12. Hai

10K 400 3
                                    

Yuk bisa yuk vote dan komennya di banjirin, biar daku makin semaNGAT nulisnya. Ehe.

HAPPY READING! Luvya guys♡⁠˖⁠꒰⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠⑅⁠꒱

***

"Ntar malem free gak? Nongkrong yuk." Ajak Arka setelah mata kuliah terakhir di siang hari selesai.

"Gak bisa. Gue ada shift." balas Lira.

"Hah shift? shift apaan? Jaga ronda?"

"Enggaklah Udin! Lo pikir gue satpam komplek?! Gue kerja, udah tiga harian ini gue keterima jadi karyawan di toko sepatu. Dan gue kebagian shift sore sampai malem. Jadi mon maap banyak-banyak ya tuan Arkano Ellard Benedict, kayaknya gue bakal susah kalo di ajakin nongki lagi."

"Seriusan Lo?"

"Ya iyalah, ngapain gue boong."

Arka terkekeh sumbang. "Astaga, Ra. Emang kurang cukup ya kerjaan Lo jadi tukang joki tugas? Pake segala nambah kerja di toko sepatu lagi. Lagian Lo juga masih ikut full SKS, apa gak bakal keteteran tuh?"

Lira tersenyum lalu menepuk-nepuk pundak Arka. "Tenang aja, gue bakal bisa ngebagi waktu antara kuliah sama kerja. Lagian semester ini cuma dua mata kuliah 'kan yang ada di jam sore sama malem? Nah, di waktu itu gue minta tolong sama elo nitip absen ya hehehe."

Arka berdecak. Merasa sedikit janggal dengan Lira yang tiba-tiba memutuskan untuk bekerja dan menelantarkan pendidikannya. Sebab Arka tau, Lira ini sebenarnya tipe mahasiswi yang lumayan ambisius, selain karena sifatnya yang memang begitu, alasan lainnya Lira juga ingin mempertahankan nilai IPK-nya supaya tidak turun dan beasiswanya tidak tercabut.

"Lo lagi nggak ada masalah tentang keuangan di keluarga Lo 'kan, Ra?"

"Ha? Enggak lah. Tenang aja, gue murni karena pengen nambah uang jajan sama nambah pengalaman kerja kok."

"Ini nggak ada kaitannya sama adek Lo yang kecelakaan itu 'kan? Lo kalau semisal butuh bantuan atau apa, ada gue, Ra. Gue bakal siap bantu Lo."

Lira berdecak. "Enggak, Ka. Astaga... Udah gue bilang kalau gue kerja itu murni karena pengen nambah pengalaman kerja sama nambah uang jajan biar gak Lo traktir mulu! Mentang-mentang banyak duit, nraktir orang sembarangan!" ucap Lira meniru logat iklan salah satu permen susu di televisi. "Sekali-kali kek gue yang traktir, biar gue nggak ngerasa kalau punya utang segunung sama Lo." lanjutnya.

"Yaelah, Ra. Gue nggak pernah mempermasalahin itu. Perasaan Lo juga seneng-seneng aja tiap kali gue traktir."

"Yaa emang sih. Tapi gue nggak mau terus-terusan, ntar bisa bakal jadi kebiasaan buruk."

Arka menghembuskan napas lalu akhirnya mengangguk. "Yaudah iya deh iya, tapi kalau misal ada masalah apa-apa bilang ke gue, ya!" tambahnya.

"Iya-iya gampang. Yaudah deh, kalau nggak ada yang mau di omongin lagi, kita akhiri sesi pembicaraan kali ini, gue balik dulu. Mau istirahat, tidur, biar ntar sore sampai malem waktu kerja jadi fresh. Bye!"

Setelah percakapan selesai, Lira pun keluar kelas dan meninggalkan Arka terlebih dulu. Lira memang tidak menceritakan permasalahannya kepada Arka. Takutnya nanti jika Arka tau, cowok itu pasti akan berusaha ikut campur masuk ke dalam permasalahannya. Dan Lira tidak mau hal itu terjadi. Sudah cukup banyak Arka membantunya selama ini. Lira tidak mau terlalu banyak berhutang budi.

***

Sudah tiga hari Lira bekerja. Selama itu, Lira merasa pekerjaannya lumayan enteng karena pengunjung toko tidak terlalu banyak. Biasanya dari masuknya Lira mulai bekerja di jam tiga sore sampai jam sembilan malam, hanya ada lima atau delapan pengunjung saja yang datang. Mungkin karena ini bukan saat hari besar perayaan atau tahun ajaran baru anak sekolah. Jadi toko tidak ramai.

Slept With A Friend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang