“Memaafkan? Bagaimana aku bisa memaafkan orang seperti Jungkook?” ucap Yein emosi.
“Setiap orang pasti berbuat kesalahan Yein,” jawab Suga.
“Tapi kesalahan Jungkook adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan!” seru Yein.
“Bahkan Tuhan selalu mengampuni dosa hamba-Nya, kenapa kau yang manusia tidak bisa? Aku tidak memintamu untuk membiarkan kesalahan Jungkook, tapi bisakah kau memaafkannya? Bagaimana pun, dia ayah dari anakmu dan dia sangat mencintaimu. Selama kau hidup sebagai istrinya, pernahkah dia menyakitimu?”
Yein diam. Ia tengah mencerna kata-kata Suga.
“Selama kau menikah dengannya pernahkah dia membentakmu? Bukankah dia selalu memenuhi keinginanmu? Bukankah dia selalu mendukung apapun yang ingin kau lakukan?”
Yein tetap diam, tapi di dalam hati ia membenarkan pertanyaan Suga. Selama ia menikah dengan Jungkook, tak pernah sekalipun pria itu membentaknya ataupun marah padanya. Bahkan Jungkook selalu memanjakannya dan memberikan segala sesuatu yang terbaik untuknya. Apapun yang ingin Yein lakukan selalu mendapat dukungan penuh darinya. Mau sesibuk dan selelah apapun, Jungkook selalu menyempatkan diri untuk mendengar keluh kesahnya. Dan hampir setiap hari Jungkook selalu mengatakan bahwa ia mencintai Yein.
“Jungkook memang bersalah, tapi bukan berarti kau harus membencinya seumur hidupmu. Bantu dia menyadari kesalahannya, bantu dia melewati hukuman atas kesalahannya. Tanya dia kenapa dia tega melakukan hal itu. Lalu, lapangkan hatimu untuk memaafkannya. Aku rasa itu jalan yang lebih baik daripada kau harus memendam rasa benci terhadap Jungkook,” ucap Suga bijak.
***
Untuk kedua kalinya Yein merasakan duduk di ruang tunggu pengantin dengan gaun indah dan riasan yang menawan. Satu per satu temannya datang dan mengucapkan selamat.
“Selamat atas pernikahanmu Yein,” ucap Jiae yang datang bersama sang suami.
“Terima kasih eonnie,” jawab Yein sambil tersenyum.
“Selamat Yein,” kali ini Suga yang bicara.
“Terima kasih juga sunbae sudah datang,” kata Yein dengan tatapan yang terlihat resah.
“Apa kau gugup?” tanya Jiae.
“Ah, sedikit. Apa Jungkook sudah datang?” Yein balik bertanya.
Seketika Jiae mengerti apa yang tengah Yein cemaskan. Bukan kegugupan untuk menuju altar, melainkan ketakutan bahwa hal yang sama mungkin terulang.
“Jungkook sudah datang. Tadi aku sempat bertemu ibumu, dan beliau bilang kalau Jungkook sudah ada di ruang tunggu,” jawab Jiae.
“Ah, syukurlah,” Yein menghembuskan nafas lega. Jiae hanya tersenyum melihat Yein yang tampak lega.
Tak lama setelahnya acara segera dimulai. Yein berjalan diiringi sang ayah menuju altar. Sedangkan Jungkook menunggu di depan sana dengan senyum merekah. Dia terlihat tampan dengan setelan mahal yang melekat di tubuhnya. Para tamu undangan bertepuk tangan tanda ikut bahagia atas pernikahan keduanya. Mijoo dan Irene pun tak kuasa menahan air mata haru.
“Aku mencintaimu dan aku akan selalu menjagamu,” bisik Jungkook sebelum mengecup bibir tipis Yein.
“Aku juga mencintaimu,” jawab Yein. Satu bulir air mata haru menetes di punggung tangan Yein yang langsung diusap oleh Jungkook.
Pesta pernikahan itu berlangsung meriah meski tak terlalu mewah karena Yein yang meminta. Banyak tamu penting yang datang mengingat keluarga Jungkook yang seorang pengusaha. Rekan-rekan dokter dan perawat juga banyak yang datang, termasuk Dokter Kim Myungsoo.