A New Man

2 0 0
                                    

Rapat direksi berjalan dengan tegang, Semua pemimpin direksi di kejutkan oleh bukti-bukti yang disodorkan Saka, bahwa ada penyelewengan dana dalam perusahaannya.
Memang Saka tidak menunjuk langsung siapa dalang dalam penggelapan dana tersebut. Tapi dia hanya memperingatkan semua orang dalam rapat bahwa dia akan menyelidiki lebih lanjut siapa orang-orang yang terlibat.

Saka mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, memperhatikan semua orang yang hadir dengan seksama. Berusaha melihat dan mencari tahu lewat gestur atau bahasa tubuh mereka ketika dia memperlihatkan adanya bukti bukti penyelewengan dana itu.
Tepat tengah hari sebelum makan siang, rapat direksi itu akhirnya berakhir.

"Baiklah, kita akhiri dulu rapat hari ini, mohon kerjasamanya mulai sekarang, karena kedepannya saya akan mulai aktiv ke kantor.

"Terima kasih atas kehadirannya."

"Saya permisi."

Kemudian Saka berlalu dengan di ikuti Andre di belakangnya.
Sedangkan Seno, raut muka yang tadinya begitu tegang dan ketakutan berubah menjadi senyuman lebar. Terlihat lega bahwa dia lolos dalam rapat direksi hari ini, tapi senyumannya tiba-tiba hilang, karena kemudian tampak dia sedang memikirkan sesuatu.
Sesuatu yang membuat dia harus lebih berhati-hati dalam bertindak sekarang.

Andre tampak melangkah begitu tergesa  menyusul Saka yang berjalan dengan cepat.
Ternyata Saka menuju ruangan Andre.

"Tahu gitu, nggk lari-lari aku nyusul si Saka, ternyata ke ruanganku juga."
Gerutu Andre dalam hati.

"Sak, hei.. Sak! Aku mau tanya, kenapa tadi kamu nggk nangkap si Seno?"

Tanya Andre begitu mereka sudah sampai dalam ruangan Andre.

"Kenapa kamu biarkan tadi dia lolos?"

"Kita sudah punya bukti-bukti semuanya, kenapa kamu tiba-tiba berubah haluan?"

"Kita tadi sudah sepak.."

Belum selesai Andre berucap, Saka sudah mengangkat tangan, tanda menyuruh Andre untuk berhenti berbicara.

"Belum waktunya Dre, apa kamu nggk lihat tadi bagaimana sikap semua orang di rapat? Aku yakin Seno tidak sendiri."

"Kita biarkan dulu Seno bebas, biar kita bisa menggiring sekutunya yang lain.
Kalau kita menangkap si Seno sekarang aku yakin semua sekutunya akan cuci tangan."

"Jadi tunggu tanggal mainnya Ndre .."

Sahut Saka mantab. Mendengar itu Andre hanya mengangguk angguk tanda mengerti.

"Tapi sekarang kita harus lebih ekstra hati-hati Sak, aku yakin mereka semua yang terkait masalah ini pasti akan mempersiapkan semua hal untuk melindungi diri mereka sendiri."

"Tugas kita akan menjadi sangat sulit."

Tukas Andre berusaha memperingatkan Saka.

"Betul sekali Ndre, maka dari itu aku punya beberapa  tugas untuk kamu."

"Dan tugas pertama kamu adalah .. "

Saka membisikkan sesuatu kepada Andre yang segera membuat Andre terbelalak.

"Nggak salah Sak? Nggk ada yang lain apa?"

"Sudah no debat Ndre .."

"Lakukan saja"

"Lebih cepat lebih baik."

Ujar Saka sambil berlalu. Andre hanya geleng-geleng sambil menggaruk-garuk kepala.

Sementara itu dalam ruangan lantai 2, tempat Rinjani menjalankan aktivitasnya tampak suasana tampak ramai dan riuh.
Beberapa staff perempuan terlihat bergerombol dan saling tertawa simpul seperti sedang membicarakan sesuatu yang membuat mereka senang.

"Ya ampuuun Nikeen, kalau kamu nggk melihatnya sendiri, kamu pasti nggk bakal percaya,"

"Orangnya ganteng banget.. !"

"Ah .. andaikan bisa jadi pasanganku, nggk bakal melirik yang lain akuuu .."

Cerita Evi salah satu rekan kerja Rinjani, sedang berbicara dengan Niken.

"Emang sapa yang kamu lihat Vi?" Tanya Niken penasaran.

"Ku juga nggk tahu dia sapa Ken, tadi kan ku ke depan ambil titipan di pos security, lha pas masuk lagi ke lobby ku lihat ada cowok ganteng bangett.."
"Gayanya tuh yaa cool abiz."
"Tapi tadi kulihat kok dia masuk lift Presdir ya?"
"Masak ada pimpinan baru Ken? Waa.. kesempatan klo memang cowok ganteng itu kerja di kantor kita Ken!" cerocos Evi semangat

"Lha terus si Roy mau kamu kemanakan?" Sahut Niken.

"Klo dapat yang satu itu lewat si Roy mah! " Evi menimpali sahutan Niken.

"Yee Vi .. kalau ngimpi jangan ketinggian, jatuh baru nyonyor kamu."

"Suka-suka akulah, kalau kamu liat orangnya pasti ngimpi juga jadi pasangannya."

Terdengar dua orang itu saling sahut menyahut, Rinjani hanya diam dan seperti biasa bersikap cuek tanpa ada keinginan untuk bergabung dengan mereka.

Tak terasa jam bergulir menuju angka 4, tanda semua kegiatan dalam kantor akan berhenti.
Rinjani mulai merapikan mejanya, dan bersiap siap melangkah keluar.
Setelah melakukan absen pulang, Rinjani
segera melangkah menuju arah parkiran motor di basemen.
Ketika Rinjani mencoba menstarter motor maticnya, dia melihat sekelebat bayangan.
Bayangan pemuda dengan motor Ducati streetfighternya.

"Deg .. !"

Hati Rinjani tiba-tiba bergetar, sampai dengan menghilangnya motor Ducati itu Rinjani tidak melepas pandangannya.
Sampai seorang security menyapanya.

"Pulang mbak Rinjani?"

"Oh .. eh .. iya Pak. Mari Pak, pulang dulu ya .."

Pamit Rinjani kemudian.
Dengan agak sedikit ngebut Rinjani  melaju menuju rumahnya
Begitu sampai, segera dia memarkir motor, lalu dengan agak sedikit tergesa dia masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum .."

"Waalaikumsalam, sudah pulang Nak?"

"Sudah makan? kalau belum langsung makan dulu gih." Sahut Mama Rinjani menyambut putri semata wayangnya.

"Ntar aja,Ma .. Rinjani mau langsung ke kamar dulu ma."

Mama hanya mengangguk mendengar jawaban Rinjani, sambil meneruskan kegiataannya merangkai bunga yang sepertinya baru di pindah ke dalam pot kecil.

Rinjani melangkah tergesa ke dalam kamar, motor besar di parkiran basemen kantor tadi mengingatkannya akan sesuatu.
Segera Rinjani menuju ke arah lemari pakaiannya. Dibukanya lemari itu, tampak baju tertumpuk rapi dan beberapa potong baju ada di hanger2 di sebelah tumpukan baju rapinya.

Dibelahnya barisan baju yang di hanger, tampak paling ujung Rinjani mengambil sebuah jaket, jaket kulit tapi bukan jaket untuk perempuan, melainkan sebuah jaket laki-laki kini tengah di pegangnya sambil kemudian dia memeluk jaket tersebut.

"Apakah itu tadi itu kamu?"

"Aku belum berterimakasih dengan baik sama kamu."

"Semoga itu tadi kamu, dan semoga kita segera di pertemukan karena aku sangat ingin berterima kasih pada kamu, penolongku .. "

Rinjani bergumam dalam hati. Kembali berkelebat dalam ingatannya, ketika hari itu, hari di mana dia benar-benar dalam kondisi terpuruk dan keadaan yang sangat kacau, di mana rasa bersalah ..  kecewa .. putus asa .. marah .. takut ..  berbaur jadi satu membuat dia harus lari dan menyelamatkan diri.
Dan di sanalah hadir , laki-laki berjaket kulit hitam hadir dan menolongnya.
Dewa penolong yang terus membayangi pikiran Rinjani sampai sekarang, karena rasa terima kasih yang belum tersampaikan dengan baik membuat dia terus mengingatnya dan Rinjani baru sadar hanya dengan mengingat laki-laki berjaket hitam itu perasaannya menjadi hangat dan Rinjani menyukainya, menyukai rasa hangat yang hadir dalam dirinya.

Miss Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang