A Plan

0 0 0
                                    

Sudah seminggu sejak Saka mengenalkan dirinya kepada semua pimpinan divisi. Banyak perubahan yang terjadi selama seminggu ini.
Semakin ketat peraturan yang di rasakan semua staff. Ada juga perekrutan dan perpindahan beberapa staff terjadi selama beberapa hari ini. Seperti pagi ini kantor di hebohkan dengan berita baru tentang pimpinan divisi keuangan yang tiba-tiba dipindah tugaskan ke kantor cabang.
Semua staff kasak kusuk menggosipkan sebab perpindahan tugas itu.

Sedangkan di ruangan lain, tampak Seno tersenyum bahagia. Memang kabar itu terkesan mendadak, tapi bagi Seno itu tidak penting.
Yang penting baginya sekarang adalah mutasinya.
Iya, Seno akan di mutasi di kantor cabang, tapi bukan sebagai manager keuangan, tapi naik jabatan sebagai presdir baru di sana tetap dengan pengawasan Kantor Pusat tentunya.

"Selamat Pak atas kenaikan jabatannya, semoga semakin sukses dan kerasan di sana ya Pak."  Sang Sekretaris yang baru masuk ke ruangan Seno dengan genit memberi ucapan selamat kepada Seno yang akan segera menjadi mantan bosnya.

"Hahaha .. kemari Sel, mendekat sini." Dengan langkah yang seksi Selvi, sang sekretaris melangkah menuju Seno.

"Hmm .. nggk bakal bisa ketemu lagi nih pak." kata Selvi manja sambil duduk di pinggiran kursi yang sedang di duduki Seno seraya mempermainkan dasi Seno.

"Kata siapa?? masih bisa kok, karena aku ada tugas buat kamu, yang memungkinkan kita bisa ketemu terus."

"Tugas apa Pak?" tanya Selvi penasaran.

"Nanti aja kita bahas skalian makan malam, gimana?" kata Seno seraya mengerlingkan matanya ke arah Selvi yang langsung di sambut gembira oleh Selvi.

"Siap Pak."

Sementara itu di lain ruangan tampak Andre mondar mandir di depan Saka.

"Kapan kira-kira mutasi si Seno Sak?" tanya Andre sambil menjepit dagunya dengan ibu jari jari telunjuknya.

"Minggu depan dia sudah harus berada di Kota W, setelah dia sudah tidak berada di kantor ini, tugas pertama harus sudah kamu laksanakan Ndre." Jawab Saka.

"Sebenarnya bukan aku yang harus siap-siap, tapi kamu Sak." "Mang nggk ada orang lain kah? kenapa harus kamu yang harus masuk?"
tanya Andre heran, karena ada sesuatu hal yang masih membuatnya tak habis pikir dengan rencana Saka.

"Rencana pertama adalah memutasikan Seno dan memberi dia jabatan yang lebih tinggi, agar dia merasa aman Ndre, dan aku menunggu saat dia lengah dan membuat kesalahan."

"Rencana kedua adalah tugas kamu Ndre, gunakan wewenang kamu agar aku bisa masuk ke divisi keuangan, karena di sanalah kunci semua penyelewengan Seno dan kawan-kawannya yang masih belum kita ketahui."

Andre manggut-manggut mendengar semua penjelasan Saka. Dalam hati dia memuji sepupunya itu. Meskipun jarang ke kantor dan tidak pernah melakukan tugasnya di perusahaan ini, tapi semua rencananya ini membuktikan bahwa Saka sebenarnya cerdas dan berjiwa bisnis tinggi seperti Om Tommy Hadijaya, papa Saka. Tapi entah kenapa Saka benar-benar tidak ingin bergabung memimpin perusahaan ini.
Masih ada satu hal yang menjadi rahasia dalam hidup Saka, tapi Andre tidak mengetahuinya.
Andre hanya merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Dan sesuatu itu sudah terjadi sekitar 3 tahun lalu.

Dan kali ini Andre di buat heran lagi oleh tingkah laku Saka, setelah 3 tahun hilang dalam perusahaan dan tidak ikut campur sama sekali, tapi kali ini tiba-tiba dia turun tangan secara langsung bahkan telah mengenalkan dirinya secara langsung kepada semua pimpinan divisi. Hal yang paling di hindari Saka sejak dulu, kenapa sekarang dia lakukan?
Banyak pertanyaan yang sebetulnya ingin Andre kemukakan, tapi dia tau Saka bukan orang yang suka di tuntut untuk menceritakan hal pribadinya.
Maka dari itu Andre hanya diam dan menurut saja semua yang Saka perintahkan.

"Gimana Ndre, sudah kamu siapkan semua untukku minggu depan?" tanya Saka menghapus lamunan Andre.

"Siap, Sak .. terima beres deh." ujar Andre mantap.

"Good." Saka menyahut sambil sedikit mengangguk.

"Klo gitu aku cabut dulu Sak." Andre kemudian melangkah menuju keluar ruangan Saka, yang hanya diikuti oleh helaan nafas panjang Saka.

Kantor, Lantai 2

Rinjani terdiam sambil bernafas lega. Bersyukur karena bisa terbebas dari bos mesumnya itu, karena sekarang bos mesumnya itu akan dimutasikan ke Kota W.
Dengan begitu Rinjani dapat melepaskan tekanan dalam dirinya karena ketakutannya pada Seno.

"Eh, Ken kira-kira sapa ya yang bakal gantiin bos Seno? " terdengar Evi berbincang dengan Niken.

"Tau, moga aja gantinya lebih muda n lebih ganteng ya." Sahut Niken antusias.

"Tul itu, biar kita bisa lihat yang bening-bening gituu n lebih semangat  kerjanya, iya nggk Ken?" jawab Evi berharap apa yang di katakan Niken jadi kenyataan.
Tiba-tiba kejahilan Niken datang ketika melihat Rinjani yang lagi asyik berselancar dengan laptop dan laporan-laporan di atas meja kerjanya.

"Eh, Rin, mau tanya nih, gimana rasanya tuh pisah sama Bos Seno? kehilangan banget yaaa?" Niken menoleh ke arah Rinjani yang masih terdiam menekuni kertas-kertas di atas meja kerjanya. Evi cuma tersenyum sinis ke arah Rinjani.
Awalnya Rinjani hanya geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan Niken yang aneh menurutnya dan berusaha tak mempedulikannya.

"Sayang yaa, Sugar Daddy udah jauuh sekarang." Niken masih nyerocos yang bukan-bukan, membuat Rinjani yang sedari tadi hanya diam mulai membuka mulutnya.

"Maksud kamu apa Ken??!" Dengan nada yang mulai terdengar tinggi, Rinjani menegur Niken.

"Sudah-sudah, jangan di pedulikan omongan Niken Rin, kamu fokus aja sama kerjaan kamu."
Aldi tiba-tiba datang sambil menyela pembicaraan mereka. Sedangkan Niken hanya mencibirkan bibirnya sambil melihat Aldi yang sedang mendekati Rinjani.

"Rin, ini laporan anak-anak yang ada di toko kota A, tolong cek ya. Sama ada beberapa anak yang nyampe target, cek omzetnya ya. Ada beberapa klaim-klaim an juga."

"Ni ku mau cek laporan anak-anak lain di Kota B."

Aldi menyerahkan sejumlah laporan yang di bagi 2. Satunya untuk di cek sendiri. Rinjani hanya mengangguk sambil mengambil laporan yang di serahkan kepadanya.

"Mm .. Rin, nanti makan siang bareng yuk. Kamu makan di kantin kan? nggk keluar?"
"oh, atau keluar juga boleh." Ajak Aldi agak gugup. Sebenarnya Aldi sudah lama menyukai Rinjani, tapi sifat cuek dan dinginnya Rinjani selalu menyurutkan langkah Aldi untuk terus maju mendekati Rinjani.  Sekarang dengan diberanikan diri, Aldi  meminta Rinjani untuk makan siang bersama.
Agak lama Aldi menunggu jawaban Rinjani yang hanya diam menunduk.
Sebenarnya Aldi adalah teman yang baik, tapi ketika seorang pria menunjukkan rasa simpati dan sukanya kepada Rinjani, dengan otomatis sikap protektif Rinjani akan muncul dan itu yang membuat Aldi kecewa, karena Rinjani sekarang hanya menggeleng dan berkata "Maaf, Al ..." "Aku bawa bekal, maaf ya." Aldi hanya tersenyum kecewa mendengar penolakan halus Rinjani.

"Oke, gapapa Rin, tapi lain kali jangan nolak ya." harap Aldi lagi. Rinjani hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Aldi pun kembali ke mejanya. Rinjani menarik nafas panjang sambil melamun, kapan dia bisa membuka dirinya untuk seorang laki-laki?
Ah, Rinjani pun tak tahu.

Miss Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang