Detingan sendok menghiasi ruang makan di kediaman Raka. Saat ini Alisya tengah makan malam bersama dengan keluarga Raka.
Kedatangan orang tua Raka secara mendadak membuat Alisya dan Raka membatalkan rencana mereka untuk pergi ke tempat wisata di dekat bukit dan berakhir makan malam dadakan bersama orang tua Raka.
"Gimana sekolah kalian? Lancar?" tanya mama Raka kepada kedua anaknya.
Orang tua Raka memang sudah menganggap Alisya sebagai anaknya karena kedekatan Alisya dan Raka membuat mereka juga menyayangi Alisya layaknya anak mereka sendiri.
Bahkan orang tua Raka berharap Alisya adalah jodoh Raka di masa depan. Tetapi mereka juga tidak akan memaksakan keinginan mereka kalau memang Alisya dan Raka tidak berjodoh.
Yang terpenting sekarang Alisya adalah anaknya. Bagian dari keluarga kecilnya.
Alisya juga tidak masalah di anggap anak oleh kedua orang tua Raka supaya bisa mengobati rindunya kepada keluarganya di kota. Terlebih lagi rindunya kepada sang bunda yang sudah berbeda alam dengannya.
"Alhamdulillah lancar mah, lagian juga pertama sekolah jadi nggak terlalu sibuk sekarang," jawab Alisya.
"Kalian rajin-rajin belajar, udah mau naik kelas dua belas loh,"
"Iya mah," ucap Raka dan Alisya.
"Kalian tadi mau pergi kemana?" tanya papa Raka.
"Mau pergi ke wisata yang dekat perbukitan pa, wisata baru," jawab Raka.
"Kalian sih datang mendadak, jadi batal kan acara kencan mereka," ucap nenek Raka.
"Apaan sih nek, kita nggak kencan tau, cuma main aja," ucap Raka.
"Oh iya mama sama papa kok tumben kesini mendadak, biasanya Lisya pasti tau kalau mama sama papa mau kesini. Lagian kan baru kemaren mama sama papa kesini antarin Raka," ucap Alisya.
"Kita belum jadi ke Makassar Lisya, rencananya besok mau ke Makasar, jadi kita sempatkan ke sini dulu," ucap papa Raka.
"Mungkin besok kita di Makassar lebih lama dari sebelumnya, makanya kita sempatkan ke sini dulu, kalian nggak keberatan kan mama sama papa di Makassar lebih lama?" ucap mama Raka.
"Nggak kok ma, Lisya nggak keberatan sama sekali. Nggak tau kalau Raka," ucap Alisya.
"Nggak apa-apa mah, pah. Lagian Raka juga udah sering di tinggal," ucap Raka.
"Lisya gimana liburan kemarin? Jadi pulang?" tanya papa Raka.
Seketika wajah Alisya yang tadinya terlihat ceria berubah menjadi murung. "Nggak jadi pah, ayah sama kakak Lisya pergi ke rumah sahabat lamanya ayah. Nggak biasanya ayah mau pergi ke rumah sahabat lamanya," ucap Alisya.
Papa Raka menatap Alisya dalam. Raka sudah menceritakan kenapa mama dan papanya kenapa Alisya sampai dipindahkan ke desa ini.
Tidak banyak yang bisa di lakukan oleh kedua orang tua Raka kepada Alisya. Mereka tidak mau terlalu ikut campur masalah keluarga Alisya. Mereka hanya bisa menghadirkan sosok orang tua untuk Alisya saat ini.
Raka yang mengerti dengan suasana saat ini langsung menyelesaikan makannya dan membawa Alisya keluar rumah.
Alisya duduk teras rumah Raka sambil memainkan ponsel yang ada di genggamannya sedari tadi. Sedangkan Raka berdiri di dekatnya.
"Udah ada kabar dari Gio?" tanya Raka kepada Alisya.
Mendengar kalimat itu lagi dari mulut Raka membuat Alisya memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Alisya
Teen FictionPindah? Dijodohkan? Serumit itu kehidupan Alisya Ghinafia Chalondra. Disuruh pindah ke desa terpencil dan bersekolah di sekolah yang menurut Alisya aneh, sangat berbeda dengan sekolah lamanya. Hanya karena kesalahannya, Ralat! Bukan kesalahannya mel...