia menyadari kesalahannya dan maafkan dia. Aku tahu itu tidak mudah, tapi memaafkan seseorang akan membuat hatimu lebih damai.”

“Bagaimana caranya aku bisa membuat Jungkook sadar? Jika dia bisa melakukan hal semacam itu, bukankah itu artinya dia tidak punya hati nurani?” sergah Yein.

“Bukankah Jungkook mencintaimu lebih dari dia mencintai dirinya sendiri? Kau adalah segalanya untuk Jungkook, itu bukan hal yang sulit bagi cinta untuk mengetuk nurani seseorang sekejam apapun dia.”

Hening. Yein terpaku mendengar ucapan Suga. Jiae juga ikut diam, dalam hati ia membenarkan perkataan bijak sang suami. Memang apa yang dilakukan Jungkook begitu menyakitkan dan mungkin tidak termaafkan, tapi kita belum tahu alasan Jungkook melakukannya. Lagipula, menyimpan dendam mungkin jauh lebih menyakitkan dibandingkan memaafkan seseorang.

- To Be Coninued -

Iya ini pendek kok, tapi segera dilanjut part selanjutnya kok

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang