End Of Mission

1 0 0
                                        

Hari ini Rinjani berangkat lebih pagi dari biasanya. Agak tergopoh-gopoh menyusuri lobi kantor menuju pintu lift disebelah kiri resepsionis.
Gedung tinggi bertingkat 10 itu memang didesain seperti hotel.
Pertama masuk kantor, pemandangan serba wah dan lux tersaji didepan mata.
Begitu masuk, terdapat satu pilar tinggi megah,berbentuk melingkar dan berwarna emas menyambut setiap tamu yang datang ke kantor. Belok sebelah kiri sedikit terdapat meja resepsionis berbentuk setengah lingkaran.
Di belakang resepsionis terlihat ruangan-ruangan bertembok kaca yang memperlihatkan isi dalam ruangan. Hanya kursi dan meja bulat yang tersedia dalam ruangan kaca yang memang diperuntukan untuk menerima tamu kantor. Naik 1 tangga depan pilar megah terdapat 2 pintu lift yang satu untuk digunakan para karyawan dan yang sebelahnya lagi hanya untuk manager dan pemilik perusahaan.

Setelah sampai di lantai 2, dengan nafas yang agak terengah-engah Rinjani menuju meja kerjanya dan segera duduk sambil mengatur nafas.
Pandangannya menyapu seluruh ruangan, meja kerja yang terpisah oleh kubikel-kubikel masih kosong.
Setelah tenang, Rinjani memeriksa semua berkas laporan yang menumpuk di mejanya.

"Di mana ya?" Sambil bergumam Rinjani berusaha mencari sesuatu di antara berkas tumpukan berkas-berkas di depannya.

"Kayaknya kemarin sudah kuserahkan semua ke Pak Seno? Masa ilang?"
Rinjani masih terus saja berbicara sama diri sendiri.
Rinjani hari ini memang tergesa-gesa berangkat ke kantor, karena setelah pulang dari kantor dia mendapat telpon dari Seno. Sebenarnya agak takut Rinjani mengangkat telpon dari si Seno karena kejadian tadi pagi, tapi karena mengira ada sesuatu yang penting dengan terpaksa dia menjawab telpon Seno. Dan ternyata berkas laporan yang harusnya dia serahkan kemarin ada sebagian yang tidak ada.
Akhirnya di sini sekarang Rinjani, berangkat lebih pagi hanya untuk mencari laporan yang sangat penting buat Seno.

"Tumben kamu sudah datang Rin."

Tiba-tiba Niken rekan kerja Rinjani menyapa.

"Iya, lagi rajin."

Jawab Rinjani singkat. Mendengar itu Niken hanya mengendikkan bahu sambil mencibikkan bibirnya.
Rinjani memang tidak terlalu dekat dengan semua karyawan di kantor itu, karena sifat dingin dan cueknya.
Begitu juga dengan Niken, meskipun satu ruangan kerja tapi Rinjani sangat menjaga jarak dengan Niken. Karena sifat Niken yang selalu pengen tahu dan kentara sekali kalau Niken sangat tidak suka dengan Rinjani.

Tak berapa lama, semua karyawan mulai berdatangan. Rinjani mulai gelisah, karena laporan yang dia cari harus diserahkan pagi ini juga.

"Rin..! Kamu di panggil ke ruangannya Pak Andre, sekarang."

Tiba-tiba terdengar suara Aldi, salah satu rekan Rinjani dalam ruangan itu memanggil.

"Ku tadi papasan sama Pak Andre di depan Rin, katanya dia ada perlu sama kamu, cepat ke sana gih keburu di tunggu."

Sambil mendengarkan penjelasan Aldi, Rinjani segera berdiri dari duduknya.

"Oke Al, makasih."

Jawab Rinjani singkat. Agak heran juga, kenapa sepagi ini Pak Andre memanggilnya.
Segera Rinjani berlalu keluar menuju pintu lift. Setelah masuk dia menekan angka 7, tempat ruangan Andre berada. Karena semakin tinggi jabatan, semakin tinggi pula lantai tempat ruangan mereka.
Sampai di lantai 7, Rinjani di sambut dengan senyuman sekretaris Andre yang memang terkenal ramah orangnya.

"Mbak Rinjani, silakan langsung masuk .. sudah di tunggu sama Pak Andre.

"Iya, mbak Anita .. makasih, aku masuk ya."

Sambutan Anita, sekretaris Andre di sambut ramah juga oleh Rinjani. Rinjani merasa Anita adalah orang yang tulus karena itu Rinjani mampu tersenyum dan ramah padanya.

"Tok .. tok .. tok .. !" Rinjani mulai mengetuk pintu.

"Masuk .. ! " Jawab Andre dari dalam.

"Permisi Pak Andre .. " Rinjani segera masuk ke dalam dan langsung berdiri di depan meja kerja Andre.

"Duduk Rinjani." Perintah Andre.

Rinjani mengangguk dan langsung duduk di depan meja kerja Andre.
Setelah melihat Rinjani telah duduk, Andre menyodorkan beberapa berkas laporan di depannya.
Rinjani melirik sekilas dan agak sedikit terkejut, karena berkas itulah yang dia cari mulai tadi pagi, sampai dia melewatkan sarapannya hanya karena ingin segera menemukan laporan itu.

"Kamu mencari ini Rinjani?" Tanya Andre santai.

"Iya Pak, saya daritadi mencarinya. Pak Andre menemukan di mana?" Tanya Rinjani heran.

"Kemarin, waktu kamu tabrakan sama temenku, nggk sengaja kamu menjatuhkan beberapa berkas, yang ini kamu nggk sempat beresin .. "

Andre menjelaskan kenapa dia sampai bisa mendapatkan laporan itu.

"Oia, terima kasih pak."

"Boleh Saya ambil laporannya dan kembali ke ruangan saya Pak?"

Andre mengerutkan dahinya, merasa heran to the point sekali gadis ini. Biasanya staff perempuan yang di panggil olehnya mencari cari alasan dan bahan pembicaraan agar bisa lebih lama di dalam ruangannya, tapi tidak dengan Rinjani. Gadis ini seperti tidak ingin berlama lama di sini.
Maklum, Andre termasuk salah satu pimpinan idola karena ramah dan tampan, meskipun standartnya masih di bawah Saka laah .. !
Makanya banyak staff perempuan yang menjadi fansnya.
Benar-benar gadis dingin, batin Andre sambil geleng-geleng kepala.

"Kenapa Pak?" Tidak boleh?" Tanya Rinjani heran melihat Andre hanya geleng-geleng kepala.

"Oh, tidak ..! Tidak, Rin. Kamu boleh membawanya, tidak apa-apa."

"Begini Rin, sebentar .. masih ada yang harus aku bicarakan sama kamu."

Andre diam sebentar, lalu meneruskan perkataannya.

"Sepertinya penyelidikan tentang kasus Seno akan segera berakhir."

"Aku berterima kasih karena kamu mau bekerja sama membuat Semua laporan yang Seno minta, meskipun itu sangat beresiko untuk kamu."

"Laporan awal yang kamu infokan ke aku sudah aku teliti semua Rin. Kini, bukti- bukti korupsi Seno sudah terkumpul semua."

"Sekarang aku minta kamu untuk tetap diam dan jangan cerita apa pun tentang masalah ini ke orang-orang, karena kamu yang akan terkena resikonya."

"Semakin sedikit yang tahu, kamu aman Rin."

Panjang lebar Andre menjelaskan tindakan penyelidikan mereka yang di lakukan diam2 akhirnya menemui titik akhir.
Memang, awalnya sebagai staff keuangan yang telah ahli di bidangnya, Rinjani beberapa kali menemui keanehan, karena itu dia melaporkan ke Andre sebagai Wakil Eksekutif Direktur tentang kecurigaannya soal kecurangan Seno.

Karena Seno termasuk orang yang sudah lama bekerja di perusahaan ini dan termasuk orang kepercayaan Pak Tommy Hadijaya, jadi Andre tidak mau gegabah dalam memutuskan dan mengambil tindakan.
Karena itu dia meminta kerjasama Rinjani untuk membantunya mengumpulkan bukti-bukti.
Dan akhirnya semua bukti sudah berada di tangan Andre.

"Alhamdulillah, baiklah Pak andre kalau begitu saya boleh permisi?"

"Saya janji tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun."

Andre terdiam, tampaknya memang Rinjani tak nyaman berada lama-lama satu ruangan dengannya. Benar-benar gadis aneh menurutnya.

"Oke Rinjani, kamu boleh kembali ke ruangan kamu."

Sahut Andre akhirnya.

"Baik Pak .. permisi."

Kemudian Rinjani berbalik kembali ke ruangannya.
Dan seperti biasa, setelah sampai di ruangan kerjanya, dia di sambut oleh ke kepo an Niken. Tapi dasar cuek, Rinjani hanya senyum sedikit sambil geleng geleng dan berkata.

"Tidak ada apa-apa, Niken".

Singkat, padat tapi tak menjelaskan dan tidak membuat Niken lega dengan jawaban Rinjani.
Sekarang tugas Rinjani tinggal satu, menyerahkan sisa berkas laporan kemarin yang masih kurang kepada Seno yang tentunya membuat dia sedikit merasa takut.
Takut kejadian kemarin terulang.

Miss Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang