Takeomi tengah menyesap rokok sembari memandang keluar jendela. Merokok sudah menjadi bagian dari hidupnya. Terlalu candu akan nikmatnya nikotin.
Sinar matahari bersinar menerobos menembus tirai jendela yang terbuka lebar. Koridor mansion lantai tiga memang agak remang-remang, hanya terdapat sedikit pencahayaan dari lampu-lampu kecil yang berjejer jarang.
(Name) kebetulan mencari Takeomi. Menemukan lelaki dengan bekas goresan di sebelah matanya itu di tempat yang tepat. (Name) sudah hapal semua kebiasaan para petinggi Bonten.
Beberapa hari yang lalu saat di balkon, (Name) tanpa sengaja menolak permintaan Takeomi. Akibat kelelahan habis menghadapi Sanzu.
Meski sempat berciuman panas, tidak serta merta membuat (Name) menyetujui ajakan bercinta Takeomi.
(Name) mengatakan semuanya pada Takeomi. Tentang Sanzu yang memaksanya bercinta, ya walaupun dia juga menikmatinya, tapi (Name) benar-benar kewalahan dan kelelahan.
Takeomi menghela napas mengangguk mengerti, sembari mengelus surai hitam sebahu (Name). Tadinya, (Name) kira Takeomi akan memaksanya seperti Sanzu. Namun, reaksi yang diberikan justru sebaliknya.
Mikey memang nomor satu di hatinya. Takeomi mendapat urutan ketiga, sedangkan yang kedua pemilik luka di sebelah matanya. (Name) menyayangi Kokonoi, Haitani bersaudara, Mochi, kecuali Sanzu karena pemilik surai merah muda itu minus akhlak.
"Akashi-kun." (Name) memeluk Takeomi dari belakang. Sengaja mengagetkan sang lelaki.
Takeomi terperanjat sedikit kaget. Sebelum akhirnya menoleh menyunggingkan selarik senyum hangat. Buah dada besar (Name) menempel di punggungnya. Terasa hangat dan kenyal.
"Ada apa, (Name)?" Sebelah tangan Takeomi mengusap lembut punggung tangan (Name).
Takeomi mematikan rokoknya. Melempar ke tong sampah terdekat. Lalu fokus pada wanita yang memeluknya.
"Akashi-kun, mari bicara sebentar." (Name) melepas pelukannya. Tiba-tiba menarik lengan Takeomi.
Takeomi menurut. Mengikuti (Name) tanpa mengatakan apa pun. Keduanya memasuki kamar Takeomi. Langkah terhenti di dekat ranjang.
"(Name)?" Takeomi menatap (Name) bingung.
"Aku ingin bicara berdua denganmu di kamar." (Name) berjinjit mempertemukan benda kenyal miliknya.
Takeomi cukup menikmati nektar manis dari bibir (Name). Apa lagi ekspresi wajah (Name). Kelopak mata tertutup dengan bulu mata lentik, hidung mancung sempurna. Pipi selalu merona kemerahan. Padahal ini bukan kali pertamanya (Name) melakukan hubungan seks.
(Name) benar-benar berbeda dari yang lain. Bonten beruntung memiliki (Name) sebagai satu-satunya aset sekaligus pemuas nafsu mereka. Ya, begitu lah sudut pandang orang lain.
Bagi Takeomi, (Name) lebih dari sekedar pemuas hasratnya. (Name) terasa sangat candu, berbeda dari nikotin. (Name) ... satu-satunya wanita paling spesial dalam hidupnya.
"Bukannya kau habis melayani Mikey kemarin, hm?" Netra Takeomi pandangi sang puan yang mengatur napasnya perlahan. Benang saliva masih terjalin. Jemari panjang lelaki itu mengelusi pipi mulus (Name).
"Maaf, aku harusnya gak menolakmu. Aku di Bonten aku hanya ja--"
"(Name)." Takeomi berbisik memotong cepat perkataan (Name).
Raut sedih sekilas terpancar ketika (Name) hampir mengatakan kalimat itu lagi. (Name) paling dekat dengan Takeomi. Kadang dia sering berbagi pikiran dan lebih banyak menceritakan hal-hal random.
(Name) nyaman berada di dekat Takeomi. Dia seperti memiliki kakak laki-laki. Pembawaan tegas dan pemikiran Takeomi yang jauh lebih dewasa. Membuat (Name) menyimpan kekaguman tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonten Slave (21+)✔
Fanfiction[END] ╭─━━━━━━━━━━━━─╮ °•*⁀➷.ƖMƛƓƖƝЄ ƜӇЄƝ (ƝƛMЄ) ƁЄƇƠMЄƧ ƬӇЄ ƧЄҲ ƧԼƛƔЄ ƠƑ ƁƠƝƬЄƝ'Ƨ.✧*:・゚ ╰─━━━━━━━━━━━━─╯ ───────────────────── [ ¡! ƁƠƝƬЄƝ Ҳ ƑЄMƦЄƛƊЄƦ ¡! ] ───────────────────── Dɪsᴄʟᴀɪᴍᴇʀ﹕ Wᴀʀɴɪɴɢ﹗﹗﹗ ◈Mᴀᴛᴜʀᴇ/Exᴘʟɪᴄɪ...