2. What's Your Name?

1.3K 92 0
                                    

Waktu telah berlalu, siang telah berganti, dan Renjun masih tetap sama. Masih berada di dalam kamarnya karena sang Appa yang mengurungnya.

*cklek* suara pintu kamarnya terbuka.

"Kenapa lama sekali sih?" Sentak Renjun kepada Jaemin yang baru saja datang dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman, serta kotak p3k.

Jaemin tidak menanggapi Renjun. Ia lebih memilih untuk duduk di atas ranjang Renjun, tepat di samping Renjun.

Memberikan makanan kepada Renjun untuk Renjun makan. Lalu dirinya mulai membersihkan lebam yang ada di pipi kanan Renjun. Mengolesi krim ke pipinya.

"Appa menampar-mu lagi?" Pertanyaan retorik yang dilayangkan Jaemin kepada Renjun.

"Kau seperti tidak tau Appa-mu saja." Acuh Renjun, seakan sudah biasa mengalami ini.

"Bisa tidak kau berhenti terluka?" Pinta Jaemin, menatap Renjun dengan tatapan memohon.

"Tidak bisa sampai aku menemukan Eomma." Balas Renjun.

"Kita cari Eomma. Tapi gak gini Njun caranya. Apakah dengan cara kau memberontak, Appa akan mempertemukan dirimu dengan Eomma?" Ujar Jaemin, memberikan pengertian kepada Renjun.

"Dan apakah Appa akan mempertemukan kita kalau menurut kepadanya?" Tanya balik Renjun.

"Tentu saja. Kali saja dengan kita berdua nurut, Appa akan mempertemukan kita ke Eomma."

"Apakah Appa sudah mempertemukan dirimu dengan Eomma?" Tanya balik Renjun yang membuat Jaemin bungkam.

"Belum bukan? Kau selalu menuruti perkataannya. Tapi apa yang dia lakukan kepada-mu?" Sambung Renjun.

"Tapi Renjun--"

"Sudahlah Na. Aku tidak mau berdebat dengan-mu." Putus Renjun yang sudah selesai memakan makanannya, lalu beranjak dari tempat tidurnya.

Mengambil jaket miliknya dan juga sebuah kunci.

"Kau mau kemana?" Tanya Jaemin, menatap Renjun bingung.

"Kau tunggu sini seperti biasa oke? Aku akan keluar sebentar." Ujar Renjun yang mulai menyamar menjadi Jaemin.

"Yak Renjun--" omongan Jaemin terpotong karena Renjun yang sudah lebih dulu pergi, membawa nampan yang tadi ia bawa.

Jaemin mendengus kasar. "Mana ponsel-ku ada di kamar lagi." Gumam Jaemin.

*cklek* pintu kamar Renjun terbuka, membuat Jaemin langsung tiduran, menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Ini aku." Ucap Renjun lalu melemparkan ponsel milik Jaemin.

"Anyeong!" Pamit Renjun yang langsung pergi setelah memberikan ponsel Jaemin.

Jaemin bernafas lega. Ia kira yang datang itu Appa-nya.

Dilain sisi, Renjun terus mengendarai motornya yang ia taruh jauh dari rumahnya.

Iya! Dia membeli sebuah rumah dengan bagasi, tanpa sepengetahuan sang Appa. Jadi, dia menaruh semua kendaraannya, baik mobil ataupun motor, serta peralatan yang ia dapatkan atau beli di sana.

Saat ini dia berniat menuju apartemen milik Jeno. Dia ingin tidur di sana dulu.

Kenapa Jeno tidak ke rumah? Appanya melarang Jeno dan Renjun berhubungan.

Ya gimana mau di restuin kalau tingkah dan kelakuan Jeno itu sebelas dua belas sama kayak Renjun. Jadi ya gitu, Jeno dilarang untuk datang ke rumahnya.

Padahal Jeno itu termasuk dalam jajaran anak konglomerat. Keluarga Jeno udah terkenal dan sering di liput berita dan masuk ke dalam keluarga terkaya di Seoul.

Selain keluarga kaya, keluarga Jeno termasuk dalam keluarga yang penuh visual.

Ayahnya yang bernama Jung Jaehyun yang merupakan pengusaha yang memiliki bisnis di mana-mana, dan Ibunya yang merupakan Miss Universe yang memenangkan penghargaan tersebut.

Ditambah keempat anaknya, Jung Jeno yang merupakan anak pertama dari keluarga itu, yang mewariskan wajah sang Ayah. Jung Sungchan anak kedua mereka yang mengambil wajah Eomma-nya, merupakan atlet sepak bola. Anak ketiga mereka yang merupakan anak yang paling cantik, Jung Beomgyu, anak perempuan satu-satunya, yang mengambil wajah dari keduanya. Dan yang terakhir dan anak yang paling bungsu. Anak yang sangat mirip Eomma-nya.

*ckit* Renjun mengeremkan motornya secara tiba-tiba, ketika dia melihat seorang wanita yang tengah di goda oleh beberapa pria.

Renjun mendecih, ia segera menyetandarkan motornya, dan langsung menghampiri perempuan itu.

Tanpa tunggu lama, Renjun langsung memukul pria itu.

"Masih ada loh sampah tidak berguna seperti kalian." Maki Renjun, meninju rahang lelaki itu.

Setelah menyerang ketiga pria itu, Renjun langsung menarik perempuan itu menjauh.

"Cepat naik!" Titah Renjun ketika melihat pria itu mulai bangun dan membawa teman-temannya.

Perempuan itu pun langsung naik di belakang jok motor Renjun. Renjun langsung menjalankan motornya meninggalkan area itu.

Renjun menjalankan motor itu dan memberhentikannya tepat di depan gedung apartemen milik Jeno.

"Turunlah." Titah Renjun.

Perempuan itu pun turun. Renjun segera menarik perempuan itu untuk masuk ke dalam apartemen milik Jeno.

Masuk ke dalam lift dan memencet angka dimana Jeno tinggal.

Sampai di lantai tersebut, Renjun segera keluar dan berhenti di ruangan bernomor 23. Memasukkan sandi apartemen milik Jeno dan langsung masuk dengan perempuan itu, setelah berhasil membuka sandi.

"Loh, ngejual anak siapa lagi Njun?" Tanya Jeno ketika melihat Renjun yang masuk ke dalam apartemennya dengan membawa seorang gadis.

Renjun yang mendengar itu pun langsung melempar tisu yang ada di atas meja, ke Jeno. Dengan sigap Jeno langsung menangkap tisu itu.

"Jangan sembarangan ya!" Peringat Renjun.

"Duduklah. Kau mau minum apa?" Tanya Renjun.

"Apa saja asal tidak merepotkan-mu." Ujar perempuan itu.

Renjun mengangguk mengerti dan langsung pergi ke dapur, mengambil minuman.

Selagi Renjun di dapur, Jeno mendekati gadis itu. "Kau di apa kan oleh Renjun?" Selidik Jeno, menatap perempuan itu. Apakah ada luka atau tidak.

"Maksud-mu perempuan yang sedang mengambil minum-ku?" Tanya perempuan itu yang langsung di angguki kepala oleh Jeno.

"Iya. Renjun, kau di apa-kan sama Renjun? Dia menyakitimu bukan?" Tanya Jeno.

"Ah aniya. Dia menolongku." Ucap perempuan itu supaya Jeno tidak salah paham.

Jemo melebarkan matanya dan tertawa ketika mendengar perkataan perempuan itu. "Renjun menolong-mu?" Tanya Jeno tak percaya.

*plak* Renjun menoyor Jeno dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk membawa nampan yang berisikan 3 buah cangkir teh dan beberapa makanan.

"Jangan mengintrogasinya dan enyah-lah!" Usir Renjun.

"Ini apartemenku kalau kau lupa." Peringat Jeno yang di acuhkan Renjun.

"Minum-lah." Titah Renjun. Dengan ragu, perempuan itu mengambil serta meminum cangkir berisi teh.

"Nama-mu siapa?" Tanya Renjun yang baru sadar kalau dia tidak tau nama perempuan yang ia tolong.

"Ah aku Shotaro. Osaki Shotaro." Ujar Shotaro memperkenalkan diri.

"Ah iya Shotaro. Kau tinggal disini dulu ya? Besok pagi baru aku akan mengantarmu pulang. Tidak baik perempuan pulang malam-malam seperti ini." Ujar Renjun.

"Kau akan tidur bersama-ku di kamar milik Jeno." Sambung Renjun.

Jeno membelalak. "Yak! Terus aku mau tidur di mana?!" Tanya Jeno. Masalahnya di apartemennya hanya mempunyai satu kamar.

"Diruang tamu-lah! Memangnya mau di mana lagi?! Kajja Shotaro, kau ganti baju-mu dulu, pakai piyama milikku dulu." Ujar Renjun lalu membawa pegi Shotaro.

NAKAMOTO FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN, SUNGTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang