06. Penasaran Yang Terkuak

17.4K 517 6
                                    

Bara tidak bisa fokus, hampir setengah jam yang lalu di meja kerjanya ia terus senyum-senyum sendiri tanpa ada hal kasat mata yang terlihat menjadi penyebabnya. Sudah pasti, siapa saja yang melihat tingkah Bara saat ini mestinya akan merasa terheran-heran atau bahkan mungkin ... Terpana?

Bagaimana tidak, seorang Bara Hensen Benedict, pria tampan nan matang campuran Jawa Australia berusia 36 tahun yang sudah berhasil memegang jabatan sebagai CEO sekaligus presiden direktur di perusahaan turun temurun dalam bidang industri pangan yang didirikan oleh Kakeknya sejak berpuluh-puluh tahun lalu tersebut amat jarang sekali bertingkah seperti saat ini, dalam tanda kutip di lingkungan kerja.

Dikenal oleh para karyawan sebagai pribadi yang tegas dan dingin, Bara memang amat sangat jarang menunjukkan seutas lengkungan pada bibirnya, kecuali jika kepada para petinggi maupun investor, disitulah masih bisa dilihat Bara kerap melemparkan senyum, senyum bisnis lebih tepatnya.

Lalu alasan apa yang menjadi landasan penyebab Bara bisa bertingkah aneh seperti sekarang ini?

Bara mengelus dagu yang ia topang. Pikirannya melayang. Semalam .... merupakan pengalaman sex yang sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Namun bukan sex hebat yang mendebarkan hingga membuat Bara menjadi liar tak terkendali dan seakan lupa akan dunia, yah mungkin kalau bagian tak terkendali itu memang benar, karena bayangkan, Bara sudah tidak berhubungan seksual dengan wanita hampir dua tahun! Jadi saat pertama kali Bara kembali pada aktivitas rutinnya dengan wanita, meskipun lawannya tidak berpengalaman sama sekali bahkan terkesan pasif, Bara tetap jadi beringas.

Tapi semalam perempuan itu mampu menghibur dan memberi hal baru bagi Bara. Bagaimana tidak? Saat kebanyakan wanita lain yang tidur dengannya akan mengeluarkan ocehan provokatif bersifat binal disertai desahan keras dan ekspresi menggoda untuk meningkatkan hasrat Bara. Lain halnya dengan perempuan semalam yang malah mengoceh tidak jelas dan sesekali curhat saat Bara tengah asyik menikmati tubuhnya.

"Ahhhh Om pelan-pelan, sakit, rasanya kek mo meninggoy!"

"Asal Om tau ya, cari duit tuh lebih susah daripada masukin burungnya situ ke anu sayah, awh!"

"Jangan gitu Om posisinya hhh, saya nggak mau. Saya berasa jadi kayak kucing saya di kampung waktu kawin."

"Setelah gini saya gak bakal berubah jadi siluman kucing 'kan, Om?"

"HAHAHAHA." pecah sudah tawa Bara akhirnya didalam ruangan kerja miliknya.

Sungguh, hanya pelacur itulah satu-satunya yang mampu membuat Bara terus terbayang-bayang. Bukan hanya ekspresi terangsangnya yang lucu disertai ocehan tidak jelasnya, tapi aroma tubuh perempuan itu juga tak bisa hilang dalam ingatan Bara. Aroma bayi baru mandi. Pfttt ... memang benar-benar aneh dan unik sekali perempuan itu.

Lalu disinilah Bara sekarang, entah setan mana yang mendorongnya untuk mampir ke rumah bordil ini lagi setelah sehari yang lalu ia juga baru menginjakkan kakinya kesini. Sangat bukan Bara sekali. Karena dalam tiga bulan biasanya ia hanya akan kesini selama dua kali.

Lorena, nama wanita pemilik rumah bordil yang selalu menyambut setiap pelanggan yang datang, merasa terkejut atas kedatangan Bara lagi hari ini.

"Ah, tuan Bara Hendrawan, selamat datang kembali. Tidak seperti biasanya anda datang secara tiba-tiba begini. Apakah ada barang yang tertinggal? Atau karena keinginan mendesak? Ingin saya panggilkan wanita sekarang untuk menemani anda?"

Bara Hendrawan merupakan nama yang selalu Bara gunakan ketika ia berada dalam konteks semacam ini.

"Ya, bisa saya minta untuk datangkan perempuan yang semalam lagi?"

Slept With A Friend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang