Bab 5

34 6 1
                                    

"Forehead kisses are the sweetest, it's a sign of respect."
-Anonymous

  Senyum yang gembira tampak dari wajah Jane saat menerima ciuman kening dari seseorang yang disukai nya, Ryan.
  "Kenapa tiba-tiba?.." tanya Jane heran.
  "Tidak apa-apa, hanya saja aku mulai..," jawab Ryan menggantung.
  "Mulai apa?.." tanya Jane sambil tersenyum di rangkulan Ryan.
  "Lupakan.." jawab Ryan.
  "Apakah kau mau aku menebaknya?..kutebak kau mulai menyukaiku kekeke.." jawab Jane sambil terkikik malu.
  "Mungkin.." jawab Ryan sambil memalingkan pandangannya.
"Kupikir kita adalah pasangan paling cepat menyukai satu sama lain di bumi ini hahaha.." kata Jane mengejek.
"Oh ayolah, mari kuantar kau pulang, Jane.." kata Ryan sambil melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Jane.
  "Baiklah." kata Jane.
Perasaan yang bercampur aduk antara senang, sedih, malu Jane lalui hari ini. Ryan yang menggenggam tangannya saat di apartemen sampai mereka tiba di halte bus membuat Jane mabuk kepayang seakan tak percaya Ryan bisa begitu. Sesaat mereka naik ke bus dengan tujuan ke daerah sekitar rumah Jane, Ryan memberi kursi di dekat jendela dan duduk berdua dengannya.
  "Apakah secepat itu kau menyukai seseorang yang baru saja kau temui?.." tanya Ryan.
  "Mungkin dengan mu iya, tapi sejujurnya aku tak seberani ini dalam menyukai orang.." jawab Jane.
  "Apakah kau pernah berpacaran dengan orang lain sebelumnya?.." tanya Ryan.
  "Kau menginterogasi ku ya?." tanya Jane curiga.
  "Tidak, aku hanya penasaran.. sungguh.." jawab Ryan.
  "Tidak pernah, aku pernah menyukai seseorang saat aku duduk di bangku sekolah menengah atas dan dia sekelas dengan ku, sayang nya dia sudah berpacaran dengan orang lain.." jawab Jane.
"Ku turut sedih mendengarnya.." jawab Ryan.
"Hei, kau mengejek ku ya?.." tanya Jane.

"Tidak, kenapa kau sangat parno-an terhadap ku? hahahaha.." jawan Ryan terkikik.

"Bagaimana dengan mu?.." tanya Jane penasaran.
"Sama sepertimu,Jane.." jawab Ryan.
"Tidak mungkin, seseorang dengan wajah tampan dan terkenal sepertimu tak mungkin seperti ku..maksudku tak berpacaran.." jawab Jane sambil mengangkat alis kanan nya.
  "Aku tidak berbohong.. cerita cintaku dulu sama sepertimu.. terlalu menyedihkan untuk diingat.." jawab Ryan.
Jane pun heran, laki-laki yang di anggapnya hampir sempurna itu bisa bernasib sama sepertinya di percintaan. Jane heran kenapa perempuan itu lebih memilih laki-laki lain dibanding Ryan dan siapa perempuan tersebut.
  "Tak usah memikirkannya, bersandarlah di bahuku dan kemarikan tanganmu, jari-jarimu dingin sekali.." kata Ryan sambil menggenggam tangan Jane yang kurus dan dingin itu.
  "Tangan mu hangat dan besar..dibandingkan tangan ku yang dingin dan kecil ini.. " Kata Jane.
  "Ya, jangan lupa selalu memakai mantel dimanapun kau pergi.. Jangan membuatku khawatir.." jawab Ryan tenang.
Jane melepaskan sandaran nya dari bahu Ryan dan menatap Ryan.
  "Apakah kita resmi menjadi pasangan sekarang?.." tanya Jane.
Ryan yang awalnya menghadap lurus kedepan langsung menatap Jane dengan muka yang sedikit merah. Namun dengan tenang Ryan memalingkan wajahnya lagi dan berkata sesuatu yang mengejutkan Jane.
  "Ya, kita sudah menjadi pasangan sekarang.." jawab Ryan dengan tenang dan tersenyum.
Jane yang tak menyangka jawaban itu mulai memutar pandanganya ke arah jendela, Jane tidak ingin memperlihatkan wajah nya yang merah bagaikan tomat dan tersenyum gembira saat itu. Mereka berdua tidak saling bertatapan namun ekspresi keduanya seakan gembira dan malu. Bus sampai di tujuan nya, Ryan dan Jane berjalan menuju rumah sambil menggenggam tangan satu sama lain namun tak berbicara sama sekali. Seolah kecanggungan merebut situasi saat itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memories After Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang