Finis

3.5K 205 23
                                    

Bau amis anyir berasal dari kubangan darah. Ruangan bawah tanah nampak ramai dari biasanya. Beberapa orang telah mati tereksekusi, akibat ketidakbecusan menjaga satu-satunya eksekutif wanita di Bonten.

Netra itu semakin menggelap, saat darah tidak sengaja mengenai wajah pucatnya. Bahkan detik ini, Haitani bersaudara dan Takeomi belum menemukan keberadaan (Name). Mikey teramat murka hingga nyaris menghancurkan markas.

Andai saja waktu itu Mikey membawa (Name), pasti hal terduga seperti penculikan ini tak akan terjadi. Saat ini dia pasti akan bermanja-manja bersama (Name) di atas ranjang.

"(Name)ku yang malang, aku merindukanmu." Mikey memejamkan mata meresapi efek sabu yang mulai menjalar di tiap sarafnya.

Eksekusi telah berakhir, Sanzu membuang katana ke sembarang arah. Pikirannya di penuhi oleh (Name). Keberadaan wanita itu sangat memberikan efek besar terhadapnya.

"Aku menemukan (Name)." Koko baru saja datang memberikan kabar baik.

Lelaki bermata sipit itu memiliki banyak koneksi tersebar di mana-mana. Meski bukan hal mudah dan cukup banyak menghamburkan uang, dia tak masalah demi (Name).

"Di mana dia berada?" Sanzu bertanya tidak sabaran. Sementara Mikey masih mengumpulkan kesadarannya.

"Bukan di Jepang, dia berada di Filipina."

"Hubungi Haitani dan Takeomi suruh mereka kembali. Lalu segera siapkan jet pribadi. Kita harus menjemput (Name)." Setelah memberikan perintah, Mikey melangkahkan kaki keluar dari ruang bawah tanah.

Di dalam kamar (Name), Mikey memeluk selimut yang dipenuhi aroma khas wanita itu. Dia berjanji akan membunuh pelaku penculikan (Name)nya.

***

"Kau tidak seharusnya melepasku." Diusapnya tanda memerah bekas ikatan tali pada pergelangan tangan.

Tatapan dingin mengamati di luar jendela. Keramaian di luar sana menandakan tempat sekarang ini adalah ruko di salah satu pasar. Banyak kendaraan berlalu lalang. Berbagai macam penjual menjajakan dagangan. Anak-anak bermain penuh kegembiraan.

Pemandangan ini sudah berapa lama tidak dilihatnya. Bertahun-tahun berlalu tempat ini masih saja sama. Meski dunia sudah berputar jauh lebih modern.

"Jadi, kau lebih memilih terikat?" Naoto kelihatan sibuk mengurus sesuatu di depan laptop.

"Kenapa kau menculikku?" (Name) bersandar pada dinding. Sejenak bernostalgia menikmati suasana di luar sana.

"Akar dari permasalahan Bonten adalah dirimu."

Perkataan Naoto itu memang benar adanya. (Name) enggan menyangkal. Toh, anak kecil polos itu memang sudah cerdas dari dulu hingga tumbuh dewasa seperti sekarang.

"Aku sudah menyelamatkan Hinata, apa itu masih kurang?"

"Takemichi ingin menyelamatkan Mikey dari lembah hitam buatanmu."

(Name) tertawa getir penuh kekecewaan. "Ah, begitu. Harusnya aku tetap membunuh Hinata."

Naoto melemparkan tatapan tajam. Menyelamatkan Hinata bukan lah hal mudah dilakukan. Takemichi sampai berdarah-darah demi nyawa Hinata. Lantas wanita gila ini dengan mudahnya ingin membunuh kakak tersayangnya.

"Aku bercanda." (Name) tersenyum palsu. "Lagi pula cepat atau lambat mereka akan membunuhmu."

"Berhenti membahas tentang kematian." Entahlah pembahasan mengenai nyawa terdengar sangat sensitif di telinga. Naoto merasa tidak nyaman.

"Aku selalu menginginkannya, Izanaku."

"Kau tidak perlu khawatir, orang jahat sepertimu selalu berumur panjang." Itu bukan lah sekedar perkataan hiburan dari Naoto.

Bonten Slave (21+)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang