6. Can I?

726 54 0
                                    

Berita mengenai Anniversary 15 tahun anak perusahaan Nakamoto telah tersebar di media.

Banyak sekali orang penting yang akan datang ke acara itu. Mulai dari investor, pembisnis lainnya dan juga para selebritas yang menaruh saham-nya di perusahaan itu pun datang untuk acara Anniversary ini.

"Aku harap kau datang ke acara ini." Ujar Yuta, menatap Renjun yang saat ini tengah memakan makanannya.

Ya, saat ini keluarga Nakamoto tengah berkumpul di meja makan. Makan bersama yang menjadi rutinitas mereka.

Ah, sebenarnya sih tidak untuk Renjun. Renjun hanya bergabung, kalau dirinya benar-benar ingin merasakan masakan rumah. Selebihnya? Dia keseringan makan di rumah.

"Apa yang akan kau taruhkan, kalau aku datang ke acara sampah-mu itu?" Tanya Renjun yang kelewat santai.

"Kau ingin apa?" Tanya Yuta.

"Kalau aku sebut pun, kau tidak akan mengabulkannya." Dengus Renjun.

"Aku akan mengabulkannya, selagi permintaan-mu masuk akal." Ujar Yuta.

"Bagaimana kalau menaikkan saham-ku di perusahaan-mu?" Tawar Renjun.

"Kau gila?!" Bukan Yuta, melainkan Yuna.

"Kenapa? Toh, aku juga yang akan mewariskan perusahaan kalian. Kalian ingin mewariskan perusahaan itu ke siapa? Anak saja tidak punya." Ujar Renjun.

Jaemin langsung memegang tangan Renjun, guna menenangkan dirinya, ketika tau suasana-nya mulai tidak kondusif.

"Tetap saja tidak bisa! Kau ingin mewariskan perusahaan? Kau? Seorang yang banyak memiliki citra buruk, ingin mewarisi perusahaan? Bisa-bisa para investor dan juga petinggi saham, mencabut sahamnya apabila kau yang memimpin perusahaan." Balas Yuna.

"Kalau aku tidak bisa. Maka, kau harus menaikkan saham milik Jaemin. Dia yang akan menjadi penerus perusahaan kalian. Gampang bukan?" Balas Renjun.

"Atau, memang kau tidak mau mewariskan perusahaan milik-mu kepada kita? Kenapa? Kau takut kalau dirimu akan di usir dari sini, setelah Jaemin yang memiliki kuasa?" Ujar Renjun, menatap Yuna penuh seringai.

"Kalau kau sudah tau. Kenapa kau tidak pergi dari sini, sekarang? Agar aku tidak capek untuk menyusun rencana mengeluarkan-mu dari sini?" Sambung Renjun.

"Stop! Hentikan pembicaraan ini!" Ujar Yuta. Memisahkan pertikaian yang terjadi antara istri-nya dan juga anaknya.

"Oke. Kalau gitu aku pamit. Makan-ku sudah selesai. Selamat malam keluarga yang sangat bahagia." Pamit Renjun, lalu pergi dari ruang makan. Tidak memperdulikan panggilan Yuta.

"Maafkan atas kelakuan Renjun." Ujar Jaemin, menatap Yuta dan Yuna secara bergantian.

"Untung ada dirimu. Coba saja kalau sifat-mu menurun seperti Renjun." Dengus Yuna lalu mulai melanjutkan makan lagi.

"Appa tenang saja. Aku akan membujuk Renjun untuk datang." Ujar Jaemin.

"Appa percayakan kepadamu." Final Yuta, melanjutkan acara makannya.

---

Jika disana, keluarga Nakamoto sedang makan bersama? Sama hal-nya yang di lakukan keluarga Winwin saat ini.

Winwin juga tengah makan bersama sang anak, Shotaro.

"Bagaimana dengan sekolah-mu hari ini? Apakah menyenangkan?" Tanya Winwin, menatap anaknya yang tengah makan dengan lahap.

"Heum. Aku bertemu dengan orang yang telah menyelamatkan-ku lagi. Dia sangat baik Eomma." Ujar Shotaro yang sangat senang membahas Renjun.

"Benarkah? Siapa namanya?" Tanya Winwin yang sangat penasaran.

"Junjun." Ujar Shotaro yang mulai memanggil Renjun dengan panggilan Junjun. Sungguh, Renjun itu aslinya sangat menggemaskan.

Bahkan Shotaro mengira kalau Renjun itu lebih muda darinya. Ternyata dia salah, Renjun adalah kakak kelasnya.

"Junjun? Wuah, nama yang sangat menggemaskan."

"Bajja. Dia sangat menggemaskan Eomma. Nama serta wajahnya sangat tidak cocok untuk tingkahnya. Ia bertingkah sangat cool, apalagi kalau ada orang yang mengganggunya, ia tidak akan segan-segan melayangkan pukulan kepada orang itu." Sahut Shotaro.

"Dia juga memperingati-ku untuk hati-hati. Dia bilang, tidak semua orang di dunia ini baik. Ah aku sampai lupa kalau dia mempunyai teman atau adik, aku juga tidak tau. Tapi sepertinya adiknya juga sama baik dengannya. Namanya Nana, dia yang mengantarkanku ke kelas Eomma. Dia juga memperingatiku dan mengajakku ke kantin bersama." Ujar Shotaro.

"Eomma senang kalau kau di kelilingi orang-orang baik." Ujar Winwin dengan senyumannya.

"Aku berharap, Eomma juga di kelilingi orang-orang baik." Balas Shotaro, di sertai eye smile, yang menjadi ciri khasnya.

"Oh iya sayang. Sepertinya besok Eomma akan pulang telat." Ujar Winwin.

"Eoh, kenapa emangnya Eomma?" Tanya Shotaro.

"Besok akan ada perayaan ulang tahun yang di selenggarkan di hotel tempat Eomma bekerja. Eomma dipilih untuk menjadi pelayan yang mengurusi itu. Ah, bukan cuma Eomma saja, tapi banyak. Tapi, Eomma menjadi salah satunya. Jadi, kau tidak usah menunggu Eomma pulang, dan jangan tidur larut! Arraseo?" Ujar Winwin.

"Apakah aku tidak boleh ikut membantu Eomma?" Tanya Shotaro dengan aegyo andalannya. Namun, sepertinya tidak berhasil menembus pertahanan Winwin.

"Tidak bisa sayang. Kau fokus dengan sekolah-mu saja. Biar Eomma yang bekerja. Arraseo?" Titah Winwin, menolak permintaan Shotaro.

"Sama sekali tidak boleh bekerja? Padahal aku sangat ingin bekerja. Jadi pekerja part time saja tidak boleh Eomma?" Pinta Shotaro.

Sungguh, Shotaro tidak biasa apabila dirinya tidak bekerja. Dia tidak mau menambahkan beban Eomma-nya. Sudah terlalu banyak beban yang di tanggung Eomma-nya seorang diri.

Mulai dari melahirkan dirinya, sampai saat ini.

Sebenarnya dia juga tidak ingin bersekolah. Pasti akan menambah beban Eomma-nya kalau dirinya sekolah. Tapi Eomma-nya selalu memaksa, Eomma-nya ingin Shotaro sekolah dan menjadi anak sukses nantinya.

Padahal menurut Shotaro, sekolah dan belajar itu tidak mempengaruhi kesuksesan. Melainkan kerja keras.

Tapi Eomma-nya terus memaksa Shotaro untuk bersekolah. Jadi, mau tidak mau ia bersekolah. Untung saja Shotaro murid yang pintar, jadi Eommanya tidak sia-sia dalam menyekolahkan Shotaro.

"Tidak boleh sayang. Sudah saatnya kau fokus dengan sekolah-mu. Kau mendapatkan beasiswa bukan? Eomma tidak mau kau tidak fokus belajar karena bekerja, dan mempengaruhi nilai dan beasiswa-mu." Jelas Winwin, memberikan pengertian kepada sang anak.

"Baiklah jika Eomma tidak mengizinkannya. Tapi, jika Eomma sudah tidak kuat? Eomma tidak boleh memaksakannya, Arraseo? Kita bisa berbagi bersama. Aku tidak mau Eomma menanggung semuanya." Balas Shotaro.

Winwin tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Ia bersyukur mempunyai anak yang pengertian seperti Shotaro. Shotaro tidak meminta banyak hal kepada dirinya. Ia menjadi anak mandiri di usia yang harusnya masih meminta ke orang tuanya.

Shotaro juga tidak pernah menanyakan mengenai sang Appa.

Winwin tau sebenarnya Shotaro sangat membutuhkan figure sang Appa di sampingnya. Ia juga tau kalau anaknya sangat ingin tau mengenai Appa-nya. Tapi Shotaro tidak pernah berani untuk menanyakan hal itu kepada Winwin. Begitu juga sebaliknya, Winwin tidak berani untuk menjelaskan Yuta kepada Shotaro.

Ia takut Shotaro mencari sang Appa jika Winwin memberitahunya, dan Winwin takut kalau Yuta mengambil Shotaro. Setelah tau bahwa Shotaro anaknya.

NAKAMOTO FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN, SUNGTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang