Disguise

1 0 0
                                    

Kantor manager keuangan baru telah selesai di siapkan. Kini pimpinan baru itu telah berkantor satu ruangan dengan para staffnya.
Awal bekerja satu lantai dengan sang manager membuat semua staff menjadi canggung.
Maklum, sebelumnya telah terbiasa bekerja tanpa pengawasan langsung dari pimpinan membuat para staff bekerja agak longgar.
Rinjani masih mengerjakan pekerjaannya ketika sebuah suara memanggil namanya.

"Rin, panggil Pak Bos ke dalam tuh." ternyata Evi yang baru saja keluar dari ruangan Adit manager baru. Rinjani mengangguk tanda mengerti akan ucapan Evi.

Setelah mengetuk pintu dan di persilakan masuk, Rinjani melangkah masuk ke dalam.

"Maaf pak, panggil saya?" tanya Rinjani sambil memandang bos barunya itu.
Adit kemudian berdiri dan mengambil beberapa laporan.

"Tolong kerjakan ini, siang nanti sebelum istirahat harus sudah selesai." Rinjani menerima beberapa helai kertas yang di sodorkan kepadanya. Setengah mengerutkan kening Rinjani memeriksa apa yang baru saja diterimanya.

"Harus siang ini Pak?"
"Habis istirahat boleh nggk Pak? tanya Rinjani memperjelas, karena pekerjaan yang kemarin aja belum rampung di tambah sekarang di kasih deadline lagi.

"Nggak, harus siang ini. Dan ingat sebelum makan siang harus sudah ada di meja saya." tegas Adit.
Rinjani menahan dongkol hatinya melihat sang pemimpin yang terkesan otoriter. Dengan pasrah Rinjani hanya mengangguk sambil melangkah keluar.

"Lho .. mau ke mana kamu?" Tanya Adit heran melihat Rinjani yang beranjak menuju pintu.

"Mau balik Pak, sudah selesai kan?"

"Sapa yang menyuruh kamu balik?"

"Eh, kan mau cepat-cepat ngerjakan ini pak, maaf .. takut nggk keburu sampai siang nanti."
jawab Rinjani pelan yang sebenarnya menyimpan rasa kesal sama bos baru nya itu, karena mengingat tugasnya yang menumpuk dan pimpinan yang tidak memberi waktu tenggang.

"Saya belum menyuruh kamu balik, jadi kamu nggk boleh balik dulu."

Rinjani setengah menekuk dagunya menahan dongkol mendengar perintah absolut bosnya.

"Iya Pak, masih ada lagi yang harus saya kerjakan?" tanya Rinjani sambil menyungging senyum yang setengah dipaksakan.

"Sudah, tidak ada lagi. Kamu boleh kembali." Adit dengan santainya meminta Rinjani untuk kembali ke ruangannya.
Hah?? Rinjani hanya melongo kesal sambil berjalan keluar.
"Orang aneh!" batin Rinjani.
Sedangkan Adit? pria yang terlihat sangat rapi dan culun itu tersenyum misterius seraya membenarkan letak kacamata tebalnya.

Rinjani menuju ke meja kerjanya dan kembali menekuni semua lembaran kertas di depannya.
Merasa bingung, mana yang harus dikerjakan lebih dulu karena semua harus di serahkan siang ini.

Setelah dengan segala daya upaya, akhirnya Rinjani selesai merampungkan semua pekerjaan deadlinenya.
Di lihat jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah jam makan siang. Pantas ruangan terlihat sepi.
Ah, terlambat sedikit nggak papa daripada tidak samasekali.
Rinjani melangkah menuju ruangan Adit.
Dengan pelahan Rinjani mendorong pintu ruangan itu. Setengah terkejut melihat Adit sang Bos masih berada di kursi kebesarannya sedang fokus dengan laptop di depannya sehingga tidak menyadari kehadiran Rinjani.

"Eh, maaf pak permisi. Saya kira Pak Adit sudah keluar istirahat." Rinjani dengan canggung melangkah masuk mendekati meja atasnnya tersebut. Adit segera mendongak melihat kehadiran Rinjani.

"Hmm, gapapa, masuk aja." singkat jawaban Adit.

"ini pak laporannya, sudah selesai." Rinjani segera menyerahkan hasil kerja kebut tayangnya itu.

"Oke, terimakasih." Tanpa melihat Rinjani yang masih berdiri mematung Adit masih asyik memijiti keyboard dari benda berbentuk kotak hitam di depannya.
Beberapa menit kemudian, Adit selesai dengan kegiatannya. Ketika kepalanya terangkat dan  pandangannya lepas dari laptop, terlihat Rinjani masih mematung di depannya.

"Ngapain masih di sini? nggk istirahat kamu?"

"Lho .. katanya saya nggk.boleh pergi sebelum ada perintah dari Pak Adit tadi." Dengan bingung Rinjani menjawab pertanyaan heran dari Adit.
Dengan menahan diri Adit menunduk menyembunyikan senyum yang hampir terlukis di wajahnya. Sedetik kemudian setelah mengatur raut mukanya Adit kembali mendongak.

"Kamu boleh pergi sekarang."

Rinjani segera berbalik dan melangkah menuju pintu, tapi sebelum menyentuh handel pintu yang tertutup terdengar Adit memanggil namanya kembali.

"Rin"

Panggilan singkat itu membuat Rinjani menoleh kembali.

"Iya ,Pak .. Masih ada yang lain kah?"

"Nggk, cuma mau tanya kamu sudah makan siang?" pertanyaan Adit membuat Rinjani mengerutkan dahi.

"Gimana mau makan? orang tugas numpuk suruh nyelesaikan cepet-cepet."  gerutu rinjani pelan hampir tidak terdengar.
Dengan memandang Adit sekilas Rinjani menggelengkan kepalanya.

"Belum Pak." Rinjani menjawab dengan jujur.

"Jangan ke mana-mana, makan siang di sini saja, temani saya."

Permintaan Adit, membuat Rinjani kaget.
Seketika tubuhnya terasa membeku. Pikiran jelek melintas di benaknya.
Hanya tawaran sederhana tapi membuat Rinjani merasa takut.
Melihat raut muka Rinjani yang tiba-tiba tegang, Adit merasa aneh dan curiga.
Apa permintaanku berlebihan? apa ada yang salah?

"Maaf Pak, Saya istirahat di kantin saja. Sudah janjian sama teman tadi." tolak Rinjani halus, sedikit berbohong karena dia tidak membuat janji dengan siapa-siapa.

"Oh, oke klo begitu. Selamat beristirahat." ucap Adit datar.

"Eh, iya Pak makasih. Saya permisi." Rinjani segera berlalu keluar. Di susul kemudian dengan Adit yang berdiri dan mengambil jas yang di sampirkan di belakang kursi yang di dudukinya, kemudian  berjalan menyusul Rinjani.

Rinjani melangkah menuju meja kerjanya dan kembali terduduk di situ. Di ambilnya kotak makan yang berada di dalam tas kerjanya. Bingung mau makan di mana, di bawa ke kantin jam istirahat tinggal beberapa menit lagi, buat jalan ke lantai 1 keburu habis waktu makan siangnya. Akhirnya Rinjani memutuskan memakan bekalnya di tempat, tanpa menyadari bahwa Adit berada di belakangnya.

"Hmm .. katanya ada janji sama teman makan di kantin?" tiba-tiba Adit berjalan lebih dekat dan menegur Rinjani.
Rinjani yang sedang asyik menyiapkan bekalnya terkejut dan hampir melempar kotak makannya itu.

"Aduuh, kenapa si Bos keluar sekarang? katanya mau makan di dalam ruangannya? gini jadi malu aku."  batin Rinjani.

"Eh, habis lihat jam Pak, keburu waktunya habis klo mo jalan ke kantin." Rinjani berusaha mencari alibi.
Adit hanya tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Oke, lanjutin makannya, saya mau keluar sebentar."

"Selamat makan." ucap Adit berlalu sambil menepuk pundak Rinjani pelan.
Kaget Rinjani menerima tepukan pelan dari Adit.
Dilihat pundaknya sekali lagi, Rinjani hanya terdiam, aneh .. kenapa tubuhku tidak gemetar takut ya? malah perasaannya menjadi hangat sekarang.
"Apa yang terjadi? apa aku sudah sembuh dari traumaku? " Rinjani coba berpikir lagi.
"Tapi tadi waktu Pak Adit mengajakku untuk menemaninya makan, kenapa aku masih merasa takut?"
Rinjani mulai bingung dengan dirinya. Tapi semenit kemudian Rinjani berusaha tak memikirkannya lagi, karena perutnya sudah meronta ronta minta di beri asupan makanan.
Dengan lahap Rinjani menghabiskan makanannya sendiri di dalam kantor tanpa mengetahui bahwa sang Bos masih berada di sana, di balik tembok mengawasi dirinya.
Sejenak terlihat Adit tersenyum lega dan segera berlalu ketika sudah mengetahui bahwa ketegangan Rinjani akan permintaannya tadi sudah hilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang