tujuh belas

148 4 0
                                    

"Ini tehnya diminum dulu ya nak, tadi siapa namanya?"

"Kainan, tante."

Suasana benar-benar tidak dalam kondisi baik untuk Kayla. Di sini, di ruang tamu yang sudah berkumpul ada Kainan di hadapannya, Sarah duduk di sampingnya, Nina yang duduk bersebelahan dengan Zano. Tentunya kakak laki-lakinya itu tidak berhenti menatap tajam Kainan.

"Bajunya pas kan nak?" sejak tadi hanya Nina yang berani membuka suara dalam keheningan ini.

"Oh iya tante pas, maaf jadi ngerepotin."

"Engga dong, bagus kalo pas. Karena kalo bajunya engga diganti bisa sakit kamu."

Sebenarnya sejak tadi Sarah dan Zano bingung kepada Nina, kenapa sejak tadi terlihat ramah kepada Kainan. Karena sejak Sarah cerita tentang Kainan kepada Nina, ia kira mamah Kayla itu akan membenci Kainan yang telah membuat anaknya murung, tapi ternyata sebaliknya.

"Mau ngapain Lo?" akhirnya Zano membuka suara dengan nada dinginnya.

"Mampus..." batin Kayla.

Sejak tadi Kayla tidak berani bersuara, walaupun tidak suka dengan Zano yang begitu dingin, tanpa diketahui siapapun dirinya sangat takut juga kepada Zano jika marah atau ada hal yang ditutupi darinya.

"Kenalin gue Kainan."

Kainan mengulurkan tangannya kepada Zano. Sedikit lama Zano melihat tangan Kainan, dan akhirnya menjabat tangan Kainan.

"Zano." cepat-cepat Zano melepas tangannya. Terlihat sekali dari wajah dan perlakuan Zano yang sangat tidak menyukai Kainan.

"Mau ngapain?" tanya Zano lagi dengan nada yang masih sama dinginnya.

"Gue mau ketemu dan bicara sama Kayla."

Mendengar namanya disebut membuat Kayla semakin gugup. Kainan bukan siapa-siapanya, tapi kenapa gugupnya melebihi dari saat membawa pacar pertama kali ke rumah.

"Kay."

Tiba-tiba saja Kainan memanggilnya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sarah melihat kegugupan Kayla, langsung memegang tangan Kayla yang sudah sangat dingin.

"Yy-ya kk-kak?" Kayla kembali gagu dihadapan Kainan.

Zano merasa ada hal yang tidak beres, selama ini dirinya tidak pernah melihat Kayla segugup ini. Bahkan jika Kayla bersamanya, tidak ada ucapan yang terbata-bata, pasti Kayla selalu tegas saat berbicara.

"Lo ngapain Kayla? Jawab!" Tiba-tiba saja Zano langsung berbicara menyentak kepada Kainan.

Sontak Nina kaget, anak sulungnya terlihat begitu marah.

"Zano, masuk dulu yuk sama mamah. Biarin Kayla selesaiin urusannya."

"Gabisa mah, Zano harus tetep di sini."

"Zano, ayo." Ucap lembut Nina, membuat Zano tidak enak. Tetapi, satu sisi ia tidak mau adik perempuannya kenapa-kenapa dengan laki-laki yang baru dikenalnya 5 menit yang lalu.

"Sarah, ayo ikut masuk juga."

Sarah menatap Kayla, seperti meminta persetujuan dari gadis itu. Tapi Kayla tidak mau ditinggal sendirian.

"Mah...." lirih Kayla.

"Udah gapapa, mamah ga jauh."

Setelahnya Zano dengan berat hati meninggalkan mereka berdua, sebelum beranjak pergi tidak lepas matanya menatap tajam ke arah Kainan seolah berkata, "gausa macem-macem."

Diikuti dengan Sarah dan Nina yang berjalan menjauh dari Kainan dan Kayla. Bukan tanpa tujuan Nina melepas anak perempuannya dengan laki-laki yang tentu baru dikenalnya baru saja, tetapi ia juga ingin mengajarkan kepada Kayla untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika ada hal yang tidak bisa dilakukannya, baru boleh meminta bantuan.

K.A.Y.L.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang