Principium

26.4K 1.1K 586
                                    

Suara tembakan peluru menggema di ruangan kumuh itu. Seorang wanita mengenakan pakaian serba hitam, tengah mengeksekusi tiga orang lelaki pengkhianat Bonten.

Kawaragi (Name)-- satu-satunya eksekutif wanita yang dimiliki Bonten. Sekaligus berperan sebagai jalang pemuas nafsu petinggi-petinggi Bonten.

Lelaki bersurai merah muda dengan bekas luka di sudut kedua bibirnya menyeringai senang.

Ini bukan pertama kalinya wanita itu membunuh orang. Sanzu lah yang mengajari (Name) agar menjadi liar dan tak terkendali.

Mikey berada tidak jauh dari sana tengah sibuk menghabiskan taiyaki-nya. Haitani bersaudara menyimak dari kejauhan.

Tatapan (Name) semakin dingin dan kosong ketika bersitatap dengan Sanzu. Noda cipratan darah membasahi wajah mulus (Name).

Sanzu mendekat. Menjilat noda darah yang mengotori wajah cantik itu. (Name) bergeming. Membiarkan Sanzu melakukan sesukanya.

"(Name)." Sanzu tertawa kecil lalu menjilat daun telinga (Name). Membisikkan sesuatu. "Nanti malam datang ke kamarku, ya."

"Sanzu-san, nanti malam jatah Kaku-chan asal kau ingat." (Name) memperingatkan. Dibuangnya pistol itu ke sembarang arah.

"Kita bisa threesome, (Name). Aku tidak masalah. Kakucho juga begitu."

"Iya, brengsek. Kalian memang tidak masalah. Tapi aku yang tersiksa." (Name) hanya bisa mengeluarkan unek-uneknya dalam hati.

(Name) tersenyum palsu. "Terserah kalian mau bagaimana." Wanita itu pun melangkah pergi.

Di mobil, Mochi menunggu (Name). Memerhatikan raut wajah (Name) yang tidak mengenakkan membuat Mochi ingin bertanya.

"Setiap bertemu Sanzu, kau selalu terlihat kesal. Kalian bermusuhan?"

Mochi fokus menyetir. Membawa mereka berdua kembali ke markas utama Bonten.

Mikey, Sanzu, dan Haitani bersaudara berada di mobil berbeda.

(Name) menggeleng pelan. Tidak mungkin dia bisa mengatakan isi pikirannya begitu saja.

"Tidak. Hanya saja tubuhku sedikit lengket karena noda darah."

Mochi mengangguk-angguk. Sesekali netranya mencuri pandang memerhatikan raut wajah (Name), yang kelelahan. Bibir ranum wanita itu terbuka seolah menggodanya.

Padahal (Name) tengah pusing memikirkan bagaimana cara menolak ajakan Sanzu.

Mochi mengerem mendadak. (Name) hampir terbentur di dashboard mobilnya. Untungnya dia dengan cepat menyadarinya.

Mobil itu berhenti di tengah jalan. Untungnya jalanan saat ini sedang lenggang.

"Mochi-san mphss--" (Name) membelalak ketika Mochi menciuminya dengan rakus.

Tangan Mochi bergerak meraba menyentuh titik sensitif di tubuh (Name). (Name) tidak bisa menolak. Wanita itu membalas ciuman Mochi.

Dengan terengah-engah, (Name) melepaskan diri dari Mochi. "Jangan di sini, Mochi-san." Pipi (Name) memerah.

Mochi memarkirkan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. (Name) membuka resleting celana panjang polos itu.

Milik Mochi sudah berdiri tegak. (Name) cepat-cepat memasukkan kejantanan perkasa itu ke dalam miliknya. Posisi woman on top, di dalam mobil.

"Mochi-san lakukan dengan cepat. " (Name) membuka kancing kemejanya menyembulkan buah dadanya yang ranum dan sintal.

(Name) menggigit bibir menahan rasa nikmat di bagian bawahnya, dan Mochi yang menghisap kuat payudaranya.

Bonten Slave (21+)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang