Rinjani melangkah tergesa menuju ruang Pak Seno, manager keuangannya.
Sampai di depan pintu, Rinjani mengetuknya pelan. Agak merasa risau karena dia sedikit terlambat gara-gara insiden tabrakan tadi."Tok..! Tok..! Tok..!"
"Masuk..!"
Suara dari dalam menyuruh Rinjani segera membuka pintu dan masuk ke dalam.
Di dalam ruangan terlihat seorang laki-laki setengah baya berkisar 50 tahunan,sedang duduk sambil memeriksa laporan-laporan di meja kerjanya."Permisi Pak.." ucap Rinjani sambil melangkah masuk.
Laki-laki bosnya itu mendongak dan tersenyum melihat kedatangan Rinjani.
Senyum yang menurut Rinjani sedikit aneh dan mengerikan menurutnya."Kemari Rinjani, Mana laporan yang saya minta tadi? Sudah kamu selesaikan?"
Dengan perlahan Rinjani maju, melangkah ke arah bos nya itu, bos yang sedikit genit menurutnya, dan itu membuat Rinjani ragu untuk lebih mendekat.
Dari depan meja dia meletakkan berkas laporan yang dari semalam membuat dia puyeng dan kebingungan.
Setelah meletakkan laporan di meja kerja Pak Seno atasannya, Rinjani sedikit melangkah mundur."Kenapa jauh-jauh Rinjani? Agak dekat sini biar saya bisa lihat laporannya"
"Maaf Pak, Laporannya sudah saya taruh di meja."
"Mohon di cek Pak."
"Kalau ada yang kurang, nanti biar saya perbaiki lagi Pak."
Sahut Rinjani risih karena permintaan Seno. Karena terus terang selama ini Rinjani selalu merasa aneh kalau berdekatan dengan bosnya. Kadang-kadang bos nya itu memberi sedikit perhatian yang lebih dan selalu memandanginya dengan sorot mata genit. Ingin segera Rinjani keluar dari ruangan itu. Tapi apa daya, belum ada alasan Rinjani bisa keluar karena Seno si bos belum melihat laporan yang dia serahkan tadi
Pak Seno mengangguk-angguk sambil kemudian dia berdiri.
Melangkah perlahan menuju ke arah Rinjani yang berdiri agak jauh dari meja kerjanya.
Rinjani mulai gemetar, rasa takut yang dia rasakan tiap kali ada laki-laki yang mendekat padanya. Apalagi yang mendekatinya sekarang adalah laki-laki setengah baya dengan pandangan mesumnya, membuat Rinjani semakin berdebar ketakutan."Mo .. mohon di cek sekarang Pak,laporannya."
Rinjani berusaha mencari celah supaya atasannya itu kembali ke tempat duduknya.
'Kenapa Kamu tegang sekali Rinjani?"
"Rileks aja.."
Pak Seno semakin mendekat, tanpa mempedulikan laporan yang baru saja di serahkan Rinjani Kini ia sudah berada tepat di depan Rinjani.
Tiba-tiba tangan Pak Seno sudah mendarat di bahu Rinjani dan sedikit meremasnya.
Rinjani terkejut,seketika dia mendongak sambil menggeleng..
Mulutnya ingin berkata-kata, tapi tak ada satupun kata yang keluar.Keringat dingin mulai membasahi pelipis Rinjani.
Inilah yang di takuti Rinjani, dia tiba-tiba menjadi sangat tidak berdaya. Ketakutan dan trauma masa lalu membuatnnya tidak punya kekuatan.
Airmata mulai sedikit menggenang di sudut matanya.Pak Seno semakin kurang ajar,, menganggap diamnya Rinjani adalah kesediaan Rinjani akan sentuhan dia,membuat dia berusaha melangkah lebih jauh.
Tangannya yang semula hanya meremas bahu Rinjani kini semakin berulah.
Mulai turun ke kancing baju Rinjani.Rinjani semakin gemetar .. bagai sebuah manequin, boneka pajangan..dia tak mampu bergerak. Dirinya seakan tersihir diam. Sihir yang mematikan kerja otaknya untuk memerintahkan tubuhnya bergerak. Sehingga tubuhnya hanya bisa mematung dan diam di tempat.
Mulutnya ingin sekali berteriak, dan tangannya juga ingin sekali menampar muka lelaki hidung belang di depannya itu.
Tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukannya.
Ketakukan dan trauma membuat tubuhnya seakan membeku.
Tangan lelaki tua atasannya itu sampai di kancing pertama,masih berusaha membukanya sampai ketika .."Tap..! Tap..! Taap..!"
Suara langkah kaki memasuki ruangan yang mulai di anggap pengap oleh Rinjani.
Seorang laki-laki tinggi, tampan, dengan sorot mata tajam tengah berdiri di hadapan Rinjani dan bos mesumnya.
Tatapan matanya tak lepas dari tangan si tua bangka yang masih terkejut akan masuknya orang lain ke dalam ruangannya, sehingga tak sempat melepaskan tangan dari kancing baju Rinjani.Tiba-tiba laki-laki tampan itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam jaketnya.
Laki-laki itu adalah Aditya Wibisaka, tampil agak slengekan ke kantor yang notabene adalah milik ayahnya.
Cuma memakai celana jeans,kaos oblong dan jaket baseball membuat Seno si Bos mesum agak mengerutkan dahinya.
Bertanya tanya kenapa sampai ada preman bisa masuk kantor se elit PT.Adisaka Jaya Corp.Tapi keherannya tidak berlangsung lama, karena pisau lipat yang baru saja di keluarkan Saka sudah berputar-putar di depan wajahnya.
"Lepaskan tangan jahanammu itu sekarang!! Atau kamu mau aku yang melepasnya?!"
Ancam Saka sambil mendekat dan berbisik di telinga Seno.
Seketika seno langsung melepaskan tangannya dari kancing baju Rinjani.
Sadar dirinya sudah merasa aman, tanpa berbicara sedikitpun Rinjani segera melangkah keluar dengan tergesa."Siapa kamu?? Lancang sekali kau masuk ke ruanganku??!"
Sadar akan situasi, Seno si tua tua keladi mulai membentak Saka.
Dengan senyum di sudut bibirnya saka memasukkan pisau lipat ke dalam jaketnya kembali."Keluar kamu..!! Preman kurang ajar!! Kenapa sampe bisa lolos masuk ha??"
"Hemm.. sungguh kamu tak tahu siapa aku? Pak Se-no??"
Saka mulai mempertanyakan identitas dirinya kepada Seno dengan sedikit menekan nama ketika menyebut atasan Rinjani tersebut.
Seno kembali mengerutkan dahi, berusaha mengingat kembali apa dia kenal pemuda ini?
Tapi tetap dia tidak mengingatnya."Aku tak tahu siapa kamu! Kamu cuma preman nyasar!! "
"Sebaiknya cepat keluar!! Atau ku panggil satpam sekarang?!"
Dengan sedikit mencebikkan bibirnya ke bawah dan bahu yang di angkat, kemudian di turunkan lagi, Saka berbalik badan keluar dari ruangan si Seno.
Di balik pintu ruangan manager keuangan itu Saka berjalan sambil tersenyum penuh misteri.Sedang di dalam ruanagn Seno sang manager kembali duduk dengan amarah yang masih keliatan dari sorot matanya. Rencananya harus buyar. Sudah lama Seno mengincar Rinjani. Laki-laki buaya itu menyukai Rinjani, karena selain cantik, menurutnya perempuan itu mudah di permainkan karena sifat diamnya.
Dan tak mungkin dia akan bercerita dengan teman-teman sekantornya mengenai perbuatannya, karena dia tahu Rinjani sosok pendiam yang tidak punya banyak teman di kantor ini. Dan menyuruh Rinjani menyerahkan laporan tadi adalah salah satu trik Seno untuk menggoda Rinjani. Tapi sial, kenapa pintu tadi nggk ku kunci dulu? batin Seno." Dan siapa pemuda kurang ajar tadi?"
" Kenapa dengan penampilan seperti itu dia bisa masuk kantor?"
Wajar kalau Seno heran, karena setiap tamu yang masuk ke gedung PT.Adisaka Jaya harus sopan, memakai celana dari kain, kemeja dan bersepatu.
Jikalau tidak, di depan kantor, para security pasti sudah melarangnya masuk.
Seno masih melamun,sedikit bermain dengan pikirannya dan dengan keheranannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Snow White
RomanceKerapuhan Rinjani Larasati membuatnya tak percaya akan cinta ... tak merespon sentuhan ... dan tidak mebuatnya merasakan gairah .. Hatinya dingin. Sedingin salju karena luka masa lalu.. Adakah laki-laki yang bisa menghangatkan hatinya dan menyembuhk...