Lira yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus rambutnya duduk di atas kasur. Mencabut ponselnya yang sudah beberapa jam ia charge lalu memainkannya, sekalian menunggu sampai rambutnya kering.
Beberapa pesan WhatsApp masuk di ponselnya, tapi yang menjadi fokus Lira kali ini adalah pesan dari Bara.
Ojol
Gimana dengan tawaran saya semalam?Ya, itu adalah pesan dari Bara. Lira sengaja menamainya seperti itu karena Lira tidak ingin kalau sampai Arka tau. Persahabatannya dengan Arka yang cukup dekat membuat mereka terkadang memang kurang memiliki privasi terhadap ponsel masing-masing. Jadi Lira tidak ingin jika saat Arka meminjam ponselnya, Arka mengetahui kalau ternyata Lira menyimpan nomor ponsel Papanya dan membuat cowok itu bertanya-tanya, untuk apa?
Tapi tunggu jangan salah paham. Lira menyimpan nomor Bara bukan karena ia memiliki hubungan spesial atau bahkan menjadi pelacur pria itu lagi. Itu hanya karena Lira ingin menghargai, pasalnya Bara yang meminta nomornya terlebih dahulu karena kartu nama berisi nomor telepon yang Bara sempat berikan saat pertama kali mengantarkan Lira pulang dari rumah Arka dulu sama sekali tidak Lira simpan. Jadi saat Bara meminta nomor telepon Lira dengan alasan agar mudah menghubunginya, Lira pun memberikannya dan tentu nomor milik Bara pun akhirnya juga Lira simpan namun dengan nama samaran.
Lira tidak mengerti kenapa Bara mau melakukan semua ini. Selalu berupaya untuk menjemputnya ketika pulang kerja dan mentraktirnya makan malam. Padahal ia hanya teman putra pria itu dan kebetulan juga wanita yang pernah tidur satu malam dengannya.
Awalnya Lira berpikir kalau selama Bara melakukan semua ini pasti karena memiliki niat terselubung, misalnya ingin menyewanya jadi partner semalam lagi? Tapi mengingat satu bulan ini sama sekali tidak ada tingkah mencurigakan dari Bara dan Bara juga sempat mengkonfirmasi jika niatnya hanya ingin membantu Lira dan menjadikan Lira teman ngobrol, karena katanya mengobrol dengan Lira setelah malam panas mereka waktu itu asik dan dapat meluapkan rasa penat Bara setelah seharian bekerja, makanya kenapa Bara terus menerus seolah mengejar. Saat itu Lira sangat malu dan sedikit was-was karena Bara kembali mengungkit aktivitas yang pernah mereka lakukan dulu. Tapi sekali lagi Bara menegaskan jika kali ini niatnya murni karena ingin mengobrol dan mendengar tanggapan Lira yang katanya juga terkadang nyeleneh hingga dapat membuat Bara terhibur.
Dan yah, karena pengakuan itu Lira sedikit demi sedikit mulai merasa rileks dan tidak sekaku dulu ketika bersama Bara. Selain itu, Lira juga merasa menang banyak karena selain Bara yang selalu mengantarnya pulang ke kost, Lira juga jadi dapat menghemat biaya makannya, karena selama ini setelah pulang bekerja Bara selalu mentraktirnya makan malam, bahkan Bara juga selalu menawarinya untuk membungkus makanan supaya bisa Lira bawa pulang dan di makan keesokan paginya.
Jadi dapat Lira anggap kalau mereka berdua saling menguntungkan.
Intinya selama Bara tidak menunjukkan tingkah mencurigakan, Lira akan merasa aman.
Ngomong-ngomong mengingat pesan Bara barusan. Lira jadi teringat percakapannya dengan Bara semalam.
"Kamu kenapa seperti kurang bersemangat gitu?" tanya Bara ketika mereka berdua tengah menikmati makanan di atas meja makan dengan beberapa hidangan laut yang tersaji.
"Ah, oh. Nggak papa, Om."
Bara mengerutkan keningnya.
"Ada masalah di tempat kerja kamu?"
Lira menggeleng. "Enggak kok, aman, lancar."
"Lalu?"
Lira diam sesaat. Apa ia cerita saja masalahnya di kampus dengan Bara? Karena Bara selalu bilang jika Lira memiliki masalah Lira boleh menyampaikannya kepada Bara dan Bara berjanji sebisa mungkin akan membantunya.
"Emm, Om. Saat ini perusahaan Om Bara ada nggak lowongan kerja freelance?" Lira nyengir. Mengingat Bara merupakan seorang pengusaha besar yang pastinya memiliki lowongan kerja di perusahaannya.
"Kenapa tiba-tiba? Kamu kurang nyaman kerja di sana?"
"Enggak kok, bukan gitu, saya cuma pengen cari kerja yang lebih fleksibel aja, yang bisa di sambi sama jadwal kuliah saya. Kira-kira ada nggak, Om?"
Bara diam sesaat sambil menatap Lira sebelum menjawab.
"Kalau di perusahaan saya kebetulan sedang tidak ada lowongan kerja untuk freelance. Tapi kalau kamu mau saya bisa menawari pekerjaan yang tidak akan memberatkan kuliah kamu."
Mendengarnya sontak mata Lira berbinar.
"Beneran, Om?"
Bara mengangguk.
"Kalau boleh tau kerja sebagai apa ya, Om?"
Bara menenggak jus jeruknya secara perlahan, setelah itu dengan senyum tipisnya, Bara pun menjawab.
"Menemani saya setiap kali saya pergi dinas ke luar kota atau luar negeri. Tapi tenang, saya hanya akan mengajak kamu ketika kamu senggang saja, jadi kamu tidak perlu khawatir jika akan mengganggu waktu kuliah kamu. Dan untuk masalah gaji, saya akan menggaji kamu tiga kali lipat dari gaji di tempat kerja kamu sekarang. Bagaimana?"
Lira yang awalnya merasa bersemangat kontan memundurkan tubuhnya. Menemani pria ini dinas di luar kota atau luar negeri?
Lira sedang tidak di tawari menjadi seorang sugar baby kan?
Seolah mengerti akan kekhawatiran Lira, Bara dengan cepat menjelaskan.
"Kamu tenang saja. Tugasmu selama menemani saya seperti tugas seorang sekretaris. Karena kebetulan sekretaris saya saat ini sedang hamil dan tidak bisa menemani perjalanan dinas saya. Jadi yah, karena kamu sedang butuh pekerjaan yang bisa kamu sesuaikan dengan waktu kuliah, saya menawarkan pekerjaan ini."
***
Lira menyerahkan berkas berisi surat resign kepada sang manager toko yang satu bulan lalu jugalah yang telah mewawancarai serta menerimanya bekerja di toko ini.
"Kamu yakin ingin mengundurkan diri?"
"Saya sangat yakin, Bu." ucap Lira dengan mantap.
Sang manager kemudian membaca surat pengunduran diri yang Lira berikan secara seksama. Menelisik alasan yang Lira cantumkan disana.
"Baik saya terima surat pengunduran diri dari kamu. Tapi perlu di garis bawahi kalau kamu tidak mendapatkan uang pesangon dari toko ini mengingat kamu bekerja di sini belum ada dua bulan."
Lira mengangguk. "Baik, Bu. Saya juga sangat berterima kasih banyak karena Ibu sudah menerima saya menjadi pegawai di sini dan membuat saya dapat belajar banyak hal tentang dunia kerja."
Lira mengulum bibir. Inilah pilihan yang akhirnya ia ambil.
***
Jangan lupa vote dan komennya yaa pembaca setia SWAFD^•^
Terima kasih.
TBC>>>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Slept With A Friend's Dad
RomanceDemi untuk melunasi hutang akibat kalah dalam taruhan "Siapa yang berhasil mengajak Arka malam mingguan" Lira harus rela menjual keperawanannya untuk satu malam. Namun bagaimana jadinya, jika pria yang malam itu mengambil keperawanannya kebetulan ad...