Bab 1

67 7 2
                                    

  Hari yang dingin serta langit yang mulai gelap itu meneteskan air demi air dan seperti akan membasahi seluruh bumi pada Sabtu pukul 08.00am itu. Seorang gadis dengan tinggi kira-kira 160cm itu berlari kencang dengan rambut ikal berwarna kecoklatan yang dikuncir rapi itupun lembab karena percikan air-air dari payung seorang gadis itu seakan ingin membasahi seluruh tubuhnya, namun untungnya dia membawa payung dan memakai 𝑐𝑜𝑎𝑡 sehingga dia tidak basah kuyup seperti orang-orang lainnya di jalanan. Gadis itu berjalan menulusuri trotoar dan berlari lagi memasuki cáfe.
  "Pagi, Jane...kebasahan lagi ya?" tanya Mika,pemilik cáfe serta sahabat Jane sedari SMA.
  "Pagi,Mika.. yah..seperti biasa namun tidak sebasah kemarin.." jawab Jane sambil menutup payung dan menepuk-nepuk 𝑐𝑜𝑎𝑡 nya berwarna coklat yang basah itu.
  "Hujan lagi padahal masih sepagi ini...untung saja aku membawa payung dan juga memakai 𝑐𝑜𝑎𝑡, dan juga seperti biasa ya, 𝐶𝑟𝑜𝑖𝑠𝑠𝑎𝑛𝑡 dan Choco Hot nya 1..." sambung Jane sambil mengambil tempat duduk di dekat jendela càfe tersebut.
  "Baiklah..nah handuk!" jawab Mika sambil melemparkan handuk. "sebelum rambut basahmu itu membuatmu flu" sambung Mika yang tiba-tiba menghilang ke dapur.
  "Terima kasih,Mika." jawab Jane,sambil tersenyum hangat.
Selagi menunggu Choco Hot dan 𝐶𝑟𝑜𝑖𝑠𝑠𝑎𝑛𝑡 nya diantar,Jane membuka buku 𝑑𝑖𝑎𝑟𝑦 nya yang sedikit basah itu dan mulai menggambar suasana hujan dari dalam càfe serta orang-orang yang berjalan memakai payung berwarna-warni berjalan di trotoar. Diujung kertas yang digambar itu, Jane menulis tanggal,bulan dan tahun ini,yaitu '1 𝑵𝒐𝒗𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓,2025' seakan tidak ingin melupakan kejadian ini, sambil meremas rambut nya yang basah akibat hujan tadi menggunakan handuk. Tiba-tiba Mika menepuk pundak Jane dari belakang.
  "Kau akan pergi ke tempat nya lagi?" Tanya Mika dengan muka sendu sambil memberi hidangan yang dipesan Jane tadi.
  "ini hari sabtu Mika. Aku tak bisa melewatkan hari ini tanpa bertemu dia, 1 tahun ini saja sudah membuatku kangen berat..." jawab Jane dengan nada sedih.
  "Baiklah kalau begitu..namun pergilah saat hujan reda,oke?!" kata Mika dengan nada tinggi "Jangan membuatku khawatir...dan kumohon jangan sampai kau bersedih lagi,terlebih lagi jangan sampai depresi membuat penyakit lama mu itu muncul,lho.."
  "Hahaha..tenang saja, aku sudah mengikhlaskan semua. Lagipula, kedatangan ku ketempatnya hanya sekedar temu-kangen kok hahaha..." jawab Jane dengan nada semangat.
  "Baiklah,jangan lupa bayar bill mu kalau mau pergi,oke?! Aku teman mu tapi aku juga lagi 𝑏𝑜𝑘𝑒𝑘..jadi jangan lupa bayar dan sampaikan salamku padanya,Jane.." sambung Mika dan berjalan pergi meninggalkan Jane sendiri.
  "Iyaaaa siaaap boss.." jawab Jane dengan nada letih seolah teringat omelan Ibunya yang cerewet.
Jam ditangan kanan Jane sudah menunjukan pukul 10.00am dan Jane sudah menghabiskan sarapan nya dan langsung membayar bill sebelum pergi ketempat yang ingin dikunjunginya. Jane keluar dari càfe tersebut dan membuka payungnya sambil melambaikan tangannya kepada Mika dan pergi seolah bayangannya menghilang dari pintu kaca cáfe tersebut.


***


  Di perjalanan, Jane singgah ke toko bunga dan membeli seikat bunga 𝐾𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 putih dan membayar ke nenek penjual bunga tersebut dan beranjak pergi dari toko itu. Di tengah rentik nya hujan, Jane menangis sambil memegang erat bunga 𝐾𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 tersebut seakan takut bunga itu terjatuh dan hancur. Jane berjalan sendirian bersama dengan alunan rintik hujan menelusuri trotoar dan berhenti di Halte bus. Sembari menunggu Bus datang, Jane meraba-raba isi tas nya dan mengeluarkan tisu kecil sambil terisak-isak menahan tangis nya. Jane mengeluarkan satu lembar tisu dan mengelap muka nya agar sisa-sisa 𝑚𝑎𝑠𝑐𝑎𝑟𝑎 nya tidak meleber kesekitar matanya dan berusaha untuk tidak menangis lagi. Saat bus tiba, Jane masuk dan duduk di kursi bus paling belakang dengan tenang lalu bersandar di dekat jendela sambil melihat jalan-jalan kota yang basah dan suasana kota yang sepi pada hujan saat itu. Jane merasakan takut sekaligus sedih seakan takut menghadapi kenyataan bahwa dia akan sampai ke tempat yang sebenarnya dia masih takut, namun dengan teguh hati, Jane berdoa agar dia tidak mengacaukan suasana. Saat bus berhenti di tujuan, Jane turun dengan hati yang sudah bulat seakan ketakutan dan kesedihan nya tadi bukan apa-apa. Langkah demi langkah Jane sudah lewati dan akhirnya dia sampai ke tempat orang yang ingin dia tuju. Jane menghela napas nya dengan berat dan tersenyum, namun air matanya yang tak bisa ditahannya lagi berlinang melewati pipinya yang merah dan hangat itu.
  "hai, apa kabar mu? aku sangat merindukan mu......sungguh..." Sambut Jane dengan tangis nya begitu pecah.

bersambung..

Memories After Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang