dua puluh

37 3 0
                                    

Suasana hening menyelimuti Kainan dan Kayla yang saat ini sedang berada dalam mobil.

Kainan berhasil membuat Kayla tidak dapat memberontak dan berakhir pasrah atas kejadian yang dialami gadis itu.

Lampu sen kiri Kainan dinyalakan, ia berniat untuk menepi. Kini mereka berhenti tidak jauh dari danau buatan dekat sekolah mereka.

Sejak tadi memang belum ada pembicaraan apapun. Telepon Kayla yang berulangkali berdering karena Zano meneleponnya tidak diangkatnya, ia memilih untuk mematikannya.

"Kay, ayok turun." Ajak Kainan dengan nada biasa.

Kayla tidak menjawabnya dan langsung menuruti permintaan Kainan.

Kainan berjalan menuju kursi panjang yang samping kanannya terdapat sebuah pohon Ketapang dengan daun-daunnya tumbuh begitu lebat.

"Duduk." Nada Kainan berubah menjadi dingin.

Lagi-lagi Kayla hanya bisa menurut.

"Kenapa lo ga dateng waktu itu?" Tatapan Kainan lurus ke depan. Ia berbicara tanpa melihat wajah Kayla. Memanggil Kayla pun dengan sebutan 'lo' semakin terasa amarahnya tetapi, kadang Kainan tidak bisa ditebak apa bedanya ketika memanggil Kayla 'lo' atau 'kamu'. Jadilah tidak jarang Kayla takut ambil langkah bagaimana menanggapinya.

Kayla merasa gusar, ia merasakan jika Kainan marah dan pertanyaan tadi harus dijawabnya.

"Kay!" Kini Kainan menoleh dan menatap mata Kayla dengan tajam.

Yang ditatap semakin menundukkan kepalanya. Kayla merasa terintimidasi.

Kayla mencoba memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan dirinya. Dalam hati ia berharap tidak akan gagu menjawabnya.

Perasaannya mulai tenang, Kayla membuka matanya. Ternyata sejak tadi mata Kainan masih tidak lepas memandangnya dan dengan tatapan yang sama, amarah yang terlihat.

"Kak Kainan sebetulnya mau apa dari gue?" dikepalkannya kedua tangan Kayla erat-erat, menahan agar tidak gagu.

"Lo dengerin pertanyaan gue ga sih?!"

Kayla menelan ludahnya kasar. Hatinya gusar, harus menjelaskan dengan jujur atau tidak. Jika jujur, Renata tidak akan mengampuninya. Jika tidak jujur, Kainan akan terus mengganggunya.

"Gue dateng kak."

"Gue ga liat lo dateng."

"Aku dihadang kak Renata," Kayla memilih untuk jujur. Mulutnya langsung tertutup rapat setelah mengucapkannya.

Yang tadinya sinis, kini raut wajah Kainan seperti meminta kelanjutan penjelasan dari Kayla.

Kayla menghela napas lagi, matanya mulai berkaca-kaca, "aku gatau salahku dimana, capek kak aku jadi pusat perhatian gara-gara kak Kainan."

Detik berikutnya air mata Kayla turun. Kayla tidak tahu kenapa bisa menangis dihadapan Kainan. Yang ia rasakan sekarang hanya sesak yang sudah lama ia pendam dan hari ini  tidak bisa ditahannya. Mungkin selama ini ia merasa cuek, tertawa tetapi, di sisi lain ia berpikir keras memikirkan semua kejadian yang akhir-akhir ini dialaminya.

Perasaan yang tidak bisa didefinisikan ketika Kainan melihat gadis dihadapannya menangis. Ia pikir ia akan marah besar mendengar alasan kenapa Kayla hari itu tidak datang tetapi, sekarang semua itu runtuh begitu saja.

Tidak tahu apa yang ada dipikiran Kainan, ia menarik Kayla dipelukannya. Gadis itu sempat kaget dengan tindakan Kainan namun, yang ada di dalam dirinya hanya ingin menangis dan semakin Kainan merengkuh Kayla, semakin tersedu-sedu tangisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K.A.Y.L.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang