01. Keputusan

38.3K 576 6
                                    

"Ty, gue bisa pinjem duit lo gak?"

"Berapa?"

"Eumm... Sepuluh juta."

Risty yang sedang sibuk menyetrika baju kontan langsung menoleh sepenuhnya ke belakang sambil melotot setelah mendengar penuturan Lira.

"Heh gila lo sepuluh juta! Sama aja kayak gue ngasih duit kiriman ortu selama lima bulan ke elo dong jadinya. Mana ada sekarang gue duit sebanyak itu?!" cecar Risty.

Iya sih, sepuluh juta itu tidak sedikit dan tergolong banyak, apalagi Risty juga cuma anak kos-kosan sama sepertinya yang setiap akhir bulan selalu seret uang. Lira cemberut sedih. Kemana lagi dia akan mencari pinjaman uang sebanyak itu. Memanfaatkan uang beasiswa dari kampus, sisa uang kiriman orang tua, ditambah tabungannya tidak akan cukup, selain itu jika minta kedua orang tuanya di kampung halaman pun tidak mungkin karena ketiga adiknya baru saja membayar uang sekolah, mana bisa Lira tega menambah beban kepada mereka lagi. Kedua orang tuanya pun juga bukan orang kaya raya yang akan memberikannya uang dengan mudah. Dan di sini, di kota perantauannya untuk kuliah, hanya Risty lah teman sekamarnya di kos-kosan sekaligus satu-satunya yang paling dekat dan selalu bisa Lira andalkan.

"Emang buat apaan sih duit sepuluh juta? Mendadak dan tumben-tumbenan banget Lo."

Dengan ragu, Lira akhirnya mulai bercerita.

"Gue kalah taruhan sama Diandra."

"Si selebgram itu?"

Lira mengangguk.

"Kok bisa? Lo taruhan apaan emang sama dia?"

"Dia ngajak gue taruhan siapa yang berhasil ngajakin Arka kencan di malam minggu, harus ngasih duit sepuluh juta ke si pemenang. Waktu itu gue dengan percaya diri mikir pasti gue yang bakalan menang, jadi gue iya-in aja, secara gue sama Arka 'kan bestie-an, dia pasti lebih milih gue daripada si Diandra. Eh tapi ternyata gue salah, Arka malah lebih milih tuh selebgram dibanding gue, huwaaaaa emang penghianat tuh Arka kampret!"

Bukannya merasa kasihan, Risty malah ngakak. "Hahaha namanya juga cowok, dimana-mana pasti lebih milih yang lebih cantik, seksi dan montoklah daripada yang tepos dan b aja macem lo."

"Anjir lo! Bukannya ngasih saran malah tambah bikin orang jadi down. Gimana nih, Diandra udah nagih-nagih ke gue lagi. Katanya kalo dalam seminggu gue gak ngasih duit ke dia, dia bakal laporin gue ke polisi."

"Ck, takut banget lo. Santai aja kali, ancemannya gak bakal berarti karena gak ada bukti tertulis." kata Risty tenang yang memang merupakan anak jurusan hukum.

"Apaan! Sebelumnya gue sama dia udah buat kesepakatan di atas kertas, ada tanda tangan kita berdua, plus udah di materai juga."

"Mampus. Kalo itu mah emang bisa di bawa ke jalur hukum!"

Lira berjongkok di pojokan tembok. Rasanya dia ingin menangis saja sekarang. Membayangkan kalau Diandra nanti benar-benar akan melaporkannya ke polisi karena Lira tidak mampu memberikannya uang taruhan, membuat Lira jadi gegana alias gelisah, galau, merana.

Lira juga merasa sangat menyesal karena yang mengajukan ide agar mereka membuat surat kesepakatan itu adalah dirinya. Lira sudah terlalu percaya diri bahwa dirinyalah pastinya yang akan menang, jadi Lira membuat surat kesepakatan itu agar Diandra tidak bisa curang jika dirinya kalah. Tapi nyatanya, malah Lira sendiri lah yang kalah. Jadi ini yang di sebut senjata makan tuan?

"Ngelonte aja deh lo kalo gitu, semalem cuma modal ngangkang doang bisa langsung dapet duit." saran Risty santai.

Lira mendelik. "Gila lo! Ngasih saran yang bener aja dong. Sesat amat."

"Ya gimana, cuma itu satu-satunya cara buat lo biar gampang dapetin duit."

"Gak mau anjir, gila aja! Masa cuma demi sepuluh juta buat orang lain gue relain keperawanan gue yang berharga ini. Big no!"

"Aduh jaman sekarang masih mikir keperawanan aja lo say. Kuno banget." ejek Risty.

Lira merenung. Beginilah kehidupan di kota besar, dimana banyak orang-orang yang menganggap keperawanan itu suatu hal yang remeh. Bahkan berhubungan seksual dengan pasangan yang belum sah secara hukum dan agama sudah merupakan hal biasa. Tapi Lira berbeda, dia adalah tipe gadis yang masih menjunjung tinggi norma-norma. Oke katakanlah kalau Lira adalah gadis yang kuno. Karena memang benar, sebab ajaran yang dibawanya dari kampung halaman masih ia pegang teguh saat ini, meskipun orang-orang disekelilingnya memiliki mindset yang terbalik dan tidak sama dengannya.

"Gimana, mau gak? Gue ada temen nih yang punya kenalan Mami. Lagian lo mau dapet duit sepuluh juta dalam waktu singkat darimana? Ngepet? Piara tuyul? Atau pesugihan? Ya gak masalah sih asal lo bisa cari tumbal, tapi jangan gue ya tumbalnya!"

Lira berdecak. Mana mau dia berhubungan dengan hal-hal ghoib macam itu. Dia ini tipe penakut, mendengar suara blubuk-blubuk dari air galon saat tengah malam saja Lira kadang masih merasa takut.

Mau kerja serabutan pun pasti tidak ada yang akan menggajinya sampai sepuluh juta dalam waktu seminggu. Benar apa kata Risty, kecuali kalau Lira mau menjual diri, sepuluh juta dalam semalam pasti bisa langsung di dapat.

Lira menatap Risty lekat. Apakah ini akan menjadi keputusan yang tepat? Pasalnya Lira sudah merasa bingung dan buntu mau bagaimana lagi harus berbuat.

Akhirnya setelah beberapa saat bergumul dengan batinnya, Lira pun memutuskan sesuatu yang mungkin akan ia langgar.

"Yah, Bun, Tuhan, maafin Lira ya, soalnya Lira lagi kepepet ini. Lira lebih milih jual keperawanan daripada harus masuk sel tahanan." batin Lira sambil merapalkan doa permohonan maaf kepada kedua orang tua dan Tuhannya atas keputusan yang sudah ia ambil.

Slept With A Friend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang