A Stranger

9 0 0
                                    

3 Tahun kemudian ..

"Tiin..! Tiin..! Tiiin..!!! '

Dengan tak sabar sebuah mobil Pajero hitam mengklakson sebuah motor matic yang terparkir manis di depannya.
Ternyata mobil pajero tersebut hendak menuju pintu masuk sebuah gedung perkantoran.

"Sialan...!  Motor nggk ada akhlak ! "

" Siapa sih manusia bodoh yang parkir di tengah jalan kayak gini?? "

Siempunya mobil pajero ngedumel sendiri di dalam mobilnya.
Tiba-tiba dari arah dalam kantor, terlihat seorang gadis cantik, berkulit putih, berambut hitam panjang lurus berlari agak cepat menghampiri motor yang terparkir tadi.
Dengan cuek gadis tadi naik ke atas motor dan kemudian langsung cuzz ..
Melaju melewati mobil Pajero hitam tadi tanpa mempedulikannya.

"HEII.. !! HEII.. !! Berhenti..!!

Dengan agak kesal si pemilik pajero meneriaki gadis tadi.

DERRT... ! CIII..IIT..!!

Gadis cantik tadi berhenti dan langsung menoleh ke pemilik mobil.
Dengan wajah dingin dan tanpa rasa bersalah dia berkata..

"Apa?? Ada masalah??!"

Sebenarnya si pemilik mobil nggk akan marah kalau saja gadis tadi mau segera minta maaf dan tak berlagak sangat cuek seperti tadi.
Tapi apa mau di kata respon yang sangat tidak di duga muncul tiba-tiba.

"Heh..!! kalau parkir itu diliat dong tempatnya,  jangan seenaknya parkir sembarangan ..! "

"Bikin macet tau..!"

"Heh.!! Yang bikin macet itu kamu!" "Aku cuma berhenti sebentar..!"
"Kamu aja yang nggk sabar."
"Tuh..liat !! Klo kamu nggk nyuruh aku berhenti nggk bakal macet di belakang kayak gini! "
"Dasar aneh! "

Setelah berkata seperti itu, si gadis langsung melaju tanpa mempedulikan pemilik pajero hitam tadi.

"Haa??"

Si pemilik Pajero cuma melongo.

"Kok jadi Aku yang salah??" Batinnya..

"TIIIN..TIIIN..TIN.TIIIIN...!! "

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara klakson- klakson mobil lain yang antri mau masuk gedung.
Dengan cepat si empunya Pajero segera melajukan mobilnya masuk sebelum di semprot sama mobil-mobil lain yang antri di belakang.
Dengan geleng-geleng dan sedikit senyuman terukir dia mengingat gadis galak dan cuek tadi.

"Hmm .. kayaknya pernah tau gadis tadi ya?"
"Di mana ya?" "Auk ah." "Sebaiknya segera kukembalikan mobil ini ke Andre, klo nggk bisa di semprot aku." lirih Si empunya mobil Pajero hitam berkata dengan dirinya sendiri.

Kediaman Rinjani

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam", "Rinjani, kamu sudah pulang nak?"

Seorang wanita setengah baya keluar dari sebuah rumah sederhana.
Dengan taman kecil depan rumah,membuat rumah itu sedikit terlihat lebih asri.
Terlihat putri cantiknya baru saja meletakkan sebuah kunci motor yang baru saja di kendarainya di atas meja depan.

"Iya Ma.."

"Mama gimana?? Mama kenapa tadi ma?"

"Sakit pusing mama kumat lagi? Kata Bi Ina mama sampai pingsan?"

"Sekarang mana Bi Ina ma?"

"Ssst..aduh Rin, satu-satu tanyanya nak ..
Kamu mau bikin kepala Mama tambah pusing?"

"Hehehe..iya Ma..maaf..maaf".

"Mama masih pusing ma?"

Dengan sedikit khawatir Rinjani melangkah mendekati mamanya yang kembali berbaring ke kamar setelah menyambut putrinya.

"Sudah nak, Mama sudah baikan.."

"Kamu ijin pulang dari kantor?"

"Memang tidak apa-apa nak, kamu ijin pulang jam segini?"

Dengan lembut Titi Listiyan, Mama Rinjani berkata dan bertanya dengan penuh rasa khawatir.

"Nggak papa Ma, tadi sudah ijin ke atasan Rinjani kok Ma. Atasan Rinjani kasih ijin, jadi Mama nggk perlu khawatir."

Ujar Rinjani pelan sambil mengelus lengan mamanya.

"Sudah makan Ma? Sudah minum obatnya juga?"

"Sudah nak.. Mama sudah enakan.."
"Mama cuma mau tidur sebentar."

Perlahan Rinjani berdiri dari samping kasur tempat mamanya berbaring.

"Iya Ma, kalau gitu Rinjani tinggal ke kamar Rinjani ya."

"Iya,nak .. kamu juga istirahat dulu, belum makan siang kan?"
"Tadi Bi Ina sudah siapkan makan siang di meja makan."
"Kamu makan dulu sana gih."

"Oke maaa.."

Sambil menjawab, Rinjani melangkah ke dapur. Perutnya lumayan keroncongan juga, apalagi habiz nyemprot orang tadi, orang dengan Pajero hitamnya.
Sambil menyiapkan makanannya, Rinjani menghela nafas panjang.
Sedikit merasa khawatir dengan kondisi mamanya yang sekarang sering merasa lemah.

Andaikan Papanya masih ada, Rinjani akan sedikit merasa lega karena mamanya nggk akan sendiri tiap dia bekerja. Untung ada Bi Ina,  tetangga beberapa blok dari rumah yang bantu-bantu di rumahnya sekaligus menemani mamanya. Tapi Bi ina ada di rumah hanya sampai Rinjani pulang kerja, karena Bi Ina masih ada suami dan anak yang harus diurusi. Hari ini tadi Bi ina sedang ada perlu, ternyata Mama drop lagi, akhirnya Bi Ina menghubungi Rinjani ke kantor dan Rinjani terpaksa pulang lebih awal. Karena mereka hanya hidup berdua di rumah mungil itu.

Rinjani makan dengan lahap, entah kenapa perutnya terasa sangat lapar. Apa mungkin karena habiz nyemprot orang di jalan tadi ya, batin Rinjani. Sedikit tersenyum Rinjani mengingat kejadian tadi. Sebenarnya Rinjani kaget juga terhadap dirinya sendiri, kenapa dia bisa berkata keras dan membentak orang asing? Padahal Rinjani sebenarnya adalah perempuan yang lembut, pendiam dan cenderung introvert. Ah, mungkin karena terlalu khawatir dengan Mama jadi Rinjani tanpa sadar  bisa mengeluarkan emosinya.

Isi piringnya telah tandas, bersih. Bukti kalau isi perut Rinjani tadi benar-benar kosong. Rinjani kembali duduk di dapur melihat sekeliling rumahnya. Suara Mama sudah tak terdengar, berarti Mama sudah terlelap. Sepi, Rinjani merasakan itu. Suasana rumahnya tidak seperti dulu kala masih ada Papa. Meskipun mereka hidup hanya bertiga tapi gaya humoris Papa selalu bisa menghidupkan suasana rumah.
Rinjani tertunduk, sekilas bayangan masa lalu menghampirinya.
Rasa bersalah tiba-tiba menghimpit dadanya.
Ah, andaikan beberapa tahun yang lalu dia tidak menerima cinta Bayu, andaikan dia tidak bersama Bayu mungkin Papa masih bertahan sampai hari ini.

Masih dengan dada yang terasa sesak, Rinjani melangkah menuju kamar Mamanya, di tengoknya wajah yang sudah terlihat banyak kerutan itu. Meskipun sudah terlihat tua, tapi masih terlihat sisa-sisa kecantikan mamanya  di waktu muda.
Maafkan Rinjani ma, sudah membuat belahan jiwa mama pergi lebih cepat.
Masih teringat jelas dalam ingatan Rinjani, bagaimana shocknya mama ketika Papa meninggal. Karena semua terjadi begitu cepat dan tanpa di duga.
Setetes air mata jatuh ke pipi Rinjani. segera Rinjani melangkah keluar kamar, takut mama mendengar isakannya.

Rinjani menuju kamarnya yang berada di depan.
Setelah berganti baju Rinjani merebahkan dirinya ke tempat tidur. Setengah terduduk karena dia baru selesai makan. Teringat mama bilang, jangan tidur setelah makan, nanti jadi gendut. Entah benar atau tidak, Rinjani menurutinya.
Di raihnya alat komunikasi berbentuk kotak dan berukuran pas di genggaman itu. Berusaha mengalihkan pikiran yang sudah merajalela ke mana-mana. Berusaha mengusir rasa sedih yang hadir setiap Rinjani berada di rumah.

Miss Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang