Jujur

3.8K 398 5
                                    

Haechan kini sedang membereskan barangnya di temani Mark.

"Chan, kira-kira Renjun ngasih kado gua ga ya?". Haechan menatap jengah sahabatnya ini, entah sejak jaman SMP Mark selalu buchin ke Renjun, padahal pria itu sama sekali tak perduli.

"Entah, oh iya gua dengar Jaemin nyium cewek?". Mark menganggu.

"Gila gede juga nyali Jaemin". Haechan tertawa, ia jadi teriangat saat kedua sahabatnya itu bertengkar. Jeno benar-benar sangat seram jika sudah marah. Bahkn Haechan, Renjun, Mark dan Lia sampe tak bisa membantu Jaemin saat itu.

"Tauruhan, Jeno pasti nyium Jaemin sekarang".

"Gila lo ya, kata gua ga si, masa Jeno suka jaemin?".

"Ya lo pikir ge masa dia suka lo". Haechan tertunduk, dulu ia pernah maruh rasa dengan sosok pria itu, hingga waktu awal mereka masuk smp Jeno memperkenalkan Jaemin, saat itu ia merasa kesal. Hingga ia menyadari bahwa Jeno lebih memilih Jaemin dari Padanya.

Jeno sedang menunggu Jaemin saat itu, mereka akan pulang bersama. Tapi tiba-tiba Haechan menelepon dirinya untuk minta di jemput, biasanya Jeno akan mengiyakan tapi pria itu malah meminta maaf karna Jaemin belum kelihatan.

Dari situ Haechan tau bahwa ia harus menyerah. Pria berkulit tan itu memiliki hati yang lembut, walau kadang ia dan Renjun sering bertengkar dan berbicara kasar. Percayalah sosok seperti itu malah memiliki hati yang lebih rapuh.

Kembali ke masa kini, Mark dan Haechan sudah membereskan barang-barang Haechan, Haechan tinggal sendiri dia sebenarnya anak yatim piatu yang beruntung di adopsi oleh keluarga kaya, hingga keluarga itu memiliki anak sendiri hingga Haechan harus pergi, walau uang terus mengalir.

"Lo ga ada niatan buat ngadain kosan apa? Rumah lu gede banget tapi sendirian".

Haechan menatap Mark dan ternyata renyah.

"Tadinya mau gitu, tapi si tuan ga suka".

"Lo masih nyebut dia tuan?". Benar, Haechan selalu bercerita tentang keluarganya hanya kepada Mark.

"Hmm".

"Lo tuh ya". Mark membatu kembali memasukan baju ke dalam lemari.

"Lo pulang ajah gi sono atau ngebuchinin Renjun elah, risih gua nih".

"Ga emang itu yang gua mau". Mark menatap Haechan, sedangkan Pria itu memutar bola matanya malas.

----

Keduanya kini tengah menonton film horro kesukaan mereka berdua, sekedar info Haechan dan mark seperti Jaemin dan Jeno, mereka sudah mengenal dari lama, ya walaupun tidak dari zigot seperti Jeno dan Jaemin.

Mark dan Haechan sudah mengenal dari awal mereka masuk sekolah dasar, waktu dulu Mark sangat membenci Haechan sampai rasanya ia ingin pindah sekolah, tapi setelah mengetahui semuanya pria itu jadi selalu mengintili Haechan bahkan sampai SMP dan SMA pun Mark bareng.

"Sampe kapan lo ada di rumah gua si elah". Haechan sudah males setengah budeg dengan Mark yang sedari tadi di rumahnya, ia benar-benar takut memiliki rasa kembali.

"Sabar napa Chan, nunggu Renjun bales Chat nih, biar sekalian malming". Nah itu yang buat Haechan malas, diotaknya hanya Renjun Renjun Renjun.

"Terserah deh gua mau tidur, kalo udah tutup pintu". Haechan lebih memilih kembali kekamarnya dari pada ia terus-terusan bersama Mark tidak baik untuk jantung.

---

Di sisi lain Jaemin tengah mengendap-ngendap ia sangat takut jika bertemu Jeno, sebelum pulang Jaemin sudah menghubungi Renjun dan pria itu bilang bahwa Jeno sudah pulang dari jam 16.00, dan dirinya pulang jam 21.00 sengaja memang.

Jeno kebo kalo abis pelajaran MTK dan ia sudah tau setiap sabtu pelajaran mtk dan biologi + sastra ing semua matkul yang jeno benci di IPS. Ah engga semuanya ia benci kecuali penjas.

Jaemin tenang saat lampu kamar mati tanda Jeno sudah tidur saat Jaemin ingin mengambil baju lampu menyala dan disana ia melihat Jeno sedang menatapnya dengan sinis.

Situasi apa ini? Pikir Jaemin, pria itu hanya tersenyum bodoh. Jeno berdiri mendekat.

"Balikin ciuman gua". Tegas Jeno,

"C-c-ciuman apa?". Tanyanya.

"Ya ciuman gu waktu di sofa".

"Bukannya itu kesalahan?". Jeno mendekat, entang mengapa Jaemin tak berani melawan dirinya bagaikan anak perawan yang sedang melindungi diri dengan tas di pelukannya.

"Na, lo tuh bego atau gimana si?" Geram Jeno frustasi, 18 tahun temenan bagaimana mungkin Jaemin tak paham.

"Apa si Jen, gua bego apa? Prasaan nilai gua bagus ah ga kek lo". Jeno gemas sendiri, boleh tidak dirinya membuang sahabatnya ini? Oh tentu tidak ia tak bisa membuangnya.

"Kita udah berapa lama temenan?".

"Kok tiba-tiba nanya gitu? Lo bosen?".

"Jawan Na Jaemin".

"18"

"Lo ga ngerasa gua aneh?".

Jaemin menatap Jeno lalu menggeleng "Lo emang anah". Jawabnya.

"Na Jaemin gua serius".

"Gua juga serius Lee Jeno dan berhenti manggil nama lengkap gua". Jeno mengangguk Jaemin memang pintar dalam pelajaran tapi Jaemin benar-benar bodoh dalam perasaan.

"Oke gua bakal to the point". Jaemin mengangguk.

"Lo kenapa nyium Ryujin".

"Aaa itu penasaran". Jeno menatap Jaemin anah.

"Maksud lo?".

"Ya k-karna aneh ajah". Jeno terus memerhatikan Jaemin membuat pria itu salah tingkah. Tunggu Na Jaemin sadar lo ini kenapa? Dia Jeno temen ga ada ahlak lo. Sadar Jaemin sadar.

Jaemin lebih milih pergi tanpa niat membalas tapi Jeno menahannya dan

Cup.

Bibir Jeno kembali mendarat sempurna bahkan pria itu sengaja menggigit bibir Jaemin agar lidahnya menerobos masuk.

---

Ih kok Haechan tau ya Jeno bakal nyium Jaemin?

Yeee aku up.

Maaf ya kalo typo2 :) aku ingatkan aku orangnya males revisi :"v

Dan jangan lupa tinggakan jejak cinta kalian

Friend Or Boy friends [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang