Time.

3.4K 298 32
                                    

Renjun dan Mark sedang berada di salah satu time Zone.

"Gila mark lo anak basket bukannya? Kok main basket sama gua kalah mulu". Mark sengaja sebanarnya, agar Renjun menang.

"Gatau nih, lo kenapa ga ikut basket ajah?". Benar dirinya dan Renjun sudah 3 tahun saling mengenal, dan Renjun sangat benci olahraga, bahkan dirinya tak pernah ikut olahraga kecuali jika ujian, tapi entah mengapa guru-guru tak mempernasalahkan itu.

"Lo kan tau gua males banget sama olahraga". Jawabnya, Renjun menyenderkan badannya di ring basket time zone, sambil menatap Mark, Renjun sebenarnya juga menyukai Mark. Bibirnya tersenyum simpul jika mengingat orang tuanya. Mark yang menyadari raut wajah sedin Renjun menatap sohibnya ini.

"Lo kenapa?". Renjun menatap Mark lalu menggeleng. "Mau makan sushi?". Tanya Renjun.

Tunggu Renjun yang mengajaknya duluan adalah sebuah ke ajaiban. Bagaikan kode Mark mengangguk.

--

Kini kedua tengah memakan Sushi di tempat fovorite Renjun.

"Biasa gua makan disini sendirian". Mark menatap Renjun, lalu menggenggam tangannya.

"Lo bisa ajak gua". Jawabnya, Renjun tersenyum, lalu melepaskan genggaman tangan Mark.

"Hmm ajak Jeno, Lia sama si anak dakjal". Mark mengangguk, Mark memerhatikan Renjun, ia sudah lama mengenal Renjun. Tapi tak ada satupun orang yang tau asal usulnya. Renjun menutupinya dengan baik.

Mark dan yang lain juga enggan menanya karna privasi, bagaimanapun mereka tau batas.

"Nanti mau ketaman". Renjun menatap Mark, hatinya bertanya-tanya haruskan ia jujur, agar Mark tak selalu berharap padanya.  Renjun menarik nafas dan menatap Mark.

"Gua bakal keluar negri". Bagaikan bom yang jatuh tepat di jantungnya. Mark diam, ia masih berusaha menyaring ucapan Renjun.

"Mark, gua ga akan lama disini, gua bakal pergi ngelanjutin kuliah di luar negri".

---

Karina sedari tadi sudah muak dengan ibu Lia dan ayahnya, semenjak Lia datang dirinya bagaikan  bayangan sama sekali tak di anggap.

"Nah karna semua sudah kumpul mamah bakal kasih tau kalian". Lia mentap binar mamahnya.

"Apa mah".

"Karina kamu akan kuliah di amerika". Karina menatap tak percaya wanita di hadapannya apa-apaan dengan ibunya ini.

"Maksud ibu gimana?". Tanya Karina.

"Karina kamu bakal keluar negri ikut mamah mu, dan Lia akan disini bareng ibu". Karina menatap ayahnya tapi pria itu hanya menunduk. Karina tertawa hambar.

"jadi kalian ngebuang mamahku dan aku?". Tanya karina.

"Ga ngebuang sayang, ibu hanya pingin yang terbaik untuk kita semua,-"

"Dengan aku dan mamahku pergi IYA!". Sela Karina, entang ia sudah sangat kesal.

"AYAH AYAH JAWAB, AYAH NGEBUANG AKU SAMA MAMAH? JAWABBBBB". karina memukul-mukul ayahnya, dan pria paruh baya itu masih tetap diam.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa". Karina menjambak rambutnya sendiri, Karina lebih memilih keluar dari rumah dan menemui mamahnya. Yuna yang melihat itu mencoba menahan karina tapi  nihil.

---

Jeno memegang lengan Jaemin membuat pria itu risih, motor yang dibawanya mogok mau tak mau mereka menunggu sambil menikmati malamnya jakarta.

"Jen jangan pegangan mulu bisa? Banyak yang liatin tau" Jaemin menatap Jeno, pasalnya ini di indonesia masih banyak orang yang aneh dengan pasangan sesama Jenis. Jeno menatap Jaemin.

"Jangan di peduliin Na, anggap ajah angin lalu". Jaemim hanya mengangguk dan membiarkan Jeno memegang tangannya.

"Jen lu pernah nyangka ga si, kita bakal pacaran kaya gini". Jeno menatap Jaemin dan menyuruhnya duduk di salah satu bangku agar mereka berbicara dengan bebas dan nyaman.

"Kenapa?".

Jaemin menyenderkan bahunya di Jeno saat pria itu berbicara lembut, sejujurnya Jeno tak pernah berbicara kasar, dirinya kalo marah akan menjadi pendiam.

"Ya aneh ajah, kita temenan dari zigot, bahkan orang tua kita sudah saling kenal dari jaman SMP,   masih ga nyangka". Jeno tersenyum, benar dirinya pun tak nyangka bakal menyatakan cinta dan Jaemin mau-mau sajah, apa saat itu Jeno memaksanya? Prasaan engga ah.

"Na sebagai hari jadian kita, apa kita rayain ajah? Trus kasih tau temen-temen". Jaemin menggelang cepat, ia tak ingin di kucilkan seperti yang ia baca di buku-buku. Jaemin juga masih mau hidup normal.

"Jangan Jen, gua belum siap". Jeno mengangguk ia harus menghargai keputusan pasangannya bukan?.

"Pokoknya kita kek biasa ajah, okay". Jeno mengangguk lalu mencium kening Jaemin, membuat pria itu tersenyum.

.

Kalian mau disini karinanya baik atau jahat?  😳😳

Atau nanti Lia yang jahat?

Atau Yuna?

Atau Haechan?

Atau mau pake yg lain???

Pengen ada adegan jahat2nya ih sebelun ending :( yuk komen kalo ga nanti aku yg nentuin sendiri :v

Kalo aku pengennya haechan wkwk, kek gemez gitu ga si liat nana haechan berantem wkwkwkwk.

Tapi tetep kalian adalah bosque :*

Seeu maaf ya hari ini up satu dan dikit bngt adegan nomin, soalnya aku lagi ngerangkai alur. Beneran deh beberapa chapter lagi tamat,  paling 10/ 12an gitu wkwk. Masih banyak ya :"v aku pengen tamatin ini :)

See u gaesss. Buruan komen yaaa pemeran antagonis nya siapa :") sebelum aku yg buat sendiri nanti kalian marah kek "Ihh jangan pake karakter ini ah blalalla" gituuu :(.

*seperti bisa kalo ada typo maap ya*

Friend Or Boy friends [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang