Jika di sana Winwin tengah bingung masalah tawaran Kun? Sama halnya dengan Jaemin saat ini.
"Kau kenapa heum?" Tanya Mark, kekasih Jaemin yang saat ini sedang menatap Jaemin. Seraya memberikan sebuah kaleng cola untuk Jaemin.
"Aku bingung harus mencari Eomma-ku kemana lagi." Ujar Jaemin, menatap lurus. Tangannya ter-ulur untuk mengambil cola itu. Membukanya lalu meminumnya.
"Kau tidak usah bingung Na. Tuhan mempunyai berbagai macam cara untuk menemukan-mu dengan Eomma-mu. Kau hanya perlu bersabar." Ujar Mark, memberikan pengertian kepada sang kekasih yang tengah bingung.
"Aku tau Oppa. Tapi mau sampai kapan? Renjun tidak akan berhenti melakukan sesuatu sampai ia bertemu dengan Eomma. Aku tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, terjadi kepada Renjun." Balas Jaemin.
"Kalau kalian belum bertemu dengan Eomma kalian sampai saat ini? Percayalah, Tuhan belum mengijinkan kalian untuk bertemu. Tuhan ingin kalian memecahkan masalah kalian masing-masing. Mengenai Renjun? Kau tenang saja. Ada Jeno yang menjaganya. Jeno tidak mungkin membiarkan hal buruk menimpa Renjun." Jelas Mark.
"Semoga saja. Aku tidak mau suatu yang buruk menimpa keluarga-ku." Gumam Jaemin.
"Cha. Sudahi acara berfikir-mu. Lebih baik kita pulang sekarang. Appa dan Eomma-ku ingin bertemu dengan-mu." Ujar Mark menggandeng tangan Jaemin untuk berdiri.
"Tuan dan Nyonya Lee ingin bertemu denganku? Ada apa?" Tanya Jaemin.
"Tidak ada apa-apa. Mereka hanya rindu makan malam dengan-mu. Jadi, lebih baik kita belanja sekarang untuk menemui orang tua-ku." Ujar Mark. Membereskan dan memasukkan barang Jaemin ke dalam tasnya.
Setelahnya, mereka berdua mulai pergi dari ruang kelas Jaemin.
---
Di lain sisi, saat ini Renjun sedang kelabakan mencari barangnya yang hilang.
Keringat dingin membasahi wajahnya ketika barang yang ia cari belum kunjung di temukan.
Renjun akhirnya memilih untuk keluar dari kamarnya.
"Siapa yang terakhir kali memasuki kamarku?!" Teriak Renjun yang mengundang seluruh atensi penghuni rumah.
Semua pelayan langsung menghentikan pekerjaan yang tengah ia lakukan dan segera menghampiri Renjun. Mereka semua berbaris rapih di hadapan Renjun. Di mulai dari kepala pelayan sampai pelayan biasa.
"Maaf Nona, ada apa?" Tanya sang pelayan dengan lembut.
"Siapa yang terakhir kali masuk ke dalam kamar-ku?" Tanya Renjun, menekan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Apakah kalian tuli?! Aku tanya sekali lagi! Siapa yang masuk ke dalam kamar-ku!" Teriak Renjun murka.
"Renjun hentikan! Kau tidak usah membuat keributan di sore hari!" Titah Yuta yang baru saja pulang dari kantornya.
Renjun melengos, tidak memperdulikan sang Appa. "Apa perlu aku memecat kalian semua agar kalian mengaku?!" Sentak Renjun yang sudah geram.
"Renjun! Tidak boleh seperti itu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau main bertindak sendiri?!" Sentak Yuta yang masih menahan emosinya.
"Kau tidak usah ikut campur! Kembali lah ke kamar-mu! Ini bukan urusan-mu!" Sentak Renjun yang sukses memancing amarah Yuta.
"Ceritakan masalahmu terlebih dahulu! Jangan mengambil keputusan sepihak! Dan ya! Kau tidak mempunyai hak untuk memecat seluruh karyawanku!" Peringat Yuta.
"Barangku hilang! Dan mereka tidak ada yang mengakunya! Apakah kau puas?!" Sentak Renjun, menatap nyalang Yuta.
"Barang-mu hilang? Tinggal beli saja yang baru. Apa yang hilang? aku akan menggantikan yang baru untuk-mu. Jadi, bisakah kau kembali ke kamar-mu dan tidak memulai keributan?" Ujar Yuta.
Renjun mendecih. "Membelikan yang baru? Apakah kau pikir barang pemberian Eomma-ku di jual pasaran?!" Sarkas Renjun menatap Yuta dengan tajam, lalu mengalihkan tatapannya, menatap sang pelayan yang sedang menunduk.
"Aku tanya sekali lagi kepada kalian! Siapa yang terakhir kali masuk ke kamarku?!" Teriak Renjun murka.
"Hentikan drama yang kau mainkan saat ini Nakamoto Renjun!" Sentak Yuna yang baru saja turun, menuruni anak tangga lalu menghampiri Renjun.
"Hanya karena barang rongsokan seperti itu, kau ingin memecat seluruh pekerja disini?" Ucap Yuna dengan tatapan mengejek.
"Manusia murah seperti dirimu mana tau barang yang berharga." Balas Renjun yang sukses membuat Yuna menggeram kesal.
"Jangankan barang, hidup dan diri-mu saja tidak ada yang berharga. Kau hanyalah sampah yang tidak ada harganya." Sarkas Renjun.
"Kau mencari barang-mu bukan? Aku sudah membuang-nya." Ujar Yuna dengan pongah-nya.
Renjun geram dan ingin sekali menampar Yuna. Namun tangannya langsung di tahan oleh Yuta.
"Jangan pernah kau layangkan tangan-mu itu ke Eomma-mu!" Peringat Yuta, menyentakkan tangan Renjun.
Renjun tertawa mendengar kalimat Yuta. "Eomma-ku? Siapa? Dia? Bagaimana bisa kau menganggap-nya sebagai Eomma-ku. Padahal aku lahir bukan dari rahim-nya. Serta bagaimana bisa kau mendeklerasikan dirinya sebagai Eomma, kalau dia saja tidak bisa mengandung seorang anak?" Sarkas Renjun.
"Walaupun aku tidak mengandung seorang anak? Aku tetap-lah Eomma-mu. Aku istri sah dari Appa-mu. Dan kau juga anak dari Appa-mu, suami yang aku nikahi. Jadi, aku ini adalah Eomma-mu!" Peringat Yuna.
"Kau memang istri dari lelaki bajingan yang aku sebut Appa. Tapi kau tidak berhak mendeklerasikan diri-mu sebagai Eomma-ku. Aku tidak sudi dan sangat mual mendengarnya. Eomma-ku hanyalah Dong Winwin yang mungkin saja saat ini sudah mengganti nama menjadi marga orang lain." Peringat Renjun.
"Nakamoto Renjun! Jaga ucapan-mu! Aku tidak pernah mengajari hal keji kepadamu begitu juga Eomma-mu!" Peringat Yuta bahwasanya Renjun sudah melebihi batas.
"Memangnya kau pernah mengajari-ku apa? Jangankan mengajari-ku, datang ke sekolah-ku untuk menghadiri acara penting saja, kau tidak datang!" Sarkas Renjun.
"Aku tidak mau tau! Kembalikan barang-ku yang kau ambil? Atau aku akan berbuat sesuatu yang akan merugikan kalian!" Peringat Renjun lalu pergi keluar dari rumah ini.
"Nakamoto Renjun! Mau kemana kau?!" Teriak Yuta yang tidak di hiraukan Renjun.
Renjun lebih memilih untuk keluar dari rumahnya. Bisa tambah emosi dia kalau memaksakan terus berada disana.
"Kau kenapa lagi?" Tanya Jeno saat ini yang sedang berada di dalam mobil.
"Biasa. Apakah di dalam rumahku banyak sekali setan? Kenapa setiap aku kesana pasti ada saja yang membuatku kesal dan marah. Sehingga aku tidak betah untuk berdiam diri disana." Dengus Renjun ketika dia sudah selesai membenarkan posisi duduknya.
"Appa-mu lagi?" Tebak Jeno. Ya siapa lagi yang berhasil memancing amarah Renjun kalau bukan Appa-nya atau tidak Eomma tirinya.
"Kali ini apalagi?" Tanya Jeno.
"Mainan yang di berikan Eomma-ku sewaktu aku kecil hilang. Aku sudah mencarinya kemana-mana, dan juga sudah bertanya kepada para maid. Tapi apa? Yuna yang membuang mainan-ku." Dengus Renjun.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAKAMOTO FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN, SUNGTARO
FanfictionINI CERITA KHUSUS NAKAMOTO FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER, NAKAMOTO YUTA, DONG SICHENG (WINWIN), HUANG RENJUN, DAN NA JA...