2. The Guard of Golden Forest

31 5 10
                                    

Quest 2 : Ceritakan all about tokoh utama dan jika ingin diberi gambar sebagai ilustrasi diperbolehkan.

***

Rambut abu yang bersinar diterpa cahaya matahari. Seperti hari-hari biasanya di dalam hutan. Silviu membawa panah dan busurnya, sesekali ingin menyantap daging kelinci yang lembut atau sekedar memakan ayam hutan. Sejak beberapa tahun yang lalu, pemuda itu sudah lama tidak menyantap daging-dagingan karena suatu hal.

Senyumnya cerah, merekah bagaikan bunga matahari di pagi hari. Tubuhnya yang tinggi dengan pundak yang kokoh seakan siap untuk dijadikan sandaran. Silviu berjalan pelan, tidak ingin terburu-buru kembali ke rumahnya, ingin menikmati terpaan angin dan sejuknya udara di dalam hutan. Lagi pula, lelaki itu tinggal sendirian di sana. Tugasnya mudah, hanya menjaga agar hutan ini tidak dirusak oleh tangan manusia.

Tugasnya semakin mudah karena beberapa tahun belakangan ini tidak ada yang ingin ke sana karena rumor tersebar bahwa setiap manusia yang menginjakkan kaki di hutan itu, tidak bisa selamat. Padahal, manusia-manusia ceroboh itu mati karena ulah mereka sendiri. Mereka memasang jebakan untuk memburu hewan, tetapi akhirnya mereka sendiri yang menjadi buruan hewan.

Silviu merespons cepat ketika mendengar suara lain di sekitarnya. Ia memposisikan busur dan panahnya dengan siap. Ketika mangsa mendekat, ia tinggal melepaskan panahnya untuk membidik tepat sasaran. Ah, lupa untuk memberi tahu kalau pemuda tersebut bisa melakukannya tanpa kekuatan elf, sebab terbiasa di tempat tak terduga seperti hutan membuatnya bisa memanah dari jarak jauh dengan tepat bahkan saat menutup mata. Untuk seukuran elf, mungkin bisa dibilang hanya dia yang sangat jarang mengeluarkan kekuatannya untuk hal kecil.

Bunyi panah terlepas, menerjang udara dengan kecepatan sekian per jam. Anak panah itu berakhir dengan bahagia sesuai perhitungan pemanahnya. Tepat mengenai leher seekor kelinci yang bertubuh cukup gemuk.

Setelah mendapatkan kelinci keinginannya, kemudian mencabut anak panah yang menancap itu. Silviu terdiam di tempat selama beberapa detik. Ia mengamati darah yang mengalir dari leher kelinci tersebut yang setetes demi setetes jatuh ke tanah. Ada yang hampir mengalir ke bajunya, tetapi sebelum itu terjadi dengan sigap dia mengusap darah tersebut.

Silviu tidak banyak berkata karena kalau dia berkata sendiri, bisa-bisa dicap gila oleh binatang yang melihatnya. Hilang sudah wibawanya sebagai penjaga hutan.

Lompat waktu ketika Silviu memakan kelinci. Ia memaksakan diri memakannya sebab rasanya hambar. Tentu saja, karena di tengah hutan tidak ada yang namanya garam, lada, dan merica. Apalagi Silviu terlalu malas berurusan dengan penyedap rasa seperti itu. Baginya, makanan hanya untuk mengembalikan energi, bukan dinikmati.

wga_academy
Nichole_A
Jumlah kata: 387

Golden ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang